Senin, 29 Desember 2008

Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Revisi Makalah
Matakuliah Dasar-Dasar Teknologi Pendidikan
PENERAPAN PRINSIP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
OLEH : HUSNIL KIROM (NIM 20082013001
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. YUSUFHADI MIARSO, M.Sc. 2. Dr. DJAMAAH SOPAH, M.Sc.Ed. 3. Dr. NYAYU KHODIJAH, S.Ag., M.Si. [Photo]
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2008 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1. Saat ini ada kecendrungan dalam dunia pendidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar tidak sekedar menghapal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Guru tidak lagi sebagai seorang yang paling tahu, namun guru layak untuk mendengarkan pendapat siswanya. Mereka akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka tahu. Proses belajar akan efektif dan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning2. Pendekatan ini dikembangkan dengan tujuan agar terdapat peningkatan mutu pendidikan terutama pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Penerapan mutu pendidikan merupakan isu sentral di negara-negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Permasalahan ini sudah banyak dan lama diatasi dengan berbagai cara dan upaya tetapi hasilnya belum memuaskan. Teknologi Pendidikan yang merupakan bagian dari pendidikan yang berkepentingan dengan segala aspek pemecahan masalah belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan juga ikut serta berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui cara-caranya yang khas. 1Depdiknas.2005.hal.3. 2Mulyasa.2005.hal.57 [Photo]Selanjutnya, Molenda (dalam Kurniawan dkk, 2007:130) mengartikan Teknologi Pendidikan sebagai “profesi yang menerapkan ilmu pengetahuan terkait dengan pembelajaran/ instruksional dan seni mengajar yang diperoleh melalui penelitian dan pengalaman untuk mengembangkan dan mengelola secara ekonomis dan elegan, system dan materi instruksional yang mendukung dan menjadi bagian dari lingkungan belajar yag manusiawi dan efektif sehingga menjadi mudah di akses oleh banyak orang demi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia”. Selain itu Teknologi Pendidikan adalah sebuah profesi menciptakan proses belajar yang mudah diperoleh dan dimanfaatkan semua orang. Oleh karena itu, antara Teknologi Pendidikan, dunia pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Ketiganya merupakan hal saling berkaitan satu sama lain, mempunyai keterpaduan dan harus membentuk suatu sistem yang utuh sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang terampil, mampu mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang ada secara bijaksana. Luasnya cakupan teknologi pendidikan, khususnya pada teknologi dalam pembelajaran dapat kita temukan adanya teknologi pendidikan hampir disemua kajian mulai dari yang paling sederhana sampai dengan paling canggih. Kemudian, Teknologi Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan menjadi sangat penting untuk dibicarakan oleh mahasiswa Teknologi Pendidikan. Tujuannya adalah agar mahasiswa memiliki wawasan, pengetahuan dan penalaran yang luas tentang perkembangan dan penggunaan teknologi pendidikan dalam pembelajaran di kelas, khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan siswa jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Untuk itu, mutlak diperlukan adanya pembaharuan pendidikan yang harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah harus berusaha memajukan dan menyempurnakan mutu pendidikan nasional dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, termasuk juga peningkatan mutu pendidikan khusus Sekolah Menengah Atas. Jadi, betapa banyaknya hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang sering menjadi persoalan. Namun, keterbatasan dan kendala dalam pendidikan ini menjadi peluang bagi teknologi pendidikan. Untuk itulah perlu diketahui apasaja kontribusi dari aplikasi Teknologi Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan uraian di atas, pembatasan masalah dalam makalah ini hanya pada Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Adapun fokus pembahasan makalah ini tentang Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual Menggunakan Multimedia Berbasis Komputer dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembagian tugas kelompok. Secara keseluruhan pembahasan mengenai judul tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada bagian Pembahasan. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Apakah pembelajaran kontekstual itu? 2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran kontekstual? 3. Apakah yang dimaksud dengan multimedia berbasis komputer? 4. Apakah yang dimaksud dengan mutu pendidikan? 5. