Kamis, 14 Mei 2009

PERBANDINGAN STRUKTUR PENDIDIKAN TINGGI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN REPUBLIK ISLAM IRAN

(Kajian Pustaka pada Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
di Universitas Sriwijaya dengan University of Teheran Iran)

Oleh : Husnil Kirom (20082013001)


Pendahuluan
Maju mundurnya suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan membandingkan negara tersebut dengan negara lain. Perbandingan ini dapat dilakukan pada berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, maupun pertahanan dan keamanan. Hal itu juga tentunya berkaitan langsung dengan adanya pengaruh dari globlisasi yang telah membuat informasi dari berbagai negara di dunia dapat diambil dengan cepat dan mudah.
Munculnya rasa keingintahuan, baik dari seseorang terhadap orang lain maupun dari suatu negara mengenai negara lain menjadi salah satu dasar yang melatarbelakangi adanya studi mengenai perbandingan negara. Secara psikologis bahwa dorongan rasa ingin tahu manusia yang kuat telah berakibat pada usaha untuk mengetahui dan mempelajari lebih mendalam tentang perikeadaan dan perikehidupan yang berlaku di luar lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara sendiri. Hal ini akan mewujudkan terjalinnya kerjasama dan saling tolong menolong untuk mencapai tujuan dan kemajuan bersama. Dengan adanya perbandingan tersebut, suatu negara menjadi tahu keadaan negara lain.
Perbandingan di atas akan berdampak pada rasa pengertian satu sama lain dari negara-negara tersebut dan juga diharapkan mendorong rasa saling pengertian antar bangsa untuk mewujudkan kerjasama antar bangsa dalam memelihara ketertiban dan perdamaian dunia. Selain itu, dengan mengetahui keadaan negara yang lebih maju diharapkan dapat mengambil nilai positif dari negara tersebut, seperti memotivasi agar dapat bangkit dan maju. Suatu bangsa akan dapat mengambil pelajaran dari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan bangsa lain itu untuk memperbaiki dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Dalam ajaran Islam juga sangat mendorong umatnya untuk mengadakan studi perbandingan pendidikan. Menurut Tadjab (1994:5) tujuan diadakannya studi perbandingan pendidikan adalah agar umat Islam belajar dan mempelajari, serta mengambil hikmah dari kehidupan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini. Ketentuan tersebut misalnya terdapat dalam Surat Al Mukminun ayat 82 dan Surat At Taubah ayat 122. Studi perbandingan pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem pendidikan negara tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan negara tersebut.
Selanjutnya, pendidikan merupakan modal dasar bagi pembangunan sebuah negara. Secara nasional pendidikan harus mempunyai arti positif bagi bangsa, artinya pendidikan adalah harapan bersama suatu bangsa (Fadjar, 2005:61). Adanya pendidikan yang maju, maka penduduk disuatu negara tersebut menjadi sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat mengembangkan negaranya sendiri. Tidak jarang pula karena pendidikan yang kurang mengakibatkan suatu bangsa mengalami keterpurukan. Melalui proses pendidikan pula suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah direncanakan. Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian, memajukan kehidupan, serta mencapai tujuan nasional suatu bangsa sering disebut sebagai Sistem Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional suatu bangsa biasanya tumbuh dan berkembang dari sejarah bangsa yang bersangkutan. Selain itu, dipengaruhi oleh berbagai faktor dan sumber daya serta potensi-potensi yang ada dikalangan bangsa tersebut. Untuk diingat bahwa sistem merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Tentunya sistem pendidikan nasional negara-negara berkembang berbeda dengan sistem pendidikan nasional di negara-negara maju. Negara Indonesia dan Iran termasuk ke dalam dua negara yang sedang berkembang. Secara politis keduanya merupakan bekas daerah jajahan bangsa lain.
Selanjutnya, Indonesia sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Oleh karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, makanya disebut Nusantara yang terdiri dari lebih kurang 17.508 pulau. Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia juga negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Meskipun secara resmi Indonesia bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India. Untuk lebih jelas tentang daerah perbatasan Indonesia dengan negara lain dapat dilihat pada peta di bawah ini:
Peta
Republik Indonesia










Sumber : http://www.wikipedia.com (diakses tanggal 20 April 2009).
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang, dimana perekonomiannya masih mengandalkan dari bidang pertanian. Hal ini tidak terlepas dari keadaan Indonesia sendiri yang memiliki tanah dan iklim yang cocok untuk pertanian. Namun, masih banyak juga hal-hal yang perlu dibenahi khususnya dalam bidang pendidikan agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan bisa membangun Indonesia menjadi negara yang maju dan terdepan. Itulah salah satu tugas pendidikan nasional di Indonesia.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan definisi ini, dapat dipahami bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai proses untuk membentuk kecakapan hidup dan karakter bagi warganegaranya dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Meskipun nampak ideal namun arah pendidikan sebenarnya adalah sekularisme yaitu pemisahan peranan agama dalam pengaturan urusan kehidupan menyeluruh.
Pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan realitas sekulerisme pendidikan tersebut. Sebagaimana terungkap dalam pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Sepintas, tujuan pendidikan nasional di atas memang tidak nampak sekuler, namun perlu dipahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang sama sekali tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan sebatas sebagai pencipta saja dan manusia sendirilah yang berhak mengatur kehidupan termasuk di bidang pendidikan.
Jika dilihat dari sejarah pendidikan di Indonesia, tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan yang masih berlangsung sampai saat ini merupakan warisan dari pendidikan zaman penjajahan dahulu. Namun, lambat laun seiring dengan waktu telah ada pembenahan terhadap sistem pendidikan nasional di Indonesia, baik pendidikan formal, non formal, dan informal. Lalu, pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ketentuan mengenai wajib belajar di Indonesia disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia enam tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pendidikan di Indonesia saat ini diselenggarakan sesuai dengan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang ada. Jalur pendidikan sebagai wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara, jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Selanjutnya, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Dalam era keterbukaan ini penyelenggaraan pendidikan tinggi akan menghadapi berbagai permasalahan baik berupa keadaan penuh ketidakpastian maupun ketidakpercayaan masyarakat akan kompetensi lulusan pendidikan tinggi tersebut. Sebagai contoh seorang pejabat harus berpendidikan S1 dan apabila akan menjabat kepala dinas harus S2 dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini yang menyebabkan masyarakat tidak percaya pada lulusan pendidikan tinggi, karena kebanyakan tidak tahu jenis pekerjaan hanya untuk mendapatkan ijazah semata. Secara prinsip, pendidikan tinggi seharusnya mampu menghasilkan manusia unggul dalam intelektual, anggun dalam moral, kompeten dalam menguasai iptek, serta mempunyai komitmen untuk dalam peran sosial. Inilah hakikat dan pentingnya pendidikan tinggi diselenggarakan. Salah satu penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia yang mempunyai visi dan misi yang sesuai dengan prinsip di atas adalah Universitas Sriwijaya.
Universitas Sriwijaya yang biasa disingkat Unsri adalah salah satu universitas negeri di Sumatera Selatan. Sampai dengan saat ini telah memmpunyai sepuluh fakultas yang menyelenggaakan pendidikan sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing. Penyelenggaraan pendidikan atau aktivitas perkuliahan dilaksanakan di dua lokasi kampus, yaitu kampus utama Unsri Bukit Besar Palembang dan kampus reguler Unsri Indralaya Ogan Ilir.
Jika mengacu pada salah satu tujuan pendidikan tinggi yaitu untuk menghasilkan lulusan yang dapat melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional, maka Unsri juga ikut bertanggung jawab mencetak alumni yang berkualitas. Untuk mencetak alumni yang berkualitas tentunya Unsri harus bisa memberikan jaminan dan menunjukkan kemampuan menghasilkan generasi yang handal agar masyarakat percaya. Salah satunya penyelenggaraan pendidikan di Unsri harus lebih baik dibandingkan dengan penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi lain.
Berdasarkan hasil survei dan penelitian perguruan tinggi terbaik di Indonesia (dalam http://www.webometrics.info/rank.id diakses tanggal 1 Mei 2009) diketahui bahwa saat ini Unsri menduduki peringkat ke-37 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Melihat dari urutan tersebut, memang Unsri jauh tertinggal dari universitas-universitas lain, terutama masih di bawah tiga universitas lain di pulau Sumatera. Selain itu juga, menurut hasil survei dan penelitian yang didapat dari (http://www.webometrics.info/rank.id Top 6000 University in World diakses tanggal 1 Mei 2009) Unsri menempati urutan ke-5857. Masih sangat jauh dibandingkan dengan Universitas Gadjah Mada sebagai universitas terbaik di Indonesia dan University of Teheran Iran sebagai universitas terbaik di Iran. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa Unsri mampu bersaing dengan universitas lain, baik di dalam maupun luar negeri.
Berikutnya, latar belakang Iran secara umum dan kebijakan pendidikan yang ada di Iran. Untuk diketahui bahwa Iran merupakan sebuah negara yang bergunung-gunung dan berdataran tinggi dengan luas kurang lebih 1.648.180 kilometer persegi. Ibukota Negara Islam Iran adalah Teheran. Iran terbentang dari Laut Kaspia dan Uni Soviet di utara sampai keTeluk Persia di sebelah selatan, dan dari Turki dan Irak di barat ke Afganistan serta di sebelah timur dengan Pakistan. Selain itu, Iran juga menjadi jembatan darat yang sangat strategis antara Timur Tengah dan Asia. Oleh karena itu, Iran mempunyai peranan penting dalam menghubungkan kedua kawasan tersebut. Untuk lebih jelas tentang daerah perbatasan di Iran dapat dilihat pada peta di bawah ini:
Peta
Republik Islam Iran













Sumber : http://www.wikipedia.com (diakses tanggal 20 April 2009).
Iran mempunyai banyak kekayaan alam dan barang tambang, seperti tembaga, minyak bumi, gas bumi dan batubara. Perekonomian Iran tumbuh pesat dengan ekspor utama yaitu penjualan minyak untuk mendapatkan uang asing. Namun, Iran sangat kekurangan sumber daya manusia yang terampil dan pofesional. Sehingga banyak teknisi asing yang dipekerjakan di Iran.
Iran berpenduduk sekitar 65.279.752 jiwa dengan distribusi umur di bawah 15 tahun 35,9% dan di atas 65 tahun 4,5%. Tingkat kemampuan tulis baca penduduk atau literacy pada tahun 1997 merupakan 79%. Penduduk Iran terdiri etnis Persia 51%, Azerbaijan 24%, dan 7%. Di Iran ada empat bahasa utama yaitu Persia (bahasa resmi), Turki, Kurdi, dan Luri. Lalu, penduduk Iran beragama Islam dengan dua mazhab Muslim Syi’ah (89%) dan Islam Sunni (10%). Negara tetangga Iran adalah Turki dan Irak di sebelah barat, Armenia, Azerbaijan dan Turkmenistan di sebelah utara. Afganistan dan Pakistan di sebelah Timur. Ada tiga kota bessar di Iran yaitu Teheran, Mashhad, dan Esfahan. Sebagian besar penduduk Iran mendiami daerah Iran bagian utara dan timur laut.
Berdasarkan sejarah penyerbuan bangsa Arab ke Persia atau Iran pada abad ke-17 membawa perubahan dalam metode pendidikan. Sebelum Islam, Persia merupakan negara tirani dengan kekuasaan yang tidak terbatas. Walaupun konsep keadilan menjadi asas dan dasar agama Zoastrian, tetapi sedikit dapat mengurangi tingkat keabsolutan. Selanjutnya, ajaran agama Zoastrian mengandung tiga tugas berikut, pemikiran yang penuh keimanan, amalan yang baik, dan pembicaraan yang penuh keramahan. Dalam masyarakat Iran, orang tua mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka agar menjadi warga negara yang baik dan berfaedah. Kemudian, Pendidikan Jasmani berupa mengendarai kuda, menembak dan berburu diajarkan untuk meyakinkan tubuh yang sehat serta segar bugar.
Pada masa lalu pendidikan di Iran diberikan hanya kepada orang-orang yang lahir dari keluarga tinggi, sedangkan penduduk yang lain terjun ke perdagangan sebagai anak buah. Selama kekuasaan Sassanids tahun 224 SM sampai dengan 642 M sebelum Islam masuk, didirikanlah universitas pertama kali di daerah Djondissapur di bagian barat Laut Persia. Silabus universitas ini terdiri dari teologi, filsafat, kedokteran, kesusastraan, matematika, dan astronomi. Sementara konsep pemujaan dan kepercayaan murid kepada guru menjadi dasar dan titik tolak pendidikan modern Iran.
Untuk memperoleh gambaran dan pengertian tentang perkembangan pendidikan di negara Republik Islam Iran, berbagai pertimbangan yang bersifat keagamaan, kebudayaan, linguistik, dan sejarah perlu diperhatikan. Pengaruh keagamaan dalam pendidikan Iran sangat kuat. Dimana tujuan kebijakan negara adalah untuk menyekulerkan pendidikan. Teologi menjadi ilmu pengetahuan yang sangat mempengaruhi ilmu-ilmu lain. Sejak masuknya Islam masjid di Persia tidak hanya dijadikan sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai pusat belajar. Kurikulum pendidikan terdiri dari buku suci Al-Qur’an, logika, bahasa Arab, dan gramatika. Inilah yang mendasari munculnya sekolah Al-Qur’an yang dinamakan dengan Maktab. Cara belajarnya dengan menghapal di luar kepala semua materi, walaupun tidak dipahami maknanya.
Maktab hanya dimasuki oleh anak-anak dari keluarga kelas menengah saja, sedangkan untuk anak-anak kelas atas tidak memasukkan anak-anak mereka di maktab ini. Akan tetapi mereka mendatangkan dan mengangkat tutor-tutor swasta. Para tutor akhirnya berperan dalam pembinaan keluarga, memberi nasihat dan saran kepada orang tua dalam semua aspek pendidikan. Namun, sistem pendidikan tradisional ini berangsur-angsur hilang dan digantikan oleh sistem pendidikan nasional yang mengikuti model sistem pendidikan Perancis. Sistem pendidikan nasional di Iran mulai diperkenalkan pada tahun 1894 tanpa menghilangkan sistem pendidikan yang lama.
Selain membahas mengenai sistem pendidikan nasional di Iran, substansi dari makalah ini juga membahas mengenai sistem pendidikan nasional di Indonesia. Lalu membandingkan sistem pendidikan kedua negara tersebut dengan rinci. Dari uraian di atas, dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Komparatif penulis tertarik untuk membandingkan struktur pendidikan tinggi di Universitas Sriwijaya Indonesia dengan University of Teheran Iran. Sebagai pertimbangan dan alasan membandingkan Unsri dengan UT ini bahwa kedua universitas ini sama-sama masuk dalam daftar Top 6000 University in world serta mempunyai ciri khas tersendiri dalam penyelenggaraan pendidikan dan lainnya.
Jadi, rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu bagaimanakah gambaran umum sistem pendidikan nasional di Republik Indonesia dengan Republik Islam Iran? dan bagaimanakah perbandingan struktur pendidikan tinggi di Republik Indonesia dengan Republik Islam Iran (kajian pustaka pada penyelenggaraan pendidikan tinggi di Universitas Sriwijaya dengan University of Teheran Iran)? Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada pembahasan berikut.
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
Sistem merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, sehingga semua kegiatan dari komponen-komponen atau bagian-bagian sistem diarahkan untuk menuju tercapainya tujuan tersebut. Proses pendidikan adalah sebuah sistem yang biasa disebut sistem pendidikan. Secara teoritis suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen atau bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan.
Menurut Tadjab (1994:33) komponen-komponen sistem pendidikan tersebut terdiri atas:
1) Tujuan atau cita-cita pendidikan
Berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2) Peserta didik
Berfungsi sebagai obyek dimana mereka menerima perlakuan tertentu yang sekaligus sebagai subyekatau pelaku pendidikan.
3) Pendidik
Berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan pemegang tanggung jawab pelaksanaan pendidikan.
4) Alat pendidikan
Berfungsi untuk mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5) Lingkungan
Berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya prooses pendidikan, tanpa ada lingkungan pendidikan tidak akan berlangsung.
Kelima komponen sistem pendidikan di atas berkaitan satu sama lain dan mempunyai satu kesatuan. Artinya tanpa salah satunya sistem pendidikan tidak akan berjalan. Hubungan fungsional antara kelima komponen-kompenen dalam sistem pendidikan ini sangat menentukan bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional suatu bangsa. Sistem pendidikan nasional suatu bangsa biasanya tumbuh dan berkembang dari sejarah bangsa yang bersangkutan, termasuk juga sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia.
Sistem pendidikan nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional sebagai suatu supra sistem yaitu suatu sistem yang besar dan kompleks didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistem. Tujuan pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1. Struktur Pendidikan di Indonesia
Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia diatur tentang satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Jalur pendidikan sebagaimana dimaksud tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya apapun. Berikutnya, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP sebagai penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Struktur kurikulum pendidikan di Indonesia disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang ada. Dalam Muslich (2008:23) kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
a. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlaq Mulia;
b. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian;
c. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
d. Kelompok mata pelajaran Estetika; serta
e. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Sementara kurikulum untuk pendidikan tinggi berdasarkan ketentuan UNESCO dalam Prabawa (2002) dikelompokkan menjadi:
a. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) mendukung kompetensi pengembangan pribadi peserta didik;
b. Mata Kuliah Keterampilan dan Keahlian (MKK) mendukung kompetensi keilmuan;
c. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) mendukung kompetensi untuk mentransformasikan gagasan menjadi karya nyata;
d. Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) mengembangkan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan kreeativitas dan inovasi; serta
e. Mata Kuliah Berkehiduupan Bermasyarakat (MBB) mendukung kompetensi untuk berinteraksi dengan masyarakat, dunia kerja, dan pelanggan.
Hal di atas sesuai dengan ketentuan kurikulum nasional, dimana program sarjana harus memiliki proporsi. Adapun proporsi dari kelompok mata kuliah antara lain kelompok MPK 4%-6%, kelompok MKK 50%-60%, kelompok MKB 30%-40%, kelompok MBB 10%-15%, dan kelompok MPB 6%-8%. Perimbangan ini disusun dengan memperhatikan ciri khas masing-masing perguruan tinggi dan kebutuhan masyarakat setempat. Dasar hukum ketentuan perimbangan tersebut berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 1999 bahwa untuk menjamin mutu dan kemampuan sesuai dengan program studi yang ditempuh, proporsi terhadap kelompok mata kuliah harus terjaga, termasuk juga di Universitas Sriwijaya.
Penetapan kurikulum di Unsri disesuaikan dengan bidang keilmuan pada fakultas, jurusan, maupun program studi masing-masing. Sebagai contoh pedoman kurikulum di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsri harus sesuai dengan program yang diselenggarakan, misalnya program S1 Reguler berbeda dengan program S1 Perluasan atau Alih Program dan sebagainya.

Sistem Pendidikan Nasional di Iran
Iran adalah salah satu negara tertua di dunia. Sejarahnya telah dimulai dari 5000 tahun yang lalu. Iran berada pada persilangan yang strategis di daerah Timur Tengah dan Asia Barat Daya. Meskipun Iran bekas daerah jajahan, namun perlahan-lahan bangkit dan menjadi salah satu negara yang sangat diperhitungkan terutama dalam bidang teknologi nuklir (senjata pemusnah massal). Begitu juga di bidang pendidikan Iran termasuk negara yang berhasil. Sistem pendidikan nasional di Iran diatur oleh departemen kementerian pendidikan dan kebudayaan. Hal ini semakin memperkuat eksistensi pendidikan nasional di Iran.
Pengorganisasian sistem pendidikan modern Iran kurang lebih mengikuti sistem pendidikan negara Perancis. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional di Iran bersifat sentralistik. Kementerian Pendidikan melalui sistem birokrasi serta perwakilannya menyelenggrakkan dan mendanai pendidikan negeri pada tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Usaha lainnya seperti membentuk dewan pendidikan daerah yang terdiri dari utusan masyarakat, perwakilan pejabat pendidikan daerah, guru-guru dan kepala sekolah.
Pendidikan di Iran didanai terutama oleh pemerintah pusat. Meskipun terdapat sekolah-sekolah swasta pemerintah juga memberikan subsidi guru dan staf. Biaya atau uang sekolah pada sekolah swasta tidak terlalu tinggi. Sebenarnya hambatan utama dalam bidang pendidikan di Iran ialah sumber daya manusia bukan dana. Penyebaran guru antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak merata. Jadi, krisis pendidikan di Iran yang belum teratasi adalah penyediaan guru untuk daerah-daerah pedesaan atau pedalaman, baik guru pada tingkat pendidikan dasar maupun pendidikan menengah terutama di sekolah-sekolah kejuruan dan teknik.
Konstitusi Islam Iran menggariskan kerangka dasar pengembangan pendidikan Iran. Menurut Agustiar (2001:129) dalam pasal 3 Konstitusi Islam Iran disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab menyediakan pendidikan gratis sampai pendidikan tingkat menengah bagi semua penduduk Iran. Hal yang sama juga ditegaskan pada pasal 30 bahwa pemerintah Iran berkewajiban memberikan pendidikan yang gratis dan memfasilitasi akses ke pendidikan tinggi.
Iran mempunyai lulusan yang bagus, namun mereka cenderung tertarik untuk bekerja di bidang industri dengan gaji yang tinggi. Pemerintah mengambil kebijakan mendirikan universitas untuk menambah kekurangan guru tersebut. Sama halnya dengan pertumbuhsn ysng cepat di tingkat pendidikan tinggi menuntut staf pengajar yang mempunyai kualifikasi serta para administrator andal. Ada kemajuan yang diperoleh dalam memenuhi persyaratan personil universitas, yaitu dengan mengangkat para lulusan yang telah menyelesaikan sttudi di luar negeri. Kenyataan bahwa hampir seperdua mahasiswa Iran belajar di luar negeri yang diharapkan mampu memajukan pendidikan di Iran itu sendiri.
Menurut Kementerian Pendidikan Republik Islam Iran dalam Agustiar (2001:129) Pendidikan Nasional di Iran mempunyai tujuan, sebagai berikut:
(1) untuk pengembangan fisik
Yaitu siswa harus belajar olahraga dan kesehatan. Perhatian terhadap kedua aspek ini telah dimulai sejak lama.
(2) untuk pengembangan sosial
Yaitu siswa harus belajar menghormati keluarga, masyarakat, dan kebebasan. Mereka harus memahami kehidupan sosial ekonomi dan berusaha hidup di dalamnya dan untuk masyarakat. Konsep ini terlihat diawal kedatangan Islam.
(3) untuk pengembangan intelektual
Yaitu siswa harus belajar berpikir, kalau dapat melalui pengalaman mereka sendiri. Ini merupakan konsep yang datang dari Eropa.
(4) untuk pengembangan moral
Yaitu siswa harus mengerti agama, kebudayaan, peradaban. Sehingga mampu mengendalikan diri sendiri. Konsep ini menjadi salah satu pendidikan Persia.
(5) untuk pengembangan estetika
Yaitu siswa harus cinta pada alam dan memperkuat kepribdiannya melalui penikmatan seni.
Setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979, sistem pendidikan Iran mengalami perubahan yang sangat mendasar dan semua upaya pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Prioritas utama adalah membesarkan anak-anak dan generasi muda menjadi muslim yang konsekuen, mempunyai komitmen tinggi terhadap agama Islam. Selain itu, mereka juga diarahkan pada penggunaan Al-qur’an, tradisi Islam, dan konstitusi Republik Islam Iran sebagai dasar dalam merumuskan tujuan dan sasaran pendidikan.
Tujuan dan sasaran pendidikan dirumuskan dari berbagai sumber termasuk konstitusi dan laporan Dewan Tertinggi Perubahan Dasar Pendidikan yang ditunjuk oleh Dewan Tertinggi Revolusi Kebudayaan Iran. Sumber-sumber ini menggariskan bahwa pembangunan nasional adalah sasaran utama pendidikan. Pendidikan harus dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas, mewujudkan integritas sosial, moral, dan spritual dengan memperkuat dan mendorong keimanan terhadap Islam serta peningkatan kualitas tenaga kerja dalam semua jenis dan level perekonomian. Pendidikan merupakan investasi untuk masa depan.

1. Struktur Pendidikan di Iran
Gambar 1
Struktur Sistem Pendidikan Formal di Iran
















Penjelasan :
A. Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan pra sekolah pada umumnya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga swasta. Tujuan umumnya adalah untuk mempersiapkan anak-anak memasuki pendidikan formal. Kegiatan-kegiatan pada pra sekolah antara lain permainan bersama, membaca cerita-cerita, bernyayi, permainan aktivitas, dan pekerjaan tangan yang perlengkapannya sangat sederhana, seperti kertas, papan tulis dan pena. Sementara di daerah-daerah pedalaman yaang masih memakai dialek-dialek lokal, tekanan kegiatan adalah pada pelajaran berbicara dan menulis bahasa Parsi, bahasa resmi yang dipakai pada sekolah dasar.
B. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar dimulai pada umur enam tahun dan berlangsung selama lima tahun. Setelah itu mengikuti sekolah bimbingan atau orientasi selama tiga tahun. Dengan demikian, ada pendidikan umum bagi anak-anak selama delapan tahun. Walaupun yang terakhir ini bukan pendidikan wajib. Pendidikan orientasi tiga tahun dimaksudkan bagi anak-anak yang bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di masa depan serta untuk mencari pekerjaan.
C. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan selama empat tahun yang dibagi dalam dua jalur. Pertama, jalur pendidikan akademik terdiri dari bidang sains dan humaniora. Kedua, jalur pendidikan teknik atau kejuruan yang terdiri dari bidang industri dan pertanian.
D. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi terbagi dalam sekolah tinggi pendidikan guru dan berbagai sekolah tinggi dan serta universitas. Untuk sekolah tinggi pendidikan guru tidak menuntut tamatan pendidikan menengah sebagai persyaratan masuk. Namun, banyak mahasiswa Iran yang belajar di luar negeri. Dalam tahun 1979 saja tercatat sebanyak 14.000 mahasiswa, masing-masing belajar di Amerika Serikat dan Republik Federal Jerman. Ada perbedaan yang kentara antara pendidikan di perkotaan apabila dibandingkan dengan pendidikan di pedesaan atau pedalaman. Sebagai contoh, di daerah perkotaan kira-kira 95% anak umur sekolah mengikuti pendidikan. Sementara, di daerah pedesaan atau pedalaman hanya 65% pada tahun 1980. Perbedaan pendidikan antara laki-laki dan wanita sangat signifikan.
Struktur pendidikan di Iran pada awal tahun 1990 membuka kesempatan luas bagi siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi mencakup universitas, pusat-pusat pendidikan guru, dan fakultas-fakultas teknik. Untuk masuk ke pendidikan tinggi, lembaga-lembaga ini menuntut persyaratan tamatan pendidikan menengah tingkat atas. Universitas mempunyai satu atau lebih fakultas dengan program strata satu atau undergraduate. Biasanya memerlukan waktu empat tahun, kecuali di program kedokteran, kedokteran gigi, dan kedokteran hewan.
Selanjutnya, selain pendidikan formal di Iran diselenggarakan juga kegiatan pendidikan non formal (upaya penghapusan buta huruf). Iran ikut dalam program UNESCO dan UNDP yang dinamakan The World Experimental Literacy Programme yang berpusat di Esfahan daerah Iran tengah dan di Dezful daerah Iran selatan. Prioritas program pendidikan ini adalah untuk kemampuan tulis baca (functional literacy).
Masalah utama mengenai pendidikan yang dihadapi di Iran sampai saat ini adalah bagaimana merekonsiliasikan antara nilai-nilai tradisonal dengan pengembangan masyarakat berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimana setelah revolusi tahun 1979 pendidikan di Iran menitikberatkan perhatian pada pendidikan moral individu dalam masyarakat. Pedoman bagi sekolah-sekolah harus didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam dengan tekanan utama pada dorongan dan penguatan keimanan. Kemudian bagaimana menghubungkan antara pendidikan dengan pekerjaan. Untuk itu para generasi mudah harus dibekali dengan teknik-teknik berlandaskan ilmu pengetahuan ilmiah serta keterampilan kerja agar mereka sadar akan perlunya produksi industri dan pertanian.