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan? 6. Bagaimanakah penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer? 7. Benarkah penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dapat meningkatkan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas? 8. Apasaja kontribusi dari aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dalam peningkatkan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas. 2. Pembahasan 2.1. Gambaran Teknologi Pendidikan dan Mutu Pendidikan 2.1.1 Gambaran Teknologi Pendidikan Teknologi bukanlah sekedar aplikasi ilmu pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar berpikir dan bertindak. Teknologi komunikasi dalam pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk membantu komunikasi antara guru dengan siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam belajar dan pembelajaran. Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif3. Mengacu pada definisi dari teknologi pendidikan, kiranya sangat bermanfaat bagi manusia dalam hal ini masyarakat pendidikan. Teknologi pendidikan melibatkan prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah pendidikan, mencari pemecahan masalah, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran dalam pendidikan. Kesemua itu merupakan manfaat siginifikan teknologi pendidikan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam konteks pendidikan yang lebih umum ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis/keras (hardware) serta perangkat lunaknya (software). Penerapan dari Teknologi Pendidikan dalam pendidikan dapat berupa strategi pembelajaran dengan menggunakan berbagai media (multimedia) sebagai penghubung antara guru dan siswa. Strategi dan media pembelajaran tersebut digunakan agar informasi yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa secara efektif dan bermakna. 2.1.2 Gambaran Mutu Pendidikan Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Selain itu, pendidikan juga memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di Indonesia cukup menggembirakan. Namun, secara kualitas perkembangannya masih belum merata untuk semua jenjang pendidikan4. Membicarakan mengenai mutu pendidikan bukanlah hal yang mudah. Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Mutu pendidikan berkenaan dengan penilaian terhadap sejauh mana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan, standar ini dapat dirumuskan melalui hasil belajar pada matapelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif dan pengamatan yang bersifat kualitatif. Rumusan mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu dan kualitas biasanya dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada, seperti kebijakan, proses belajar mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana serta tenaga kependidikan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional, mutu pendidikan tercermin pada sejauh mana tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan dengan dilandasi oleh perubahan yang terencana. Sementara dalam dunia pendidikan banyak permasalahan mengenai mutu, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, mutu bimbingan dan latihan dari guru serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana serta dukungan dari pihak terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan. [Photo] 3Miarso.2007.hal.124. Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja, walaupun bekerja tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan, tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif menjadi beban masyarakat. Banyak tantangan dan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia di era globalisasi saat ini. Berbagai laporan dari lembaga pendidikan maupun lembaga survei menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat rendah kualitasnya. Mulai dari pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi, tingkat pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan. Sebagai contoh masih banyak peserta didik yang gagal sekolah, lamanya menyelesaikan studi, susuahnya mencari pekerjaan, banyak pengangguran dan rendahnya gaji para lulusan sekolah merupakan indikator betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Mengacu pada beberapa temuan permasalahan itu, maka dirasakan perlu untuk memberikan gambaran mutu pendidikan di Indonesia secara umum. 2.2 Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual 2.2.1 Pembelajaran Kontekstual 2.2.1.1 Latar Belakang Pengembangan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta diinginkan bersama. Salah satu caranya dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, karena kemajuan suatu sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan itu sangat penting. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Peserta didik hanya mengingat materi dalam jangka pendek saja, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. [Photo] 4Tilaar.2005.hal.65. Saat ini ada kecendrungan dalam dunia pendidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar tidak sekedar menghapal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Guru tidak lagi sebagai seorang yang paling tahu, namun guru layak untuk mendengarkan pendapat siswanya. Mereka akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka tahu. Proses belajar akan efektif dan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup sekarang maupun masa datang. Pendekatan pembelajaran yang dirasakan cocok untuk hal tersebut adalah Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning5. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan aplikasinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah6. Artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan sekadar mengetahuinya. Pembelajaran tidak hanya sebagai transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi siswa sendiri mampu memaknai apa yang dipelajarinya itu. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Berdasarkan prinsip konstruktivisme siswa dapat membangun pemahaman sendiri dan berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa yang menjadi pusat kegiatan bukan lagi guru. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama. Jadi, bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas. Dengan dasar ini, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Pada proses pembelajaran, siswa perlu membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Intinya adalah harus banyak melibatkan siswa dalam semua kegiatan belajar mengajar, sebab yang menjadi pusat kegiatan siswa itu sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung dua arah dan interaktivitas sehingga penguasaan terhadap materi ajar lebih optimal dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Inilah yang menjadi latar belakang pengembangan pembelajaran kontekstual. 2.2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kontekstual Dtitinjau dari asal katanya, kontekstual dari bahasa Latin yakni con= with+textum=woven artinya mengikuti konteks atau dalam konteks. Sementara konteks diartikan sebagai keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum, kontekstual berarti : a) yang berkenaan, relevan, ada hubungan, mengikuti konteks; b) yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003:5), menyatakan bahwa: “pembelajaran kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang pada hakikatnya membantu guru mengaitkan berbagai materi yang diajarkannya dengan situasi yang berhubungan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pemebalajaran efektif”. Selanjutnya, Johnson (dalam Kunandar, 2007:295) “pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang memungkinkan siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial dan budayanya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata sehingga menjadikan pengalaman yang relevan dan berarti bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dilingkungannya. 2.2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson (dalam Kunandar, 2007:296-297) ada delapan karakteristik pembelajaran kontekstual, sebagai berikut: (1) melakukan hubungan yang bermakna (2) melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (3) belajar yang diatur sendiri (4) belajar dengan bekerjasama (5) berpikir kritis dan kreatif (6) [Photo] 5Kunandar.2005.hal.293. 6Ibid.2005.hal.295 mengasuh dan memelihara pribadi siswa (7) mencapai standar yang diinginkan (8) menggunakan penilaian autentik 2.2.1.4 Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual Ciri-ciri dari pembelajaran kontekstual, antara lain7: a. adanya kerjasama antar semua pihak b. menekankan pentingnya pemecahan masalah c. bermuara pada keragaman siswa d. saling menunjang e. menyenangkan dan tidak membosankan f. belajar dengan bergairah g. pembelajaran terintegrasi h. menggunakan berbagai sumber i. siswa aktif j. diskusi dan sharing dengan teman k. siswa kritis dan guru kreatif l. dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa 2.2.1.5 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Berkaitan dengan faktor kebutuhan siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual, sebagai berikut8: 1. merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa 2. membentuk kelompok belajar yang saling tergantung 3. menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri 4. mempertimbangkan keragaman siswa 5. memperhatikan tingkat pengetahuan siswa 6. menggunakan teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa 7. menerapkan penilaian autentik 2.2.1.6 Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang mendasari penerapan di kelas, antara lain9: 1. Construktivisme (Membangun Pemahaman) 2. Inquiry (Menemukan Sendiri) 3. Questioning (Bertanya) 4. Learning Community (Masyarakat Belajar) 5. Modeling (Pemodelan) 6. Reflection (Refleksi) 7. Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya) [Photo]