2. Kurikulum Pendidikan di Iran
Kurikulum pendidikan di Iran dilaksanakan secara terpusat. Tetapi dalam tahun 1970 ada usaha kearah perluasan partisipasi dalam proses penentuan isi dan penyiapan bahan pelajaran. Panitia-panitia khusus dibentuk untuk melakukan pengkajian ulang atau review atas rekomendasi yang diajukan panitia-panitia lokal dari daerah yang berbeda-beda dan oleh para ahli. Pengidentifikasian kebutuhan pendidikan dasar dilakukan oleh badan koordinasi atas dasar rekomendasi panitia khusus. Panitia ini membuat saran-saran mengenai isi dan metodologi untuk tiap mata pelajaran pada setiap tingkat kelas. Namun, badan koordinasilah yang akhirnya mengalokasikan waktu untuk setiap mata pelajaran pada setiap level. Hasil bahasan badan koordinasi dan panitia khusus dikirim kepada Dewan Tinggi Pendidikan untuk mendapatkan persetujuan akhir. Dewan ini menyampaikan rencana ini kepada para penulis untuk dijadikan buku teks. Panitia daerah dan propinsi mengkaji atau memperbaiki buku teks yang disusun para penulis, dan mengusulkan revisi. Di tingkat Perguruan Tinggi para dosenlah yang menentukan isi mata kuliah.
Metodologi pengkajian bermula menirukan cara yang dipakai di Maktab yang bernuansa keagamaan dan mengutamakan hapalan. Kenyataan bahwa pada awal abad ke-20 kelas cenderung besar dan buku-buku sangat kurang, metode hapalan menjadi populer, begitu juga sistem pekerjaan rumah yang tidak lebih dari hanya sekedar menyalin kalimat-kalimat dari buku teks, bahkan disalin beberapa kali. Dari kaca mata para pendidik tradisional, siswa yang terbaik adalah yang dapat mengucapkan kembali isi buku teks tanpa melihat yang tertulis atau resitasi. Guru melaksanakan cara ini dengan mengambil buku siswa dan menyuruh mereka menyebutkan kembali apa yang tertulis dalam buku. Dengan didirikannya sekolah-sekolah pendidikan guru, mulailah diperkenalkan metode aktif. Pada beberapa sekolah di pedesaan metode ini kelihatannya menampilkan hasil memuaskan yang guru-gurunya adalah anggota korp pria dan wanita yang belum kenal metode hafalan. Akan tetapi, metode mengajar harus menghadapi cara lama yang sudah tertanam lama yaitu mengandalkan hapalan dan ingatan atau memorization.
Revolusi Iran pada tahun 1979 telah mengubah bentuk negara dari monarki menjadi republik Islam. Pada September 1979, pemerintah menasionalisasi seluruh sekolah swasta, menghapuskan pengajaran bahasa-bahasa asing barat dan coeducation yang mencampurkan siswa laki-laki dan wanita dalam satu kelas, dan juga mengurangi pendidikan musik dan seni. Pendidikan dasar dan menengah terbuka untuk siapa saja yang belajar. Walaupun universitas ditutup selama tiga tahun, tetapi berangsur-angsur dibuka kembali tahun 1984.
Jadi, semakin jelas bahwa metode pendidikan barat ditolak di Iran. Sungguhpun demikian Iran mengakui perlunya ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi Iran menginginkan agar cara mengajarnya diubah. Sudah banyak dibicarakan penanaman nilai-nilai Islam serta kesamaan dan keadilan.

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di Universitas Sriwijaya Indonesia








Sumber : http://www.unsri.ac.id (diakses tanggal 25 April 2009).
A. Sejarah Berdiri
Ide untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan telah ada sejak awal tahun 1950-an yang diprakarsai oleh beberapa orang pemuka masyarakat, menjelma menjadi kesepakatan untuk membentuk "Panitia Fakultet Sumatera Selatan". Menjelang akhir Agustus 1952, dengan berbagai pertimbangan, ditetapkan bahwa yang pertama akan didirikan adalah fakultas ekonomi. Untuk itu dibentuklah "Panitia Fakultet Ekonomi Sumatera Selatan" yang dikelola oleh suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 1 April 1953 dengan nama "Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti".
Upaya melengkapi perguruan tinggi di Sumsel dilanjutkan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti dengan membentuk Panitia Penyelenggaraan Fakultas Hukum. Pada tanggal 1 November 1957, bertepatan dengan perayaan Dies Natalis IV Fakultas Ekonomi, diresmikanlah fakultas tersebut dengan nama “Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat". Pengembangan terus dilanjutkan sampai pada mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti di Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit).
Upaya selanjutnya adalah penegerian perguruan tinggi yang sudah ada tersebut. Dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1960 tanggal 29 Oktober 1960 (Lambaran Negara Tahun 1960 No. 135) akhirnya berdirilah Universitas Sriwijaya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 3 November 1960 dalam upacara penandatanganan piagam pendirian oleh Presiden Sukarno dengan disaksikan oleh Menteri PPK (Mr. Priyono) dan beberapa Duta Besar negara sahabat. Sebagai Presiden Universitas yang pertama diangkat Drg. M. Isa.
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan, Unsri kemudian merencanakan penambahan kampus, di luar Bukit Besar yang sudah ada, dengan membebaskan tanah seluas 712 hektar, di Inderalaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sekarang Ogan Ilir-OI), pada tahun 1982. Peresmian Kampus Unsri Indralaya baru dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.
B. Visi dan Misi







Sumber : http://www.unsri.ac.id (diakses tanggal 25 April 2009).
Salah satu tujuan pendidikan tinggi adalah menghasilkan lulusan yang dapat melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan pembangunan Nasional. Perguruan tinggi dituntut pula untuk senantiasa berubah dan menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan dan pembangunan, disamping menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan informasi dunia. Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi tantangan abad XXI ini, Unsri telah melakukan pengkajian lingkungan internal untuk melihat kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), dan pengkajian lingkungan eksternal untuk melihat peluang (Oppurtunities) dan tantangan (Threat) yang akan dihadapi. Dari kajian SWOT ini dirumuskan visi, Misi dan Tujuan Unsri menghadapi abad XXI.
1. Visi Unsri
Visi Universitas Sriwijaya pada tahun 2020 adalah Unsri pada dasawarsa kedua abad ke-21 merupakan perguruan tinggi termuka di Indonesia yang berbasis riset, memiliki keunggulan di berbagai cabang ilmu, khususnya di bidang pengembangan sumber daya alam, untuk menghasilkan manusia yang bertaqwa kepada TYME, berkualitas, berakhlak tinggi, berbudaya, bersemangat ilmiah, dan menguasai serta mampu mempergunakan iptek, informasi, dan kesenian untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
2. Misi Unsri
Untuk mewujudkan visinya, Unsri menyusun misi salah satu diantaranya adalah menyelenggarakan, membina dan mengembangkan pendidikan tinggi dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan iptek dan/atau kesenian dan sebagainya.
3. Tujuan Unsri
Adapun tujuan dari Unsri diselenggarakan, diantaranya adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mandiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta menghasilkan tenaga terdidik dan terlatih yang terampil dan andal untuk menopang pembangunan bangsa dan sebagainya.
4. Strategi dan Pengembangan Unsri
Dengan memperhatikan isu strategik utama secara nasional dan dikaitkan dengan hasil kajian lingkungan internal dan eksternal, didapatlah strategi pengembangan yang dilaksanakan Unsri menuju Visi 2020, sebagai berikut:
a. Pengembangan Unsri sebagai pusat pendidikan;
b. Pengembangan Unsri sebagai pusat penyebarluasan ipteks bagi masyarakat;
c. Pengembangan kelembagaan dan organisasi;
d. Pengembangan SDM serta kemahasiswaan dan lain-lain.
5. Fakultas
Unsri sampai dengan saat ini memiliki sepuluh fakultas yang terdiri dari:
1. Fakultas Ekonomi
FE memiliki beberapa program pendidikan, antara lain Jurusan Manajemen (S1), Jurusan Ekonomi Pembangunan (S1), Jurusan Akuntansi (S1), Kesekretariatan (DIII) dan Akuntansi (DIII). Disamping mengelola program pendidikan reguler (kelas pagi), Fakultas Ekonomi juga mengelola program pendidikan ekstensi (kelas sore) untuk program studi Manajemen, Ekonomi Pembangunan dan Akuntansi.
2. Fakultas Hukum
FH hanya memiliki satu program pendidikan yaitu Jurusan Ilmu Hukum (S1) reguler di kampus Indralaya dan Jurusan Ilmu Hukum sore di kampus Bukit Besar Palembang.
3. Fakultas Teknik
FT memiliki beberapa program pendidikan antara lain Program Studi Teknik Sipil, Program Studi Teknik Pertambangan, Program Studi Teknik Mesin, Program Studi Teknik Kimia, Teknik Elektro serta Teknik Arsitektur.
4. Fakultas Kedokteran
FK memiliki beberapa program pendidikan antara lain Program Studi Pendidikan Dokter (S1), Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (S1), Program Studi Kedokteran Gigi (S1), Program Studi Teknik Gigi (DIII), Program Studi Ilmu Kesehatan Anak (Spesialis), Program Studi Ilmu Bedah (Spesialis), Program Studi Ilmu Penyakit Mata (Spesialis), Program Studi Ilmu Penyakit Dalam (Spesialis), Program Studi Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Spesialis), Program Studi Ilmu Patologi Anatomi (Spesialis), serta Program Studi Ilmu Penyakit Syaraf (Spesialis).
5. Fakultas Pertanian
FP memmiliki beberapa program pendidikan, antara lain Program Studi Agronomi (S1), Program Studi Ilmu Tanah (S1), Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (S1), Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis (S1), Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (S1), Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (S1), Program Studi Teknik Pertanian (S1), Program Stusi Nutrisi dan Makanan Ternak (S1), Program Studi Budidaya Perairan (S1), serta Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
6. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FKIP memiliki banyak program pendidikan, antara lain Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (S1), Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sastra Indonesia dan Daerah (S1), Program Studi Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (S1), Program Studi Pendidikan Sejarah (S1), Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi (S1), Program Studi Pendidikan Matematika (S1), Program Studi Pendidikan Biologi (S1), Program Studi Pendidikan Kimia (S1), Program Studi Pendidikan Fisika (S1), Program Studi Pendidikan Teknik Mesin (S1), Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (S1), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1), Program Studi Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (DII), dan Program Studi Pendidikan Bimbingan & Konseling (S1).
7. Fakultas Sosial dan Politik
FISIP hanya memiliki dua program pendidikan, yaitu Program Studi Ilmu Administrasi Negara (S1) dan Program Studi Sosiologi (S1).
8. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FMIPA memiliki empat program pendidikan yaitu Program Studi Matematika (S1), Program Studi Fisika (S1), Program Studi Kimia (S1), Program Studi Biologi (S1), serta Program Studi Ilmu Kelautan (S1).
9. Fakultas Ilmu Komputer
Fasilkom memiliki beberapa program pendidikan, antara lain Program Studi Teknik Informatika (S1), Program Studi Sistem Komputer (S1), Program Studi Sistem Informasi (S1), Program Studi Manajemen Informatika (DIII), Program Studi Komputerisasi Akuntansi (DIII), serta Program Studi Teknik Komputer (DIII).
10. Fakultas Kesehatan Masyarakat
FKM merupakan fakultas baru sebagai perluasan dari program studi kesehatan masyarakat. Rencananya baru akan dimulai tahun akademik 2009/2010.
Selanjutnya, dalam makalah ini secara khusus hanya akan membahas penyelenggaraan pendidikan tinggi di Unsri dengan melihat ketentuan kurikulum yang ditetapkan dan diberlakukan di FKIP Unsri.
Sejarah berdirinya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini dimulai dengan didirikannya kursus B-1 Bahasa Inggris Negeri Palembang pada tanggal 1 Oktober 1958. Perkembangan selanjutnya adalah terjadinya "keluar masuknya" FKIP di lingkungan Unsri sebagai pengaruh perubahan kebijaksanaan nasional. Pada tanggal 3 Mei 1961 terbit SK Bersama Menteri PTIP dan Menteri PDK tentang penyatuan FKIP, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), dan Institut Pendidikan Guru (IPG). SK bersama tersebut mengatur pembentukan Institus Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) induk, yaitu: IKIP Bandung, IKIP Jakarta, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Berdasarkan SK Bersama itu FKIP Unsri menjadi bagian dari IKIP Bandung dan disebut sebagai IKIP Bandung Cabang Palembang, yang terdiri dari empat fakultas: Fakultas Keguruan sastra dan Seni (FKSS), Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), yang masing-masing dipimpin oleh seorang Dekan Muda. IKIP Bandung Cabang Palembang dipimpin oleh Seorang Dekan Koordinator yang dibantu oleh Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III.
Visi FKIP Unsri adalah pada dasawarsa kedua abad ke-21 merupakan lembaga yang unggul dalam pengembangan SDM, riset, informasi, dan inovasi kependidikan. Kemudian, FKIP Unsri memiliki visi untuk menyelenggarakan, membina, dan mengembangkan:
1) pendidikan yang menghasilkan tenaga kependidikan dan tenaga ahli yang profesional serta mampu bersaing secara global;
2) penelitian di bidang kependidikan dan ilmu murni yang menghasilkan informasi dan pembaharuan kependidikan; dan
3) pengabdian yang berorientasi pada perbaikan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Dalam situs http:// www.fkip_unsri.ac.id (diakses tanggal 25 April 2009) diketahui bahwa struktur kepengurusan di FKIP Unsri periode 2009-2014 adalah:
Dekan
Prof. Drs. Tatang Suhery, M.A., Ph.D.
Pembantu Dekan I
Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd.
Pembantu Dekan II
Drs. Made Sukaryawan, M.Si.
Pembantu Dekan III
Dra. Trimurti Saleh, M.A.

Ketua Program S1 Ekstensi
Drs. H. Loman Bolam, M.Si.
Sekretaris
Ernalida, S.Pd., M.Hum.
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Drs. Suhardi Mukmin, M.Hum
Sekretaris
Dra. Hj. Zahra Alwi, M.Pd.
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Dra. Hj. Sri Indrawati, M.Pd.
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
Ida Rosmalina, S.Pd., M.Pd.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs. Syafruddin Yusuf, M.Pd.
Sekretaris
Drs. Djumadino
Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi Akuntansi
Dra. Siti Fatimah, M.Si.
Ketua Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dra. Sri Artati Waluyati, M.Hum.
Ketua Prodi Pendidikan Sejarah
Dr. Murni, M.A.
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Drs. Adeng Slamet, M.Si.
Sekretaris
Drs. Endang Dayat, M.Si.
Ketua Prodi Pendidikan Matematika
Dra. Hj. Nyimas Aisyah, M.Pd.
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
Syuhendri, S.Pd., M.Pd.
Ketua Prodi Pendidikan Kimia
Drs. Hadeli L., M.Si.
Ketua Prodi Pendidikan Biologi
Drs. Khoiron Nazip, M.Si.
Ketua Prodi Pendidikan Teknik Mesin
Drs. H. Ali Fikri Asri
Ketua Prodi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Drs. Meirizal Usra, M.Kes.
Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling
Dra. Harlina, M.Sc.
Ketua Prodi PGSD dan PGTK
Drs. Supriyadi, M.Pd.

Kepala Bagian Tata Usaha
Zainal Bahri, S.E.
Kepala Bagian Akademik
Asniwati, S.Pd.
Kepala Bagian Keuangan dan Kepegawaian
Syamidin Zaiya, S.E.
Kepala Bagian Kemahasiswaan
Masye Max, S.Sos.
Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan
Drs. Firusdi Abikasman
Koordinator Tim ICT FKIP
Apit Fathurohman, S.Pd., M.Si.
Wahdian, S.E.