2.2.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa, sehingga pengetahuan berkembang. Sementara “hasil belajar siswa diukur dengan penjajakan terhadap kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya”. Menurut Pannen (2001:17) pengaruh dari penerapan prinsip pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa adalah: 1. Belajar berarti membentuk makna yang diciptakan dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan alami. 2. Konstruksi berarti suatu proses yang terus menerus, setipa kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan baru siswa akan selalu mengadakan rekonstruksi. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih dari itu, yakni suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. 5. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa berupa konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajarinya. 2.3 Multimedia Berbasis Komputer 2.3.1 Media Pembelajaran 2.3.1.1 Pengertian Media Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi yakni penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan melalui tukar menukar pesan atau informasi oleh guru keada peserta didik. Agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar disebut media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Selanjutnya, pengertian media diartikan sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2003:3) mengatakan bahwa “media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Dalam arti luas media adalah kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat gafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi atau proses belajar mengajar. Sementara, yang dimaksud dengan media pembelajaran menurut Hamalik (1994:12) mengartikannya sebagai “media pembelajaran meliputi alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah”. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, overhead projector, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Jadi, berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala jenis saranan pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. 2.3.1.2 Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Soegito (dalam Rohani, 1997:16-18) macam-macam media pembelajaran dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Media Audio Adalah media yang dapat didengar dalam pembelajaran, misalnya radio, piringan hitam, tape kaset dan sebagainya. 2) Media Visual Adalah media yang dapat dilihat dalam pembelajaran. Media ini dibagi dua, yaitu projected media diartikan sebagai media yang dapat diproyeksikan (misalnya, slide dan film, film-strip/loop, overhead projector, epidiascop) dan non-projected media diartikan sebagai media yang tidak dapat diproyeksikan (misalnya, wallsheets, model, objek dan lainnya). 3) Media Audio Visual Adalah media yang dapat didengar dan dilihat dalam pembelajaran. Sebagai contoh dari media ini adalah televisi, radio vision, video, film bicara dan sound slides. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikenal beberapa jenis media. Penggunaan media pembelajaran ditentukan oleh fungsi dan tujuan instruksional yang ingin dicapai dan tersedianya bahan untuk mengadakan media. Berdasarkan hal ini, maka menurut Rohani (1997:18-24) klasifikasi media pembelajaran dibedakan menjadi sebelas macam, sebagai berikut: 1) Berdasarkan indera yang digunakan 2) Berdasarkan jenis pesan 3) Berdasarkan sasarannya 4) Berdasarkan penggunaan tenaga listrik atau elektronik 5) Berdasarkan media asli dan tiruan 6) Berdasarkan media grafis 7) Berdasarkan media bentuk papan 8) Berdasarkan media yang disorot atau alat pandang 9) Berdasarkan media yang dapat didengar 10) Berdasarkan media pandang dengar 11) Berdasarkan bahan-bahan cetak 12) dan sebagainya 2.3.1 Multimedia Berbasis Komputer 2.3.1.1 Pengertian Multimedia Multimedia berarti lebih dari satu media. Menurut Wikipedia Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia “pengertian multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi”. Multimedia sebagai proses komunikasi interaktif berasaskan teknologi komputer yang menggabungkan penggunaan unsur-unsur media dalam persembahan informasi. Definisi lain dari multimedia yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dikemukakan oleh Hoftsteter (dalam Supriyanto, 2001:236) “multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi”. Jadi, multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia game. 2.3.1.2 Manfaat Multimedia Menurut Sudjana (1997:29) manfaat multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran antara lain: a. pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar b. materi ajar akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat dipahami oleh siswa yang memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik c. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga tidak bosan d. siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati 2.3.1.3 Peranan Multimedia Salah satu peranan komputer dalam pendidikan adalah sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Komputer mampu memberikan kontribusi yang penting bagi pelaksanaan pendidikan dan latihan, yakni dalam bentuk pembelajaran dengan bantuan komputer. Dimana komputer memainkan peran kunci dalam proses belajar mengajar. 