Sementara itu, Jurusan dan Program Studi yang terdapat di FKIP Unsri sampai dengan saat ini, yaitu:
1. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Terdiri dari dua program studi reguler dan dua program studi ekstensi, yaitu:
1) Bahasa Inggris Reguler
2) Bahasa dan Sastra Indonesia Reguler
3) Bahasa Inggris Ekstensi
4) Bahasa dan Sastra Indonesia Ekstensi
2. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Terdiri dari tiga program studi reguler dan tiga program studi ekstensi, yaitu:
1) Pendidikan Ekonomi Akuntansi Reguler
2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Reguler
3) Pendidikan Sejarah Reguler
4) Pendidikan Ekonomi Akuntansi Ekstensi
5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Ekstensi
6) Pendidikan Sejarah Ekstensi
3. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Terdiri dari empat program studi reguler dan empat program studi ekstensi, yaitu:
1) Pendidikan Matematika Reguler
2) Pendidikan Fisika Reguler
3) Pendidikan Kimia Reguler
4) Pendidikan Biologi Reguler
5) Pendidikan Matematika Ekstensi
6) Pendidikan Fisika Ekstensi
7) Pendidikan Kimia Ekstensi
8) Pendidikan Biologi Ekstensi
4. Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
5. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
6. Program Studi Bimbingan dan Konseling
7. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
8. Program Studi Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak
Adapun untuk menyelesaikan program S1 menurut kurikulum tahun 2001 dalam Buku Pedoman FKIP Unsri (2004:47) mahasiswa harus menyelesaikan semua mata kuliah dan kegiatan akademik lainnya sebanyak 154-160 sks. Mata kuliah itu tersebar dalam 1-8 dan terdiri atas beberapa kelompok mata kuliah sebagai berikut:
1) Mata Kuliah Umum (MKU) maksimal 10 sks
2) Mata Kuliah Kependidikan (MKK) maksimal 15 sks
3) Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar (MKPBM) maksimal 22 sks
4) Mata Kuliah Jurusan dan Bidang Studi (MKJBS) maksimal 105 sks
5) Mata Kuliah Pilihan (MKP) maksimal 8 sks
Sementara, berdasarkan kurikulum tahun 2004 dalam Buku Pedoman FKIP Unsri (2004:49) mahasiswa harus menyelesaikan semua mata kuliah dan kegiatan akademik lainnya sebanyak 150 sks. Mata kuliah itu tersebar dalam semester 1-8 dan terdiri atas beberapa kelompok mata kuliah sebagai berikut:
1) Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) maksimal 10 sks
2) Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) maksimal 13 sks
3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) maksimal 103 sks
4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) maksimal 20 sks
5) Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) maksimal 4 sks
6) Selain itu mahasiswa dapat mengambil Paket Tambahan pada Program Studi lain sebanyak 10 sks
Deskripsi kelompok mata kuliah di atas, sebagai berikut:
1) MPK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa tterhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2) MKK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memmberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu.
3) MKB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai dann akan memberikan pengalaman belajar.
4) MPB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
5) MBB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
Kemudian, penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan melalui kegiatan ceramah, diskusi, seminar, simposium, diskusi panel, lokakarya, penelitian, praktik lapangan, praktik laboratorium, atau kegiatan lainnya. Sedangkan, syarat mahasiswa dapat mengikuti kegiatan pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) terdaftar sebagai mahasiswa;
2) mengisi dan menyerahkan KRS untuk semester yang ditempuh;
3) memiliki kartu kuliah untuk tiap mata kuliah yang akan diikutinya.
Frekuensi kegiatan kuliah adalah jumlah pertemuan dalam perkuliahan yang harus dipenuhi. Apabila perkuliahan belum mencapai 12 kali (80%) tatap muka, dosen bersangkutan harus melengkapinya sebelum ujian akhir semester (dilaksanakan di luar jadwal perkuliahan yang telah ditetapkan). Sementara, kegiatan akademik pada suatu tahun akademik diselenggarakan dalam 2 semester yaitu semester ganjil dan semester genap. Semester ganjil dimulai bulan September-Januari tahun berikutnya, semester genap dimulai Februari-Juni. Jumlah perkuliahan satu semester adalah 19 minggu dengan rincian berikut:
1) masa pengenalan studi/bimbingan studi 1 minggu;
2) masa kuliah 15 minggu;
3) masa evaluasi tengah semester 1 minggu;
4) masa evaluasi akhir semester 2 minggu.
Perubahan mata kuliah dapat dilakukan setelah perkuliahan berlangsung paling lama 3 minggu, mahasiswa diperkenankan mengubah mata kuliah yang diambilnya semula. Prosedur perubahan ini dilakukan melalui pengisian Kartu Peubahan Rencana Studi dan harus diketahui oleh Pembimbing Akademik mahasiwa bersangkutan serta Ketua Program Studi/Jurusan. Dalam KPRS harus tercantum semua mata kuliah yang diambil pada semester itu.
Terakhir, kegiatan akhir program dilaksanakan dalam bentuk program pengalaman lapangan (PPL), penelitian untuk penyusunan penulisan skripsi, tesis atau disertasi. Pelaksanaan kegiatan atau penulisan skripsi atau tesis oleh mahasiswa dibimbing oleh 2-3 orang dosen pembimbing yang terdiri atas pembimbing utama dan pembimbing pembantu.

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di University of Teheran Iran






Sumber : http://www.ut.ac.ir (diakses tanggal 25 April 2009).
Sistem pendidikan nasional Iran telah diterapkan sejak abad ke-19, dimana pelaksanaan dan substansinya hampir sama dengan sistem pendidikan di Perancis. Sebelum pertengahan abad ke-19, pendidikan telah dihubungkan dengan lembaga keagamaan. Politeknik sekolah pertama telah dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1851. Sementara itu, Kementerian Pendidikan dibentuk pada tahun 1910 setelah revolusi konstitutional tahun 1906 dan didirikan perguruan tinggi negeri di tahun 1925, sedangkan Universitas Teheran resmi didirikan pada tahun 1934.
University of Teheran atau Universitas Teheran adalah universitas yang paling tua dan terbesar di Iran. Seperti halnya suatu lambang tentang pendidikan tertinggi di dalam negeri. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah ketika memasuki gerbang Iran ke dalam peradaban yang baru. Ini juga mengindikasikan bahwa sebagai salah satu pelopor dari masyarakat dalam kegiatan, ilmiah, politik, sosial dan hal penting lainnya. Oleh karena itu, sejak yayasan berdiri tahun 1934, Universitas Teheran telah memainkan peranan penting di bidang akademis, sosial, budaya dalam kehidupan yang berhubungan dengan Iran.
UT sebagai suatu universitas terbesar atau menyeluruh terdiri atas 7 kampus, 12 fakultas dan 33 lembaga ilmiah dan penelitian. UT dipimpin oleh salah satu dari orang Iran, dimana universitas ini memiliki suatu reputasi internasional untuk pelatihan dan risetnya yang berkualitas. UT mempunyai lebih kurang 32.000 mahasiswa dan lebih dari 1.550 anggota fakultas. Kampus utama UT terletak dijantungnya kota Teheran. UT mempunyai banyak kampus yang tersebar diseluruh kota Tehran dan di luar kota Teheran.
Sebagai tambahan terhadap sebuah pengalaman besar didalamnya menyediakan tenaga pengajar yang bermutu tinggi. Dimana mereka mengajar dengan fasilitas riset dan menemukan teknologi pencangkulan pertama di dunia. UT mempunyai suatu catatan mengesankan dalam melatih para mahasiswa internasional. Saat ini, di UT ada 350 mahasiswa asing dari berbagai negara yang belajar berbagai bidang berbeda untuk mendapatkan gelar dan tingkatan lulusan. Bahasa nasional di Iran adalah bahasa Parsi, kecuali untuk sejumlah program akademis. Untuk menyiapkan para mahasiswa asing pada pelatihan akademis dan mereka juga tinggal di Iran. Universitas menawarkan perlunya diadakan kursus melalui pusat pendidikan internasionalnya. Untuk studi di UT, ada beberapa perkumpulan internasional, seperti Persia terdiri dari IAU, ICSU, dan AUAP.
Perpustakaan Universitas adalah salah satu dari perpustakaan yang terbesar di Iran dan sebagai sumber utama untuk para mahasiswa dan akademisi diseluruh negeri tersebut. Perpustakaan berlangganan mempunyai cakupan yaang luas terdiri dari jurnal internasional dan mempunyai suatu koleksi yang unik. Mengenai naskah ada yang tulisan tangan dan ada juga yang tersedia dalam format elektronik.
Selain itu, universitas mempunyai fasilitas olahraga modern dan fasilitas kesehatan bersama dengan baik serta dilengkapi asrama bagi para mahasiswa. Para mahasiswa UT terlebih dahulu mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi yang dilakukan secara nasional. Dimana mereka yang lulus dan terpilih dari banyak calon mahasiswa adalah mereka yang terbaik di dalam negeri tersebut. UT juga menerima para mahasiswa internasional dengan menawarkan informasi mengenai program akademis yang berbeda ke calon pelamar atau mahasiswa asing. Formulir lamaran tersedia di UT Iran yang dapat didownload melalui website resmi http://www.ut.ac.ir.
Selanjutnya, fakultas yang terdapat di Universitas Teheran Iran ini ada sebanyak 12 fakultas, antara lain:
1. Faculty of Economics/ Fakultas Ekonomi
2. Faculty of Enterprenership/ Fakultas Kewirausahaan
3. Faculty of Environment/ Fakultas Lingkungan
4. Faculty of Foreign Language and Literature/ Fakultas Literatur dan Bahasa Asing
5. Faculty of Law and Political Science/ Fakultas Hukum dan Ilmu pengetahuan Politis
6. Faculty of Letters and Humanities/ Fakultas Sastra dan Ras manusia
7. Faculty of Management/ Fakultas Manajemen
8. Faculty of Psycal Education and Sport Science/ Fakultas Pendidikan Fisika dan Ilmu Pengetahuan Olahraga
9. Faculty of Psychology and Education/ Fakultas Ilmu Jiwa dan Pendidikan
10. Faculty of Social Science/ Fakultas Ilmu Sosial
11. Faculty of Teogoly and Islam Studies/ Fakultas Teogoli dan Islam Belajar
12. Faculty of Veterinary Medicane/ Fakultas Kedokteran Hewan Medicane
Pembahasan berikutnya dikhususkan pada Fakultas Ilmu Jiwa dan Pendidikan sebagai salah satu fakultas yang ada di UT Iran. Hal ini dengan pertimbangan bahwa pada pembahasan sebelumnya di Universitas Sriwijaya juga diambil contoh penyelenggaraan pendidikan dan ketentuan kurikulum di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan secara umum.
Fakultas Ilmu Jiwa dan Pendidikan merupakan fakultas pilihan di UT Iran. Fakultas ini memiliki seprang Dekan dengan tiga asisten atau Pembantu Dekan. Tugas mereka adalah mengatur penelitian, administrasi, akademik dan komplementer urusan pendidikan. Fakultas ini memiliki enam departemen atau jurusan antara lain:
1. Psikologi Perencanaan dan Administrasi Bidang Pendidikan
2. Pendidikan dan Administrasi Perencanaan Filosofis dan Dasar Pendidikan
3. Kemasyarakatan Filosofis dan sosiologis
4. Yayasan Pendidikan Dasar Pendidikan Psikologis
5. Yayasan Pendidikan Kurikulum, Metode Interviu Kurikulum dan instruksional
6. Perpustakaan Metoda dan Ilmu Pengetahuan
Informasi perpustakaan dan sains program yang ditawarkan oleh fakultas ini berupa program-program diantaranya:
1) Sarjana Muda Sastra Berijazah Pendidikan dan Psikologi;
2) Sarjana Muda Seni Gelar dalam Pendidikan dan psikologi;
3) Sarjana Muda Sastra Lingkup kerja kepustakaan;
4) Sarjana Muda Sastra Ilmu Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan;
5) Program Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Administrasi Bidang Pendidikan
6) Program Pengembangan Kurikulum serta Perencanaan Bidang pendidikan
7) Program Perencanaan, Pengembangan Kurikulum dan Riset Pendidikan
Pendidikan dan Penelitian Program Derajat tingkat MA di Psikologi Bidang Pendidikan dengan gelar akademik Magister Art. Program Pendidikan Psikologi tentang Anak-Anak Pengecualian dengan gelar akademik Magister Art. Program derajat tingkat Doktor Filsafat yaitu Sejarah dan Filosofi Pendidikan. Dari keseluruhan program yang ada di Fakultas ini terdapat 1200 mahasiswa.
Masing-masing departemen memiliki staf penuh waktu. Fakultas yang juga mempekerjakan pakar dari fakultas lain di universitas dan lembaga-waktu sebagai bagian anggota staf. Ada sekitar 60 lebih anggota fakultas dan dosen di fakultas ini. Berikutnya adalah lembaga dan pusat-pusat berafiliasi ke fakultas ini antara lain Pusat Pendidikan dan Teknologi, Bahasa Asing di Laboratorium, Laboratorium Psikologi Anak, Psikologi, Pendidikan dan Administrasi Perencanaan, Psikologis Yayasan Pendidikan, Perpustakaan dan Informasi Sains, Kurikulum dan Petunjuk Metode, Filosofis dan Sosiologis Yayasan Pendidikan.