2.3.1.4 Multimedia Berbasis Komputer Perkembangan dunia pendidikan selalu berjalan beriringan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini faktor yang dominan pengaruhnya terhadap pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan IPTEK semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dan pemanfataan hasil-hasil teknologi, misalnya komputer. Pemanfaatan komputer khususnya dalam bidang pendidikan (proses belajar mengajar) terutama di bidang media pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tersebut, maka komputer sudah menjadi salah satu media dalam pembelajaran kontekstual. Kemajuan dan inovasi di bidang teknologi semakin hari semakin nyata, seperti penggunaan multimedia berbasis komputer sebagai media pembelajaran. Peranan multimedia dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan dapat mengubah minat siswa dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada semua matapelajaran yang diajarkan di sekolah. Multimedia diartikan sebagai satu kesatuan dari berbagai kombinasi grafik, tulisan, suara, video dan animasi yang secara bersama-sama menampilkan isi dari pelajaran. “Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik dan mudah dimengerti dan jelas” (Arsyad, 2003:15). Informasi akan mudah diserap dan dimengerti menggunakan indera terutama mata dan telinga. Lalu dengan menggunakan multimedia siswa akan mudah memahami materi yang disampaikan melalui pemahaman yang dikonstruksi atau dibangun sendiri oleh mereka serta mempermudah guru dalam menyampaikan pesan maupun informasi dari materi ajar tersebut. Komputer mampu menampilkan animasi-animasi yang dapat menarik minat bagi orang yang melihatnya terutama siswa dalam belajar. Sedangkan, animasi sendiri merupakan sekumpulan gambar diam yang sedemikian rupa dibuat dan ditamilkan sehingga mengesankan seperti sebuah gerakan. Animasi ini selain dapat menarik perhatian siswa dapat juga digunakan untuk hal-hal yang berupa penyajian proses belajar mengajar. Multimedia berbasis komputer adalah kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan animasi. Kombinasi dua jenis atau lebih jenis media ini ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. Jadi, multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, suara, dan video dalam sebuah tampilan terintegrasi. Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup dan dapat dilihat dilayar lebar melalui LCD, dapat didengar suaranya, dapat dilihat gerakannya yang berbentuk video atau animasi. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction atau pengajaran dengan bantuan komputer. CAI adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. Penggunaan teknologi multimedia dalam bidang pendidikan saat ini telah menjadi suatu keperluan dalam usaha memantapkan bidang pendidikan. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan komputer untuk memuat dan menayangkan beragam bentuk di dalamnya. Komputer tidak hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan data saja, namun sebagai sarana belajar multimedia yang dapat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Multimedia berbasis komputer dapat menampilkan dan merekayasa grafik, teks, suara dalam sebuah tampilan. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian pesan dan informasi, sehingga komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media untuk proses belajar mengajar pada matapelajaran yang relevan, misalnya dengan rancang animasi dan grafis. Sebagai contoh dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan siswa yang belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat melihat penerapan materi ini di slide/dilayar tanpa harus ke lapangan. Berikutnya, animasi merupakan sekumpulan gambar diam yang disusun sedemikian rupa dengan mengesankan sebuah gerakan. Adapun fungsi dari animasi sendiri adalah untuk menarik perhatian, untuk penyajian berupa proses, keterpaduan antar berbagai ilmu dan stimulasi anak untuk mengenal lingkungan untuk pemecahan masalah. Pemilihan penggunaan multimedia berbasis komputer dikarenakan penggunaan komputer bersifat ganda. Disatu sisi komputer berguna sebagai alat bantu dalam proses pendidikan (belajar). Namun, disisi lain komputer juga mampu menciptakan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan menggunakan multimedia berbasis komputer pada pembelajaran diharapkan membantu siswa mempelajari fakta-fakta bersifat abstrak menjadi realistis dan mudah dipahami. Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat menggabungkan efek-efek audio dan visual serta grafik yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu, motivasi dan minat, rangsangan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Selama ini siswa menganggap bahwa pembelajaran konvensional itu kurang menarik, karena susah dimengerti dan terlalu abstrak. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu solusinya dalam pembelajaran perlu digunakan suatu media berupa multimedia berbasis komputer dengan variasi animasi sebagai penyampai pesan berupa informasi dari materi ajar. 2.4 Peningkatan Mutu Pendidikan 2.4.1 Mutu Pendidikan 2.4.1.1 Pengertian Mutu Mutu atau kualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1024) diartikan sebagai tingkat, tingkatan, pencapaian sesuatu. Mutu merupakan suatu kosakata di dalam kehidupan modern. Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan bermutu atau berkualitas. Istilah Mutu sudah merupakan suatu pengertian sehari-hari. Dimana orang selalu mencari produk yang bermutu atau berkualitas, servis bermutu atau berkualitas dan bahkan pendidikan yang bermutu atau berkualitas. Di dalam kaitan ini mutu dapat diukur dalam arti memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Bicara mengenai mutu atau kualitas pendidikan, maka tolok ukurnya adalah pada keberhasilan dunia pendidikan, termasuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jadi, mutu adalah sesuatu yang memiliki tingkatan lebih baik. 2.4.1.2 Tantangan dan Kebutuhan Pendidikan Bermutu Masyarakat global, masyarakat teknologis ataupun masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam memberikan tuntutan, tantangan bahkan ancaman-ancaman baru. Pada abad sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak knowing much, berbuat banyak doing much, mencapai keunggulan being exellence, menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain being sociable serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral being morally. Mutu pendidikan dapat berupa mutu lulusan yang rendah akan menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja, walaupun bekerja tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat, tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat. Banyak masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bernutu, program mutu atau upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang teramat penting. Untuk melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, sebagai berikut10: a. komitmen pada perubahan b. pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada c. mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan d. mempunyai rencana yang jelas 2.4.1.3 Faktor-Faktor dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Dalam hal sesuatu hal yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Selain itu, harus didukung boleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Faktor pendukung selanjutnya adalah sarana dan prasarana, fasilitas dan media pendidikan serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang sesuai. Faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan mutu pendidikan secara sistemik dapat dilihat pada gambar berikut: [Photo]
Gambar 1 Peta Komponen Pendidikan Sebagai Sistem

Instrumental Input : Kebijakan pendidikanProgram pendidikan-kurikulumPersonil (KS, guru, staf TU)Sarana prasarana dan fasilitasMedia dan biaya [Photo]

[Photo]

Environmental Input : Lingkungan sekolahLingkungan keluargaMasyarakatLembaga sosialUnit kerja
Keterangan: Dalam proses pendidikan biasanya dipengaruhi oleh banyak personal seperti administrasi, pendidik, sarana prasarana, media, biaya pendidikan dan sebagainya. Mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana dan kegiatan pendidikan atau disebut dengan mutu total atau Total Quality. Maksud dari Total Quality adalah sesuatu yang tidak mungkin, hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai hanya dengan satu komponen atau kegiatan yang bermutu, sebab kegiatan pendidikan begitu kompleks antar komponen dan lainnya. Secara fakta memang pendidikan di Indonesia kualitasnya memang masih sangat rendah. Namun, hal itu sebaiknya diterima dengan lapang dada untuk instropeksi dan dilakukan evaluasi. Demikian pula faktor-faktor yang menyebabkan mutu dan kualitas pendidikan nasional rendah perlu dikurangi. Berdasarkan laporan Bank Dunia dalam Syafruddin (2002:12) ada empat faktor penghambat potensial mutu pendidikan di Indonesia, antara lain: 1) kompleksitas pengorganisasian pendidikan 2) praktik manajemen yang sentralistik 3) praktik pengangguran yang terpecah dan kaku 4) manajemen sekolah yang tidak efektif Keempat faktor tersebut di atas merupakan temuan pada sekolah. Secara umum, menurut Sallis (dalam Syafruddin, 2002:14) terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, yaitu: 1) miskinnya perancangan kurikulum 2) ketidakcocokan pengelolaan gedung 3) lingkungan kerja yang tidak kondusif 4) ketidaksesuaian sistem dan prosedur atau manajemen pendidikan 5) tidak cukupnya jam pelajaran 6) kurangnya sumber daya manusia dan pengembangan staf Jika ingin mencermati dan mengkaji secara mendalam faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya terletak pada unsur-unsur dari sistem pendidikan itu sendiri (faktor internal), yakni paling tidak pada faktor kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan, dan krisis kepemimpinan. Disamping itu juga, terdapat faktor eksternal berupa partisifasi politik rendah, ekonomi tak berpihak terhadap pendidikan, sosial budaya, rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi juga mempengaruhi mutu pendidikan. 