Perbandingan Penyelenggaraan Pendidikan di Universitas Sriwijaya
dengan University of Teheran Iran
1. Persamaan Pendidikan di Universitas Sriwijaya dengan University of Teheran
Membuat perbandingan penyelenggaraan pendidikan di Unsri dengan UT Iran sangatlah sukar, salah satu penyebabnya adalah kekurangan dalam referensi yang digunakan untuk menemukan persamaan diantara kedua universitas tersebut. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa kedua universitas ini sama-sama masuk Top 6000 University in World. Dimana Unsri menduduki rangking ke-5857, sedangkan UT Iran menduduki rangking ke-990. Meskipun kajian dalam perbandingan ini masih sangat dangkal, namun penulis mencoba menguraikannya dalam bentuk matriks dalam tabel di bawah ini.
TABEL 1
PERSAMAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA DENGAN UNIVERSITY OF TEHERAN IRAN

NO KATEGORI UNIVERSITAS PERSAMAAN
UNSRI UT IRAN
1 SEJARAH BERDIRI Menghasilkan generasi handal penerus bangsa Memenuhi tuntutan akan pembangunan bangsa SAMA
2 KULTUR UNIVERSITAS Menuju Universitas Riset 2020 Universitas bercirikan keunggulan bidang penelitian dan teknologi yang dihasilkan HAMPIR SAMA
3 KULTUR MAHASIWA Heterogen (Mayoritas Muslim) melalui seleksi nasional Heterogen (Mayoritas Muslim) seleksi nasional SAMA
4 ORIENTASI STUDI Mempelajari Ilmu-Ilmu Umum Mempelajari Ilmu-Ilmu Umum dan satu fakultas Ilmu Agama HAMPIR SAMA
Lanjutan tabel 1
NO KATEGORI UNIVERSITAS PERSAMAAN
UNSRI UT IRAN
5 STRATEGI Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan SAMA
6 KURIKULUM UMUM Sesuai dengan ketentuan UNESCO Sesuai dengan ketentuan UNESCO SAMA
7 BEBAN KULIAH 150-160 sks 150-160 sks HAMPIR SAMA
8 FAKULTAS Ada FE, FKIP, FH, FP, FISIP, FK Ada FEco, Fenv, FFLL, FLPS, FLH, FM, FPESS, FPE, FSS, FVM HAMPIR SAMA
9 JURUSAN/
PROGRAM STUDI Ada Program Studi Bimbingan dan Konseling Ada Psikologi Perencanaan dan Administrasi Pendidikan HAMPIR SAMA
10 JUMLAH MAHASISWA Banyak (sekitar 13.000 mahasiswa) Banyak (sekitar 32.000 mahasiswa) HAMPIR SAMA
11 ASAL MAHASISWA Dalam dan luar negeri (relatif sedikit) Dalam dan luar negeri (merata) SAMA
12 TENAGA PENGAJAR Dosen berkualitas melalui tes masuk Dosen berkualitas melalui tes masuk SAMA
13 LETAK UNIVERSITAS Di Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten Di Ibukota Negara dan sekitarnya HAMPIR SAMA
14 PENILAIAN DUNIA Masuk Webometrics Top 6000 University in World Masuk Webometrics Top 6000 University in World SAMA
15 STATUS UNIVERSITAS Negeri Negeri SAMA
16 MASA STUDI 1-8 semester (empat tahun bisa kurang atau lebih) 1-8 semester (empat tahun bisa kurang atau lebih) SAMA
17 KEBIJAKAN PENDIDIKAN Mengacu pada kebijakan Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas khususnya Dikti) Mengacu pada kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iran HAMPIR SAMA
18 BIAYA PENDIDIKAN Swadana mahasiswa dan beasiswa dari pemerintah, swasta, dan hibah negara lain Swadana mahasiswa dan beasiswa dari pemerintah, swasta, hibah negara lain SAMA
19 BEASISWA Dari pemerintah, swasta, dan hibah pendidikan dari negara lain Dari pemerintah, swasta, dan hibah pendidikan dari negara lain SAMA
20 KALENDER AKADEMIK Perkuliahan dilaksanakan dua semester (ganjil dan genap) dalam satu tahun akademik serta ada semester khusus Perkuliahan dilaksanakan dua semester (ganjil dan genap) dalam satu tahun akademik tertentu HAMPIR SAMA
21 FASILITAS Disiapkan asrama bagi mahasiswa Disiapkan asrama bagi mahasiswa SAMA
2. Perbedaan Pendidikan di Universitas Sriwijaya dengan University of Teheran
Membandingkan Unsri dengan UT Iran dilihat dari perbedaan penyelenggaraan pendidikan kedua universitas ini, menurut penulis masih lumayan mudah daripada membuat persamaan antara keduannya. Di bawah ini penulis akan menyajikan perbedaan penyelenggaraan pendidikan di Unsri dengan UT Iran dalam tabel, sebagai berikut:
TABEL 2
PERBEDAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA DENGAN UNIVERSITY OF TEHERAN IRAN
NO KATEGORI UNIVERSITAS PERBEDAAN
UNSRI UT IRAN
1 SEJARAH BERDIRI Resmi tahun 1960 Tahun 1934 BEDA
2 KAMPUS 2 kampus 7 kampus BEDA
3 FAKULTAS 10 fakultas
Tidak ada Fakultas Kewirausaan dan Fakultas Teologi dan Belajar Islam 12 fakultas
Ada Fakultas Kewirausaan dan Fakultas Teologi dan Belajar Islam BEDA
4 LEMBAGA 4 lembaga 33 lembaga BEDA
5 JURUSAN/
PROGRAM STUDI FKIP (3 Jurusan) FPE (6 Jurusan) BEDA
6 REPUTASI Nasional Nasional dan Internasional BEDA
7 RANGKING DUNIA Webometrics Unsri ke-5857 Webometrics UT Iran ke-990 BEDA
Demikian tabel tentang perbedaan penyelenggaraan pendidikan di Unsri dengan UT Iran dibuat dan dirangkum dari berbagai sumber yang ada.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa antara pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia dengan di Iran masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Selain itu, terdapat persamaan maupun perbedaan yang mendasar, misalnya persamaan dalam penyebaran guru belum merata. Lalu perbedaannya adalah Sisdiknas di Indonesia dilaksanakan bersifat semi desentralisasi, sedangkan di Iran bersifat sentralistik.
Selanjutnya, perbandingan struktur pendidikan tinggi di Universitas Sriwijaya dengan di University of Teheran Iran terdapat adanya persamaan dan perbedaan, seperti sama-sama universitas negeri. Bedanya adalah Unsri hanya mempunyai 10 fakultas, sedangkan di UT Iran terdapat 13 fakultas dan lain-lain. Jadi, diantara kedua universitas ini masing-masing mempunyai persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan.
Daftar Pustaka

Fadjar, A.Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
FKIP Universitas Sriwijaya. 2006. Buku Pedoman FKIP Universitas Sriwijaya. Indralaya : FKIP Universitas Sriwijaya.
Fokusmedia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi (ed). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
http://yusufwibisono.multiply.com. Fakta Dunia Pendidikan di Negeri Muslim. Diakses tanggal 20 April 2009.
http://www.depdiknas.go.id. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Diakses tanggal 25 April 2009.
http://www.dikti.go.id. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Diakses tanggal 25 April 2009.
http://www.unsri.ac.id. Sejarah Universitas Sriwijaya. Diakses tanggal 25 April 2009.
http://www.fkip_unsri.ac.id. Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya. Diakses tanggal 25 April 2009.
http://www.mche.or.ir. University of Teheran Iran. Diakses tanggal 20 April 2009.
http://www.irandoc.ac.ir. Info and Link University. Diakses tanggal 20 April 2009.
http://www.ut.ac.ir. Overview and Departement in University of Teheran Iran. Diakses tanggal 20 April 2009.
Indrajit, R. Eko dan R. Djokopranoto. 2006. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta : Andi Offset.
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung Press.
Prabawa, Andi Haris dan Siti Zuhriah Ariatmi. 2002. Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Tahun 2000. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Sinar Grafika. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Sinar Grafika.
Supriadi, Dedi. 1997. Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Jakarta : Rosda Jayaputra.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Tadjab. 1994. Perbandingan Pendidikan; Studi Perbandingan Tentang Beberapa Aspek Pendidikan Barat Modern, Islam dan Nasional. Surabaya : Karya Abditama.
Universitas Sriwijaya. 2008. Buku Pedoman Universitas Sriwijaya Tahun Akademik 2008/2009. Palembang : Universitas Sriwijaya.

Senin, 04 Mei 2009

ANALISIS SILABUS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI/ KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGOLAHAN INFORMASI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ANALISIS SILABUS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI/
KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGOLAHAN INFORMASI
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Oleh :
KELOMPOK IV
Husnil Kirom
Emi Eka Sari
Yeni Desmawati
Fitria Dewi Yanti
M. Nirwan


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Meski begitu banyak permasalahan pendidikan yang harus dipecahkan bersama. Dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak permasalahan dan tantangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan di Indonesia di era globalisasi saat ini. Salah satu permasalahan pendidikan mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Sementara, profil pendidikan di Indonesia ternyata sangat kompleks, berbeda dengan pendidikan di negara lain. Sebagai gambaran mengenai ranking pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah pada tataran internasional menunjukkan rendahnya mutu. Selain itu, mutu pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Supaya mampu berperan dalam persaingan global terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya terlebih dahulu. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Jika tidak ingin bangsa Indonesia ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. SDM yang sangat berperan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah guru sebagai pendidik dan siswa sendiri sebagai generasi penerus dan harapan bangsa.
Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat penting. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah bersama-sama dengan berbagai kalangan akan terus berupaya mewujudkan amanat itu melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan serta menyerasikan perkembangan teknologi dengan dampak globalisasi, harus ada usaha sinergis yang memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi dan sosial ekonomi. Kesemuannya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan. Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam bidang teknologi pendidikan.
Dikarenakan semakin pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi serta kompleksnya usaha untuk pengembangan dan pembinaan SDM. Kini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Gaya hidup menggunakan teknologi di Indonesia saat ini juga diterapkan di bidang pendidikan. Bentuk penerapan penggunaan teknologi di bidang pendidikan tersebut berupa pengenalan komputer dan perangkat TIK lain, pembelajaran tentang komputer dan TIK, penggunaan komputer dan TIK untuk belajar dan pembelajaran, komputer dan perangkat TIK digunakan sebagai media untuk membantu dan mempermudah kegiatan pembelajaran. Bidang pendidikan yang utama menjadi perhatian adalah pendidikan formal, yaitu pada jenjang sekolah dasar (SD), SMP, SMA dan SMK serta Perguruan Tinggi.
Penggunaan dan penerapan TIK ini tidak semata mengikuti perkembangan teknologi agar tidak dikatakan tertinggal, namun terutama ditujukan demi memajukan pendidikan kita. Kini beberapa sekolah telah menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, Internet dan lainnya) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer, internet, intranet, satelit, tape/video, TV interaktif dan CD ROM adalah bagian media elektronik yang dimaksudkan dalam kategori ini.
Penerapan TIK di sekolah-sekolah sudah diupayakan oleh pemerintah. Bentuk upaya tersebut dilakukan dengan pengadaan pelatihan bagi guru-guru agar guru dapat mengimbangi perkembangan teknologi, selain itu juga pemerintah sudah mengupayaan penyediaan unit komputer di masing-masing sekolah melalui Departemen Pendidikan Nasional bagian sarana dan prasarana. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai TIK di Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun dalam makalah ini rumusan masalah yang akan diangkat adalah:
1. Apasajakah substansi dari materi KKPI di SMK?
2. Apakah terdapat kesesuaian antara materi KKPI di SMK dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja?
3. Apakah ketersediaan sarana dan prasarana TIK/KKPI dalam menunjang pembelajaran memadai?
4. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran KKPI di SMK?
5. Bagaimanakah cara mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran KKPI di SMK?

PEMBAHASAN

1. Substansi dari materi KKPI di SMK
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standae Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi.
Selanjutnya, menurut Muslich (2008:12-13) ada empat komponen dalam KTSP yaitu:
(1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
(2) struktur dan muatan KTSP
(3) kalender pendidikan
(4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berkaitan dengan komponen KTSP khususnya struktur dan muatan KTSP, untuk strukturnya sebagai berikut kelompok mata pelajaran agama dan akhlaq mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Secara dokumentatif, komponen KTSP dikemas dalam dua dokumen yaitu Dokumen I berisi acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan. Dokumen II memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan lokal, mata pelajaran tambahan). Sebagai contoh struktur KTSP SMK terdiri dari silabus mata pelajaran wajib dan silabus muatan lokal.
Substansi materi Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) di SMK, antara lain:
Kelas X
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 30 x 45 menit
1. Mengoperasikan PC stand alone
1.1 Mengoperasikan operasi berbasis teks
1.2 Mengoperasikan operasi berbasis Graphic User Interface (GUI)
2. Mengoperasikan sistem operasi software
2.1 Menginstal sistem operasi software
2.2 Mengoperasikan software pengolah kata
2.3 Mengoperasikan software spreadsheet
2.4 Mengoperasikan software presentasi
2.5 Mengoperasikan software aplikasi basis data

Semester Genap
Alokasi Waktu : 84 x 45 menit
3. Mengolah data aplikasi
3.1 Melakukan entry data aplikasi dengan keyboard
3.2 Melakukan update data dengan utilitas aplikasi
3.3 Melakukan delete data dengan utilitas aplikasi
3.4 Melakukan entry data dengan image scanner
3.5 Melakukan entry data dengan OCR (Optical Character Recognition)
4. Mengoperasikan PC dalam jaringan
4.1 Menginstal software jaringan
4.2 Mengoperasikan jaringan PC dengan sistem operasi
5. Mengoperasikan Web-Design (Internet)
5.1 Mengoperasikan Web-Browser
5.2 Mengoperasikan software e-mail client

Kelas XI
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 32 x 45 menit
1. Mengolah data aplikasi
2.1 Melakukan entry data aplikasi dengan keyboard
2.2 Update data dengan utilitas aplikasi
2.3 Melakukan delete data dengan utilitas aplikasi
2.4 Melakukan entry data dengan image scanner

Semester Genap
Alokasi Waktu : 16 x 45 menit
2. Mengoperasikan PC dalam jaringan
2.1 Menginstal software jaringan
2.2 Mengoperasikan jaringan PC dengan sistem operasi

Kelas XII
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 16 x 45 menit
1. Mengoperasikan Web-Desain (Internet)
2. Mengoperasikan Web-Browser
3. Mengoperasikan software email client

2. Kesesuaian antara materi KKPI di SMK dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja
Dilihat SMK Negeri 3 Lubuklinggau, dan SMK Negeri Tugumulyo Musi Rawas. Materi KKPI yang diberikan kepada siswa dengan jurusan Teknik Mesin Otomotif (TMO), Teknik Audio Visual ( TAV) materi yang diberikan telah disesuai dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja, akan tetapi untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dikembangkan lebih agar sesuai dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja, dimana jurusan TKJ ini harus mendalam dalam pemahaman dan pengetahuannya dalam KKPI
3. Ketersediaan sarana dan prasarana TIK/KKPI dalam menunjang pembelajaran memadai
Ketersediaan sarana dan prasarana pada SMK Negeri 3 Lubuklinggau, dan SMK Negeri Tugumulyo Musi Rawas kurang memadai, komputer yang dimiliki hanya 15 unit dan 1 unit untuk digunakan oleh 2 siswa, terkadang dilakukan dengan rolling ( bergantian), jaringan ke internet sudah ada akan tetapi belum optimal
4. Pelaksanaan pembelajaran KKPI di SMK
Pelaksanaannya telah dilakukan dengan cukup baik. Sebagaimana kegiatan pembelajaran umumnya, pada proses pembelajaran mata pelajaran TIK dapat ditemui beberapa masalah, mulai dari masalah yang berkaitan dengan pribadi siswa hingga masalah teknis pelaksanaan. Adapun kemungkinan permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul diantaranya : adanya perbedaan karakter siswa (karakteristik siswa, belum adanya lembaga pendidikan yang secara khusus mendidik calon tenaga kependidikan di bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi, dan masih kurangnya kemampuan sekolah melakukan perawatan dan upgrade secara kontinyu perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dimilikinya.
Perbedaan karakter/karakteristik siswa. Ketika berbicara mengenai karakteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran maka akan membahas mengenai latarbelakang siswa yakni latar belakang kemampuan siswa, daya tangkap. Cara belajar, hingga minat siswa secara umum. Selain itu juga akan berkaitan dengan bagaimana sikap seorang guru dalam menghadapi siswanya, serta keadaan / suasana kegiatan pembelajaran yang menjadi lingkungan belajar siswa.
Semua siswa memiliki pribadi yang berbeda-beda, dan dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi topik utama berkaitan dengan karakteristik siswa adalah bagaimana latar belakang pengetahuan, minat dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Siswa di salah satu SMK berasal dari lulusan SMP yang berbeda-beda, tentunya dengan kemampuan serta pemahaman terhadap KKPI yang berbeda-beda pula. Dari kemampuan danpemahaman yang berbeda-beda tersebut didukung dengan minat yang berbeda-beda akan menimbulkan respon yang siswa yang berbeda-beda. Kecenderungan terjadi pada siswa yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai KKPI ditunjang dengan minat yang bagus terhadap pembelajaran KKPI maka siswa tersebut akan sangat antusias mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang sudah mengenal dan sedikit mengerti KKPI namun minatnya terhadap pelajaran KKPI kurang maka respon siswa pun akan berbeda. Termasuk akan berbeda juga bila siswa tersebut belum mengenal KKPI tapi tidak ingin tahu dan siswa yang belum mengenal KKPI namun sangat ingin tahu. Bahkan pada zaman sekarang ini, siswa sudah lebih banyak tahu sebulum ia menerima pelajaran tersebut di sekolah, sehingga ketika di sekolah diberi pelajaran tersebut dan dia sudah merasa tahu maka minat untuk memperhatikan kurang bahkan dapat menimbulkan kejenuhan atau bosan pada siswa tersebut.
Menghadapi fenomena karakteristik siswa tersebt maka kegiatan pembelajaran kembali dibebankan kepada guru untuk dapat menciptakan kondisi peembelajaran yang kondusif, dapat mencakup semua siswa, dan menarik perhatian semua siswa. Maka cara yang dianataranya dapat dilakukan adalah dengan menggunanaan model danmetode pembelajaranyang sesuai atau divariasikan sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. Guru sebisa mungkin mengusahakan penerapan model danmetode pembelajaran yang mampu mencakup dan mewakili minat kesemua siswa. Mulai dari model dan metode yang sederhana seperti penjelasan dan diskusi tanya jawab hingga praktek dan pengadaan tutor sebaya.
Bagi siswa yang sudah memiliki kemampuan lebih dari siswa lainnya karena saat dibangku SMP siudah menerima pelajaran KKPI maka akan jenuh bila harus mengulang pelajaran yang ia sudah bisa. Maka agar tidak jenuh sang siswa dapat dimintai untuk membantu siswa lainnya yang kesulitan, model ini disebut model tutor sebanya. Semakin banyak variasi model pembelajaran digharaplkan akan semakin membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan siswa tidak jenuh.
Belum adanya lembaga pendidikan yang secara khusus mendidik calon tenaga kependidikan di bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi. Tenaga kependidkan di bidang KKPI pada saat ini kebanyakan berasal dari lulusan ilmu komputer dan sebagian berasal dari guru bidang lain yang memiliki kemampuan mengenai KKPI. Guru KKPI yang berasal dari lulusan ilmu komputer dapat dikatakan baik sekali pemahamannya mengenai komputer berkaitan dengan KKPI namun disisi lain, tenaga guru tersebut sebenarnya belum dibekali dengan bagaimana menjadi guru, bagaimana menyikapi siswa, bagaimana menggunakan metode atau model yang pas digunakan dan lain sebagainya. Sebaliknya bila tenaga guru KKPI tersebut berasal dari guru mata pelajaran lain yang kebetulan memiliki kemampua komputer KKPI. Guru tersebut dapat dikataka sudah memiliki bekal yang baik mengenai bagaimana seorrang guru terhadap siswanya, bagaimana mengkondisikan siswa belajar, metode dan model apa yang baiknya digunakan saat pembelajaran dan sebagainya. Guru tersebut belum tentu memiliki pemahaman komputer yang mendalam seperti pada lulusan komputer.
Sesungguhnya semua kemungkinan tersebut dapat saja menjadi sangat baik ketika masing-masing guru belajar danmelengkapi kekurangan dari dirinya agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Akan lebih baik lagi jika tenaga pengajar komputer KKPI memang dibina sedari awal dalam lembaga pendidikan yang mencetak tenaga-tenga pendidik Teknologi Informasi dan Komunikasi, jadi tenaga pengajarnya adalah tenaga profesional. Kemampuan sekolah untuk melakukan perawatan dan upgrade secara kontinu perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah dimilikinya. Sekolah sering kali mengabaikan perawatan perangkat Teknologi Informasi dan omunikasi yang dimiliki, sebagai salah satu contoh saja yaitu unit komputer. Semestinya dan sebaiknya unt komputer yang tersedia di sekolah menerima perawatan rutin setiap bulan atau dua kali dalam satu semester secara terus menerus sehingga perangkat Teknologi Informasi dan Teknolog tersebut dapat lebih lama digunakan dengan kondisi yang baik. Pada kenyataannya, kebanyakan perhatian sekolah lebih kepada usaha penambahan perangkat KKPI yang ada di sekolah, bukan pada perawatan, selain karena ketidak pahaman,ketidak sempatan/kesibukan juga karena kuntitas sering kali menjadi hitungan dibandingkan kualitas. Lebih dipentingkan jumlah komputer yang banyak namun perawatan kurang dibandingkan dengan jumlah komputer yang sedikit namaun perawatannya sangat baik.
5. Cara mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran KKPI di SMK
Cara mengatasi masalah yang dihadapi dengan melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang pembelajaran untuk materi KKPI tersebut. Memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran memerlukan tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam
menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Pelajaran KKPI bukan hal yang baru namun termasuk baru dan memerlukan perhatian, karena dalamperjalaaan perkembangan peneraan mata pelajaran KKPI di sekolah-sekolah masih menyelesaikan atau minimal menekan permasalahan yang mungkin timbul pada pembelajaran mata pelajaran KKPI.
Beberapa cara yang dapat diusahakan dalamp upaya penanggulangan masalah pada pembelajaran KKPI dan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan diantaranya :
1. Penerapan metode dan model yang sesuai. Disesuaikan dengan keadan kelas, kondisi siswa / karakter siswa, kemampuan siswa, dan minat siswa.
2. Perlu dibuka jurusan baru dalam ilmu pendidikan yaitu pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencetak tenaga-tenaga profesional yang nantinya kaa mengajar KKPI.
3. Perlunya disediakan tenaga operator komputer disekolah untuk mengawasi keadan komputer, mengelola ruang komputer dan merawat unit-unit komputer yang ada disekolah. Alangkah lebih baiknya jika tenaga operator tersebut benar-benar orang yang mengerti mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sehingg dalam erawatan unit perangkat KKPI benar-benar merawat perangkat tersebjut dari luar dan dalam, bukan sekedar menjaga agar tidak kotor tetepai juga menjaga / memelihara agar tidak rusak perangkat didalamnya, dan lain sebagainya.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran TIK di SMK dinamakan KKPI (keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi). Substansi KKPI lebih kompleks jika dibandingkan dengan TIK di SMA, terutama materi untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan. Terdapat kesesuaian materi KKPI dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja. Memang ada kendala dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana yang dmimiliki oleh masing-masing sekolah dan tenaga pengajar yang masih minim dan bukan berkualifikasi S1 Pendidikan Komputer. Salah satu cara mengatasinya dengan menyiapkan lulusan S1 Pendidikan Komputer, mengikutkan guru dalam berbagai pelatihan, menyempurnakan kurikulum yang telah ada, serta melengkapi sarana prasarana.


DAFTAR PUSTAKA
Dikmenjur. 2005. Modul KKPI TIK. Jakarta : Depdiknas.
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Narjo. 2006. Modul KTSP Sekawan untuk SMK. Jakarta : Cipta Pustaka.
Riadi, Bambang. 2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Palembang : SMKN 6 Palembang.
http//:www.bambang.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2009.
Wiryanti, Endang. 2004. Modul Sekawan untuk SMK. Jakarta : Cipta Pustaka.













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KOMPUTER dan PENGOLAHAN INFORMASI

Nama Sekolah : SMK NEGERI 6 PALEMBANG
Mata Pelajaran : Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi
Kelas/Semester : XII/6 (Genap)
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi : 5. Mengoperasikan Web-Design
Kompetensi Dasar : 5.1 Mengoperasikan Web-Design
Indikator : 1. Koneksi internet sudah tersambung dengan baik
2. Web-browser telah terinstalasi dan dapat berjalan dengan normal
3. Menu URL dijelaskan secara tepat
4. URL tertentu diakses melalui isian, menu hyperlink dengan penulisan
yang benar
5. Informasi dan gambar dicari menggunakan mesin pencari sesuai
Prosedur
6. Fitur-fitur konfigurasi sederhana (seperti proxy dan cokies) dijelaskan
dan diaplikasikan dengan baik
7. File-file hasil browsing dan link disimpan pada media penyimpan
(hardisc, flasdisc, CD) sesuai dengan prosedur
8. File dokumen hasil browsing dicetak dan fitur pencetakan
diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan, siswa dapat:
1. mengidentifikasi internet yang sudah tersambung dengan baik
2. mengidentifikasi web-browser yang telah terinstalasi dan dapat berjalan dengan normal
3. menjelaskan menu URL (Uniform Resorce Locator) dengan benar
4. mengakses URL tertentu diakses melalui isian, menu hyperlink dengan penulisan yang benar
5. mencari informasi dan gambar dicari menggunakan mesin pencari sesuai prosedur
6. fitur-fitur konfigurasi sederhana (seperti proxy dan cokies) dijelaskan dan diaplikasikan dengan baik
7. menyimpan file-file hasil browsing dan link disimpan pada media penyimpan (hardisc, flasdisc, CD) sesuai dengan prosedur
8. mencetak file dokumen hasil browsing dicetak dan fitur pencetakan diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan

B. Materi Pembelajaran
Pengoperasian Web-Browser :
1. Internet dan sistem koneksi
2. Media koneksi internet
3. Pengenalan Web-Browser
4. Sistem addresing di internet
5. Hyperlink
6. Pencarian atau searching informasi di internet
7. Penyimpanan file
8. Pencetakan

C. Metode Pembelajaran
Ceramah, praktik, pemberian tugas atau /latihan dan tanya jawab

D. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Absensi
b. Apersepsi

2. Kegiatan Inti
a. Penjelasan materi
b. Praktik
c. Tugas atau latihan
d. Tanya jawab

3. Kegiatan Akhir
Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas dan dipraktekkan

E. Sumber Belajar
1. Modul KKPI Dikmenjur Tahun 2006
2. Personal Komputer
3. Software Aplikasi Spreadsheet
4. Printer
5. Internet
6. Menu Help

F. Penilaian
1. Kehadiran dan partisipasi
2. Penyelesaian tugas
3. Tes (tertulis dan praktik)


Mengetahui Mengetahui/Menyetujui Palembang, Januari 2009
Wakil Bidang Kurikulum Koord. Normatif&Adaptif Guru Mata Diklat




Drs. Liswanto Dra. Ernawati Kamal Bambang Riadi, S.Pd.
NIP 131651637 NIP 131474796 NIP 131947638

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
1. Teori
Kerlinger dalam Sugiyono (2008:79-80) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konstruk/konsep, definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena
Sementara, menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2008:80) teori merupakan generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori adalah kumpulan fakta yang menjadi data lalu dikembangkan menjadi sebuah konsep yang digeneralisasi dan dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal.

2. Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks (Dimyati dan Mudjiono, 2002:7). Dalam American Heritage Dictionary mendefinisikan belajar sebagai to gain knowledge, comprehension, or mastery through experience or study (untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi). Sementara Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku. Gagne berpendapat Belajar adalah kegiatan yang kompleks. Piaget berpendapat belajar adalah pengetahuan yang dibentuk individu. Rogers berpendapat belajar adalah peristiwa mengalami.
Menurut Gregory A. Kimble dalam Hergenhahn dan Matthew (2008:8) belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.
Dari definisi di atas ada beberapa hal yang berkenaan dengan belajar, yaitu:
(1) belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku
(2) perubahan behavioral ini lebih bersifat relatif permanen
(3) perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai
(4) perubahan perilaku (potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik dan latihan
(5) pengalaman atau praktik harus diperkuat secara maksimal
Selain itu, Hamalik (2007:27) mengemukakan ada beberapa definisi lain tentang belajar, sebagai berikut:
a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman atau learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experinencing.
Artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan serta bukan hanya mengingat tetapi mengalami.
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Artinya tujuan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku berupa interaksi antara individu dengan lingkungannya.
William Burton dalam Hamalik (2007:31) menyimpulkan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu:
a. proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui,
b. proses belajar dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan,
c. pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid,
d. hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan dan keterampilan, serta
e. hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat berubah.
Prinsip-prinsip belajar yang lain menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:42-49) antara lain:
a. perhatian dan motivasi
b. keaktifan
c. keterlibatan langsung
d. pengulangan
e. tantangan
f. balikan dan penguatan
g. perbedaan individual
Masih menurut Hamalik (2007:32-33) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. faktor kegiatan
b. faktor pelaksanaan
c. faktor lingkungan
d. faktor asosiasi
e. faktor kesiaan belajar
f. faktor minat dan usaha
g. faktor fisiologis
h. faktor intelegensi
Robert M. Gagne dalam Uno (2006:8) belajar mempunyai delapan tipe yang bertingkat atau hierarkis, antara lain:
a. belajar isyarat
b. belajar stimulus respon
c. belajar rangkaian
d. belajar asosiasi verbal
e. belajar diskriminasi
f. belajar konsep
g. belajar aturan
h. belajar pemecahan masalah
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran bermuara pada tercapainya tujuan tersebut.

3. Pembelajaran
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Menurut Djahiri dalam Kunandar (2007:287) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri, baik fisik dan non fisik siswa serta kebermaknaannya bagi diri dan kehidupan saat ini dan masa yang akan datang.
Kemudian, dalam proses pembelajaran unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Menurut Degeng dalam Uno (2006:2) pembelajaran adalah upaya unutk membelajarkan siswa yaitu kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, pembelajaran yang direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancang agar kegiatan yang telah disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.
Ada pendapat lain mengenai pembelajaran menurut Reigeluth dalam Uno (2006:3) sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif. Banyak sekali pengertian mengajar menurut para ahli ditinjau dari sudut pandang masing-masing.
1) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah
2) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah
3) Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
4) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warganegara yang baik
5) Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar siswa
6) Mengajar adalah proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari
Selanjutnya, beberapa pengertian tentang pembelajaran antara lain:
1) Pembelajaran adalah sama dengan kegiatan mengajar
2) Pembelajaran adalah interaksi belajar dan mengajar
3) Pembelajaran adalah suatu sistem yang saling berinteraksi
4) Pembelajaran adalah identik dengan pendidikan
Komponen-komponen pembelajaran meliputi:
a. tujuan pendidikan dan pembelajaran,
b. peserta didik atau siswa,
c. tenaga kependidikan,
d. perencanaan pembelajaran,
e. strategi pembelajaran,
f. media pembelajaran, dan
g. evaluasi pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

4. Teori Belajar dan Pembelajaran
Teori belajar merupakan teori atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik khususnya tentang belajar. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan. Namun, tidak sembarangan berada di tengah-tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar. Oleh karena itu, dalam belajar memerlukan keaktifan sendiri, melibatkan segala pemikiran, kemauan, dan perasaan.
Teori pembelajaran menurut Reigeluth dalam Uno (2006:3) adalah sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif.
Beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya teori belajar behavioristik dianut oleh Skinner, teori belajar humanistik dianut oleh Maslow, teori belajar kognitivistik dianut oleh Covington, teori belajar asosiatif dianut oleh Ivan P. Pavlov, teori belajar konstruktivistik dianut oleh Jean Piaget, dan teori belajar post modernistik dianut oleh Paulo Freire.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar dan pembelajaran adalah sebuah landasan pemikiran untuk menjelaskan tentang cara-cara belajar dan bagaimana pembelajaran dilaksanakan.
Sementara itu, untuk memahami lebih mendalam mengenai teori belajar dan strategi pembelajaran yang baik dan efektif untuk diterapkan guru di kelas, maka dalam makalah ini hanya akan dibahas salah satu teori belajar yaitu teori belajar konstruktivistik. Secara menyeluruh dan sistematis akan diuraikan teori belajar konstruktivistik (pengertian umum, menurut ahli Jean Piaget dan Vygotsky), model dan strategi pembelajaran konstruktivistik, serta penerapan pembelajaran konstruktivistik dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn Kelas VII Semester Dua).
B. Teori Belajar Konstruktivistik
1. Pengertian Konstruktivistik
Perspektif konstruktivisme berakar dari filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Perhatian penting dari konstruktivisme adalah makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu serta berpengetahuan. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut yang memungkinkan adanya penafsiran jamak atau multiple persectives bukan hanya satu penafsiran saja. Hal ini berarti bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Dengan demikian menurut Bruning dkk dalam Winataputra (2008:65) peranan dan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemikiran dari berbagai ahli pendidikan seperti Jean Piaget, Vygotsky dan John Dewey terjalin menjadi perspektif konstruktivisme yang mempunyai beragam perwujudan dalam proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya tidak ada satu-satunya pemahaman tentang teori belajar konstruktivistik. Namun, yang ada hanya berbagai pendekatan konstruktivistik yang diterapkan dalam berbagai ilmu dan mempunyai penekanan yang berbeda-beda.
Sementara pengertian konstruktivisme dalam Depdiknas (2003:10-11) disebutkan bahwa:
“Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan Contextual Teaching and Learning bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau sempit dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata”.

Jadi, konstruktivistik merupakan prinsip Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning dimana siswa dalam pembelajaran tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi ikut aktif dalam membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Teori Belajar Konstruktivistik Menurut Jean Piaget dan Vygotsky
1) Teori Belajar Konstruktivistik Menurut Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, kecerdasan seseorang berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata atau skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan. Saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme bukan ke dalam teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan). Teori Perkembangan Kognitif ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia, yakni:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
a) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
• Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran Pra Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
• Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah yang bentuknya berbeda-beda.
• Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
• Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
(a) Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
(b) Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
(c) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
(d) Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
(e) Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
(f) Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
• Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
• Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada ”gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Berikutnya, teori perkembangan kognitif anak terbagi menjadi dua sudut pandang menurut para ahli, yaitu:
a. Theory Neurosains
Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori ini menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokohnya Lev Vygotsky.
b. Theory of Mind
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokohnya adalah Andrew N. Meltzoff.

Jean Piaget menguraikan pentingnya berbagai faktor internal seseorang, seperti tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri, dan keyakinan dalam proses belajar. Selain itu, berbagai faktor internal tersebut mengindikasikan kehidupan psikologis seseorang serta bagaimana di mengembangkan struktur dan strategi kognitif dan emosinya.
Sebagai contoh, perkembangan kognitif manusia sesuai urutan atau sequence tertentu. Kemampuan berpikir pada satu tahapan yang lebih tinggi merupakan perkembangan dari tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan yang lebih tinggi seseorang lebih mampu berpikir terorganisasi dan abstrak. Piaget menyebutnya sebagai kemampuan untuk mengembangkan skema berpikir atau building blocks of thinking.
Menurut Piaget proses berpikir melibatkan dua jenis proses yang saling berhubungan yaitu organizing dan adapting. Mengorganisasikan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang adalah membedakan informasi penting dari yang tidak penting atau konsep utama dengan jabarannya serta melihat saling keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Disamping itu juga seseorang akan melakukan proses adaptasi ketika belajar yaitu melalui asimilasi dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Lalu, proses akomodasi terhadap pengetahuan baru dengan sedikit banyak mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki.
Landasan psikologis dalam pendidikan secara umum mencakup tentang perkembangan dan kesiapan belajar anak didik. Hal ini telah melahirkan konsep pendidikan sendiri, salah satunya ialah teori konstruktivistik yang mengilhami teori perkembangan kognitif anak dari Jean Piaget. Teori perkembangan kognitif sendiri berorientasi pada perlakuan individual didasarkan pada tingkat perkembangan anak, motivasi belajarnya bersifat instrinsik melalui pengetahuan yang telah dimiliki, menggunakan kurikulum dan metodologi yang mengembangkan keterampilan dasar berpikir juga bahan ajarnya, memusatkan diri pada pengembangan kemampuan secara keseluruhan, bentuk pengelolaannya berpusat pada anak dan guru hanya sebagai pembimbing, program pembelajaran disusun dlam bentuk pengetahuan yang terpadu dan hierarkis serta partisifasi siswa sangat dituntut untuk pengembangan kemampuan belajar dan berpikir sambil menemukan sendiri.
Selanjutnya, mengutip dari apa yang diutarakan oleh Jean Piaget dalam Hergenhahn (2008:324-325) bahwa pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cenderung memiliki struktur kognitif yang sama tetapi adalah mungkin bagi mereka untuk struktur kognitif yang berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi belajar yang berbeda pula. Masih menurut Piaget bahwa proses perkembangan seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan dan berlangsung terus menerus. Melalui berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan itu.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung baru.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label ”burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak. Di satu sisi, materi pendidikan yang tidak bisa diasimilasikan ke struktur kognitif anak tidak akan bermakna bagi si anak. Jika, di sisi lain materi bisa diasimilasi secara komplet, tidak akan ada proses belajar yang terjadi. Agar belajar terjadi, materi perlu sebagian sudah diketahui dan sebelum belum. Bagian yang sudah diketahui dan bagian yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini disebut akomodasi yang dapat disamakan dengan belajar.
Jadi, menurut Piaget pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual. Untuk menciptakan jenis pengalaman ini, guru harus tahu level fungsi struktur kognitif siswa. Kesimpulannya dengan menyadari bahwa kemampuan untuk mengasimilasi akan bervariasi dari satu anak ke anak yang lain dan materi pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif siswa.
Anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor yang memberi kerangka bagi interaksi awal mereka dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat direspons oleh si anak dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus diakomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus menerus.
Istilah intelegensi atau kecerdasan dipakai oleh Piaget untuk mendeskripsikan semua aktivitas adaptif. Perilaku anak yang memegang mainan adalah sama cerdasnya dengan perilaku anak yang lebih tua dalam memecahkan masalah. Perbedaannya adalah dalam struktur kognitif yang tersedia bagi setiap anak. Tindakan yang cerdas selalu cebderung menciptakan keseimbangan antara orgnanisme dengan lingkungannya dalam situasi saat itu. Dorongan ke arah keseimbangan ini dinamakan ekuilibrasi. Berbeda dengan teoritis belajar lain yang telah dipelajari, Piaget tidak mudah dikategorikan sebagai teortisi penguatan atau teoritisi kontiguitas.
Meskipun perkembangan intelektual adalah berkelanjutan selama masa kanak-kanak, Piaget memilih untuk menyusun tahap perkembangan intelektual. Piaget mendeskripsikan empat tahap utama, yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasi konkret, operasi formal. Teori Piaget memberi efek signifikan pada praktik pendidikan. Banyaknya pendidik berusaha untuk merumuskan kebijakan spesifik berdasarkan teori Piaget. Kontribusinya adalah telah mengidentifikasi dua tipe belajar. Dimana keduanya adalah asimilasi dan akomodasi diartikan sebagai proses belajar, keduanya melibatkan akuisisi dan penyimpanan informasi.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label burung adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang itu selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum. Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak usia 3 tahun dibandingkan usia 15 tahun.

2) Teori Belajar Konstruktivistik Menurut Vygotsky
Tokoh lain yang menganut teori belajar konstruktivis ini adalah Vygotsky sarjana Psikologi dari Rusia. Vygotsky lahir di Orsha pada tahun 1896. Dia merupakan lulusan dari Universitas Negeri Moskow tahun 1917.
Dia berminat di bidang psikologi perkembangan terutama perkembangan anak dan pendidikan yang sangat beragam. Dia mengamati bagaimana mengembangkan fungsi mental yang lebih tinggi dalam sejarah budaya kelompok tertentu serta individu melalui interaksi sosial dengan orang-orang penting dalam kehidupan anak, khususnya orang tua dan orang dewasa lainnya.
Melalui interaksi ini, seorang anak yang datang untuk mempelajari kebiasaan pikiran budaya, termasuk pola bicara, bahasa tertulis, dan pengetahuan lainnya secara simbolis melalui anak yang sering disebut sebagai budaya mediasi. Khusus pengetahuan yang diperoleh oleh anak-anak melalui interaksi juga diwakili bersama pengetahuan budaya. Proses ini dikenal sebagai internalisasi. Kontribusi yang paling penting adalah mengenai hubungan antar bahasa dan pemikiran.
Dia berpendapat bahwa pengetahuan dibangun secara sosial. Dalam hal ini siswa yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna suatu pengetahuan. Dengan demikian proses yang terjadi akan beragam sesuai dengan konteks kulturalnya.
Proses dan konteks kultural yang beragam juga menghasilkan belajar yang beragam pula. Sebagai contoh, dapat diamati bagaimana anak-anak mempelajari suatu konsep melalui modus tertentu.

3. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik
Konstruktivisme merupakan payung beragam pandangan dan pendekatan tentang belajar dan pembelajaran. Konstruktivis memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Beberapa karakteristik dari konstruktivis dalam pembelajaran sebagai berikut:
(1) mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi
(2) dimungkinkannya perspektif jamak atau multiple perspective dalam proses belajar
(3) peran siswa utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau mengendalikan proses berpikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya
(4) penggunaan scaffolding dalam pembelajaran
(5) peranan pendidik lebih sebagai tutor, fasilitato dan mentor untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa
(6) pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik
4. Model Pembelajaran Konstruktivistik
Dalam praktek seringkali tidak selaras antara tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran yang digunakan. Meskipun secara sadar guru menganggap penting tujuan pembelajaran yang berupa kemampuan berpikir analitis-kritis atau sikap pribadi yang toleran menghargai keragaman pendapat. Tetapi model pembelajaran yang digunakan tanpa disadari guru dapat menekankan pertumbuhan sikap analitis-kritis siwa, misalnya sikap yang otoriter.
Demikian pula halnya dengan prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran seperti apa yang dapat mendukung proses belajar siswa untuk dapat mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuan melalui penalaran individual dan disksi dengan teman, guru serta lingkungannya. Dalam hal ini guru perlu kreatif untuk dapat menciptakan berbagai proses pembelajaran yang dimaksud. Tentunya dilandasi dengan pemahaman yang memadai tentang pembelajaran yang baik dan konstruktivistik.
Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu:
a) Model Discovery Learning
Pembelajaran menemukan atau discovery learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan siswa menemukan sendiri inti dari suatu materi pelajaran dengan kerja kelompok, penugasan dan mencari berbagai informasi lain. Dalam pembelajaran ini guru dapat merancang langkah-langkah sebagai berikut:
a. menemukan hasil belajar siswa dan merancang tugas
b. merancang tahapan atau langkah-langkah sebagai pedoman kegiatan siswa
c. memastikan siswa telah memahami konsep dan prinsip yang relevan
d. menugaskan siswa dalam kerja kelompok atau individual
e. memberi kesempatan siswa melaporkan temuannya sendiri
f. mendorong siswa mengidentifikasi bagaimana dapat menerapkan temuan itu dalam konteks yang lain
g. memberi balikan dan pengayaan sebagaimana diperlukan
Agar proses pembelajaran menjadi efektif guru perlu mempunyai sikap berikut:
a. pada awal proses pembelajaran siap menjawab pertanyaan siswa dan membantu memulai kegiatan siswa
b. mendorong siswa untuk membuat keputusan sendiri
c. mendorong siswa membuat pertanyaan, misalnya apa yang akan terjadi
d. mendorong siswa menggunakan metode atau cara belajarnya sendiri
e. memfasilitasi diskusi dan bersikap netral serta tidak menyalahkan
f. memasukkan unsur yang tidak diperkirakan sebelumnya

b) Model Cooperative Learning
Salah satu model dalam teori belajar konstruktivisme ini adalah model pembelajaran kelompok khususnya pembelajaran kooperatif atau cooperatif learning. Model pembelajaran ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, suku yang berbeda atau heterogen. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. penjelasan materi
b. belajar dalam kelompok
c. penilaian
d. pengakuan tim
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan apabila mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok atau keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis ini adalah peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman yang dialami sendiri oleh siswa. Pengalaman tersebut dibangun dan dikembangkan kembali.

5. Pembelajaran Konstruktivistik dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Prinsip Konstruktivistik memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang diketahui orang sebelumnya. Inti dari konstruktivisme bahwa suatu pengetahuan yang baru akan selalu didasarkan pada pengetahuan sebelumnya di dalam kerangka kognitif siswa.
Menurut Mulyasa (2003:240) prinsip-prinsip belajar mengajar konstruktivisme, sebagai berikut:
a) Murid harus selalu aktif dalam pembelajaran
b) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal
c) Interpretasi dipengaruhi pengetahuan sebelumnya
d) Interpretasi dibantu oleh metode instruksi
e) Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri
f) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya pengalihan pengetahuan, tapi pengalihan keterampilan dan kemampuan
Adapun implementasi atau prosedur konstruktivisme di kelas menurut Yager dalam Nurhadi (2003:40-41) antara lain:
a) Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran keseluruhan unit pelajaran
b) Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dahulu
c) Kembangkan kepemimpinan, kerjasama, pencarian informasi dan aktifitas siswa sebagai hasil dari proses belajar
d) Gunakan pemikiran, pengalaman dan minat siswa untuk mengarahkan proses pembelajaran
e) Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar
f) Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa dan situasi serta doronglah siswa agar memprediksi akibatnya
g) Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya sebelum belajar dari buku teks
h) Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepsi dan gagasan sendiri
i) Sediakan waktu cukup untuk merefleksi dan menganalisis, menghormati dan menggunakan semua gagasan yang ditengahkan
j) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan-gagasan yang dipelajarinya
k) Gunakanlah masalah yang diidentifikasi oleh siswa sesuai minatnya
l) Gunakan sumber-sumber lokal (manusia dan benda) sumber informasi
m) Libatlah siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan nyata dan sebagainya

a) Pendekatan Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning)
Latar belakang
1) Latar belakang filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Pandangan filsafat ini tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar. Dikatakan bahwa belajar bukan sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukan hasil pemberian dari guru melainkan hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu.
Menurut Jean Piaget bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang dinamakan skema yang terbentuk karena pengalaman. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi yaitu proses penyempurnaan skema dan akomodasi yaitu proses mengubah skema sudah ada sehingga terbentuk skema baru.
Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap model pembelajaran diantaranya pembelajaran kontekstual. Berdasarkan pembelajaran ini, pengetahuan terbentuk dan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa sendiri.
2) Latar belakang psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasari bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran sikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon, tetapi belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak, seperti emosi, minat, motivasi, kemampuan dan pengalaman. Jadi latar belakang psikologis yang mendasari CTL, antara lain belajar bukanlah menghafal, belajar bukanlah mengumpulkan fakta lepas, belajar adalah proses pemecahan, belajar adalah proses pemahaman sendiri yang berkembang, serta menangkap pengetahuan dari kenyataan.
Asas-Asas
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas atau komponen. Asas-asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, berikut:
1) Konstruktivisme
2) Inkuiri
3) Bertanya
4) Masyarakat belajar
5) Pemodelan
6) Refleksi
7) Penilaian nyata
Pola dan Tahapan Pembelajaran
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran, seperti di bawah ini:
1. Pendahuluan
(1) guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari
(2) guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, meliputi:
• siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah kelompok
• tiap kelompok ditugaskan melakukan observasi
• melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan
(3) guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa
2. Inti
Di lapangan
(1) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian kelompok
(2) Siswa mencari jawaban dari tugas yang telah diberikan
Di dalam kelas
(1) Siswa mendiskusikan hasil temuan melalui observasi sesuai dengan kelompoknya masing-masing
(2) Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok
(3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain
3. Penutup
(1) dengan bantuan guru siswa meyimpulkan hasil observasi yang didapat dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai
(2) guru menugaskan siswa untuk membuat catatan sesuai dengan tugasnya masing-masing

b) Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah nama dari suatu matapelajaran yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dikemukakan oleh Puskur dalam Depdiknas (2003:2) bahwa Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mataelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, teramil dan berkarakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.
Materi pelajaran ini berusaha membina perkembangan peserta didik untuk menjadi warganegara yang mengetahui dan memahami situasi dan kondisi bangsa dan negaranya. Selanjutnya, dapat bertanggung jawab terhadap diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara bahkan sebagai anggota masyarakat dunia.
Jadi, matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu matapelajaran dalam KTSP sebagai penyempurnaan matapelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebelumnya.

c) Tujuan Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam Depdiknas (2003:5) dituliskan bahwa matapelajaran PKn mempunyai tujuan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal:
a. berpikir secara kritis, rasional dan efektif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,
b. beraprtisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
c. berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa lain.

d) Cara Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan
Model Konstruktivistik
Pembelajaran konstruktivistik adalah suatu pembelajaran dengan konsep belajar berdasarkan prinsip pendekatan kontekstual dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman nyata. Pengetahuan baru selalu didasarkan pada pengetahuan sebelumnya yang telah mereka dapat dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan pembelajaran konstruktivisme dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Pemanasan
Dilakukan dengan mengadakan apersepsi yakni tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman siswa. Tahap ini berlangsung selama 5 sampai 10 menit, yakni:
a) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik
b) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi mereka
c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru
b. Eksplorasi
Bertujuan untuk memperoleh atau mencari informasi baru. Tahap ini berlangsung selama 25 sampai 30 menit, yakni:
a) materi atau keterampilan baru diperkenalkan
b) kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik
c. Konsolidasi
Dilakukan untuk mengadakan negosiasi dalam mencapai pengetahuan baru. Tahap ini berlangsung selama 35 sampai 40 menit. Konsolidasi ppembelajaran ini berupa:
a) libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi baru
b) libatkan peserta didik secara aktif dalam problem solving
c) letakkan penekanan pada kaitan struktural
d. Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Dalam pembelajaran konstruktivisme ini pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku. Tahap ini berlangsung selama 10 menit. Dapat dilakukan dengan cara:
a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari
b) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari
e. Penilaian
Bertujuan untuk mengukur pemahaman dan kemampuan siswa dalam menyerap materi yang sudah diajarkan. Tahap ini berlangsung selama 10 menit yakni kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa.
Dari keterangan di atas, maka hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai berikut:
(1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa,
(2) mengaitkan pengetahuan baru yang akan disampaikan kepada siswa dengan pengetahun awal yang sudah dimiliki oleh siswa,
(3) melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan dan menerapkan idenya,
(4) mengupayakan pembelajaran yang efektif dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui diskusi dan tanya jawab,
(5) siswa memperoleh pengetahuan baru setelah berbagi ide dan informasi dengan teman sekelas dan guru.
Selanjutnya, tahapan pembelajaran konstruktivisme dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat dilihat dalam bagan berikut:
Alokasi Waktu

5-10 %

25-30 %

35-40 %

10 %

10 %

(Mulyasa, 2003:242).
Keterangan:
1) Pemanasan atau apersepsi
Pada tahap ini guru memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang hal-hal yang sudah diketahui mereka dan dikaitkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
2) Eksplorasi
Pada tahap ini guru memperkenalkan materi pelajaran baru yang akan dipelajari siswa dan mendorong mereka untuk dapat mengaitkan pengetahuan yang sudah mereka miliki dengan materi yang akan dipelajari serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan konsep-konsep materi yang sudah diketahui.
3) Konsolidasi
Pada tahap ini guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 siswa. Kemudian secara berkelompok siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam Lembar Kerja Siswa.
4) Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pada tahap ini guru memimpin diskusi kelas dan hasil diskusi dipresentasikan oleh salah satu kelompok dan kelompk yang lain ikut berpartisifasi dalam tanya jawab. Selanjutya, guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi serta mendorong mereka untuk menerapkan konsep dan nilai yang telah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5) Penilaian
Tahap terakhir adalah penilaian. Guru melalukan penilaian untuk menjajaki pemahaman siswa tentang materi pelajaran dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada masing-masing siswa secara acak.

e) Perangkat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Semester Dua
Belajar merupakan pemaknaan pengetahuan bukan perolehan pengetahuan, dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar (Nurhadi, 2004:9). Menurut prinsip konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa, sehingga pengetahuan berkembang. Sementara, hasil belajar siswa diukur dengan penjajakan terhadap kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya.
Dalam Pannen (2001:17) pengaruh prinsip konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa adalah:
a. Belajar berarti membentuk makna yang diciptakan dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan alami.
b. Konstruksi berarti suatu proses yang terus menerus, setipa kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan baru siswa akan selalu mengadakan rekonstruksi.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta lebih dari itu, yakni suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
d. Hasil belajar dipengaruhi pengalaman siswa (dunia fisik dan lingkungan).
Jadi, hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa berupa konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajarinya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kompetensi Dasar 2)

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Indralaya Utara
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : VII/2
Standar Kompetensi : 3. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan
penegakan Hak Azasi Manusia.
Kompetensi Dasar : 3.2. Mendiskripsikan kasus pelanggaran dan upaya
penegakan Hak Asasi Manusia
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai proses pembelajaran, siswa dapat:
• Memberikan contoh pelanggaran HAM
• Menganalisis pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
• Mengalisis kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia
• Mengemukakan cara-cara penanganan pelanggaran HAM

B. Materi Pembelajaran
• Contoh-contoh pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM dapat terwujud malalui berbagai tindak kekerasan, penindasan, kekejaman, dan berbagai konflik. Berikut ini contoh pelanggaran HAM yaitu peristiwa penculikan aktivis : Pius Lustrilanang Ketua Aliansi untuk Demokrasi Rakyat (ALDERA), memberi kesaksiannya di depan Komnas HAM pada 27 April 1998 mengenai siksaan yang dialaminya.
• Pelanggaran HAM di lingkungan keluarga
Misalnya, kekerasan dalam rumah tangga meliputi penyiksaan terhadap istri dan anak yang mengakibatkan luka fisik maupun batin, membeda-bedakan status anak (sulung/bungsu), tidak adanya giliran untuk membersihkan rumah.
• Kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia
Beberapa kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu:
1. Pelanggaran HAM di Tanjung Priok tahun 1984
2. Terbunuhnya buruh pabrik Marsinah di surabaya tahun 1995
3. Pelanggaran HAM di Timtim pasca jajak pendapat tahun 1999
4. Konflik di Aceh, Maluku, Sampit, Papua, dan lain-lain.
• Cara-cara penanganan pelanggaran HAM
Peranan negara dalam melindungi HAM tidak boleh ditawar-tawar, artinya negara wajib melindungi warga negaranya dari segala penindasan dan perampasan HAM. Dalam pelaksanaannya, tindakan ini dapat dilakukan oleh lembaga negara yang berwenang untuk itu, seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Komnas HAM ataupun oleh lembaga di masyarakat, seperti LBH, YLBHI, PBHI, dan sebagainya.

C. Metode Pembelajaran
• Ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi (model cooperative learning), penugasan dan sebagainya

D. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
 Pendahuluan (10 menit)
a) Apersepsi
 Kesiapan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan, dsb)
 Menanyakan dengan siswa tentang contoh pelanggaran HAM
b) Motivasi
 Memberi contoh-contoh gambar yang berhubungan dengan pelanggaran HAM
 Menggambarkan informasi kompetensi yang ingin dicapai

 Kegiatan Inti (60 menit)
a. Menjelaskan contoh pelanggaran HAM dalam berbagai lingkup kehidupan
b. Membagi siswa menjadi 6 kelompok
c. Siswa mencermati gambar-gambar yang disajikan guru
d. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sesuai dengan gambar
e. Siswa menyimak penjelasan mengenai konsep-konsep inti yang berkaitan dengan sumber

 Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi untuk pemahaman siswa
b. Post test dan tindak lanjut dengan memberi tugas rumah

Pertemuan 2
 Pendahuluan (10 menit)
a) Apersepsi
Menanyakan kepada siswa tentang kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Indonesia
b) Motivasi
 Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan
 Mendemonstrasikan kasus pelanggaran HAM di Aceh
 Menggambarkan informasi kompetensi yang ingin dicapai

 Kegiatan Inti (60 menit)
a. Penjelasan konsep secara umum mengenai kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia dan cara-cara penanganan pelanggaran HAM
b. Memberi pertanyaan kepada siswa dan siswa menunjuk tangan menjawab

 Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi untuk pemahaman siswa
b. Post test dan tindak lanjut dengan memberi pengayaan

E. Sumber Belajar
• Cahyaningsih, Sri Tutik. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP dan MTS Kelas VII. Semarang : esis Erlangga.
• Priyanto, AT Sugeng. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII ( Buku Sekolah Elektronik). Jakarta : Erlangga.
• Buku teks PKn kelas VII Ganeca Exact Bandung
• Buku teks PKn kelas VII Yudhistira Jakarta
• Artikel/Berita media massa cetak dan elektronik
• Permodelan dan gambar-gambar yang relevan dengan materi

F. Penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis dengan bentuk tes uraian. Adapun soal-soal tes uraian sebagai berikut:
1. Tuliskan jenis pelanggaran HAM di Indonesia?
2. Berikan dua contoh kasus-kasus HAM di Indonesia?
3. Jelaskan wewenang pengendalian HAM!
4. Jelaskan cara-cara penanganan pelanggaran HAM di Indonesia!
5. Tuliskan beberapa kewajiban yang harus dilakukan dalam upaya penegakan HAM di lingkungan kita?

Palemraya, 1 Maret 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran PKn


Ansori, S.Pd. Husnil Kirom, S.Pd
NIP 131684125 NIP
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori adalah kumpulan fakta yang menjadi data lalu dikembangkan menjadi sebuah konsep yang digeneralisasi dan dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kegiatan yang kompleks individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang relatif permanen. Sedangkan, pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya teori belajar behavioristik dianut oleh Skinner, teori belajar humanistik dianut oleh Maslow, teori belajar kognitivistik dianut oleh Covington, teori belajar asosiatif dianut oleh Ivan P. Pavlov, teori belajar konstruktivistik dianut oleh Jean Piaget, dan teori belajar post modernistik dianut oleh Paulo Freire. Teori-teori belajar inilah yang dijadikan acuan dalam pembelajaran di kelas.
Teori belajar dan pembelajaran adalah sebuah landasan pemikiran untuk menjelaskan tentang cara-cara belajar dan bagaimana pembelajaran dilaksanakan. Salah satu diantaranya adalah teori belajar konstruktivistik yang berakar dari filsafat tentang manusia dan pengetahuan. Perhatian penting dari konstruktivisme adalah makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu serta berpengetahuan. Asumsi konstruktivistik adalah pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut yang memungkinkan adanya penafsiran jamak bukan hanya satu penafsiran saja. Artinya pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Tokoh pendidikan pendukung teori konstruktivistik ini antara lain Jean Piaget, Vygotsky dan John Dewey.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dan filosofi pendekatan Contextual Teaching and Learning bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas atau sempit dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar konstruktivistik yaitu Model Discovery Learning dan Model Cooperative Learning. Kedua model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Makalah ini membahas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk mata pelajaran PKn kelas VII semester dua. Ternyata model ini dapat diterapkan dengan baik dan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka
Cahyaningsih, Sri Tutik. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP dan MTS Kelas VII. Semarang : esis Erlangga.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.
Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Sinar Grafika.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2005 Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hergenhann, B.R. dan Matthew H. Olson. Theories of Learning (Teori Belajar), Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana.
Kunandar. 2007. Guru Profesional; Imlementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Press.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. 2006. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Priyanto, AT Sugeng. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII ( Buku Sekolah Elektronik). Jakarta : Erlangga.
Sanjaya, WINA. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana.
Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Winataputra, Udin. S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UT.

Rabu, 29 April 2009

AKTIFITAS 2009


SERBA SERBI...

Foto ini diambil saat akan berangkat ke lokasi Tutorial Air Sugihan mencari pengalaman.

AKTIFITAS 2009


Kumpulan Dokumentasi.

AKTIFITAS 2009



Kegiatan Akademik

Foto ini diambil saat istirahat pergantian mata kuliah dari Pengembangan Sistem Instruksional ke Statistik Pendidikan.




Kegiatan Non Akademik


Foto ini diambil seminggu sebelum bencana alam di Parangtritis Yogyakarta.





Serba Serbi

Kosong dulu ...