2.4.1.4 Peningkatan Mutu Pendidikan Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik indutri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga sektor lainnya yang senderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlaq, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Kondisi tersebut menyebabkan sebagaian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptkan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sementara, dikatakan bahwa perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak. Otonomi pendidikan adalah suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya kinnerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanjutan, kreativitas dan produktivitas pegawai atau guru. Kualitas bukan hanya pada unsur masukan (input) tetapi juga unsur proses, terutama pada unsur keluaran/lulusan (output). Agar dapat memuaskan masyarakat sebagai pelanggan pendidikan. Sesuai dengan konsep sistem, maka input, proses dan output memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai dengan harapan masyarakat. Para Kepala Sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina SDM yang kreatif dan inovatif, sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun informal. Para manajer pendidikan dituntut untuk mencari dan menerapkan suatu strategi manajemen baru yang diciptakan dapat mendorong perbaikan mutu di skeolah-sekolah saat ini. Dalam realitasnya, tantangan krusial yang dihadapi oleh manajer, perancang, dan pengelola lembaga pendidikan di Indonesia adalah bagaimana upaya mengelola sekolah, akademi dan universitas agar dapat berkembang dan berkualitas. Institusi pendidikan perlu dikelola untuk mencapai hasil yang optimal. Disini hasil optimal itu ditandai dari mutu lulusan yang andal dan sesuai dengan harrapan masyarakat. Hal ini penting dan strategis sebab peranan pendidikan terkait dengan masa depan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Masih menurut Sallis (dalam Syafruddin, 2002: 24) berpendapat bahwa manajemen mutu terpadu atau total quality management adalah menjamin mutu dan standar dalam pendidikan. TQM memberikan suatu filosofi sebagai suatu perangkat alat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan mengutamakan minat dan kebutuhan pelanggan. Kegagalan dalam perbaikan mutu pendidikan akibat manjemen yang lemah akan menimbulkan kegagalan generasi baik dalam dimensi mikro maupun makro. Secara mikro, lembaga pendidikan tidak bermutu, SDM yang dihasilkan adalah generasi yang lemah dalam bidang imtaq, iptek, keterampilan dan kreativitas, sedangkan secara makro terjadinya dominasi kebudayaan asing, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sains, dan teknologi terhadap bangsa. Akhirnya, akan mengakibatkan lost generation atau kehilangan generasi. Untuk menjawab kegagalan di atas paling tidak solusi yang ditawarkan adalah memperbaiki manajemen pendidikan itu sendiri. Selama ini, manajemen pendidikan bersifat sentralistik yang mengakibatkan kelumpuhan bagi lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah di daerah, perbaikan pendidikan yang tambal sulam dan berorientasi pada proyek. Situasi dan stabilitas politik yang tidak menentu menyebabkan kurang berpihak pada pendidikan yang bermutu. Hampir belum ditemukan kesungguhan pemberdayaan tenaga kependidikan suatu penyelenggaraan pendidikan bermutu. Oleh karena itu, perlu perubahan manajmen pendidikan nasional, termasuk manajemen sekolah demi perbaikan dan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan nasional. Hal ini juga termasuk tanggung jawab Teknologi Pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Adapun untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan prinsip-prinsip, sebagai berikut11: a. peningkatan mutu menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang pendidikan b. kesulitan para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan menghadapi kegagalan sistem c. peningkatan mutu pendidikan harus melalui loncatan-loncatan d. uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu, kunci utamanya adalah komitmen pada perubahan e. banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian f. program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secarta langsung dalam pendidikan g. sistem pengukuran berperan penting dalam program peningkatan mutu pendidikan h. masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan program singkat [Photo]
2.4.1.5 Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah erlu memperhatikan konsep Manajemen Mutu Total. MMT merupakan suatu metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Manajemen total digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan sekolah, dunia bisnis dan pemerintah. Visi MMT dipusatkan pada menemukan kebutuhan para penggunaan lulusan (customer) persipan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa dalam mengelola perubahan dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik. Sekolah yang menerapkan MMT berpegang teguh pada prinsip berikut: 1. berfokus pada pengguna setiap orang di sekolah harus memahami produk pendidikan punya pengguna. 2. keterlibatan menyeluruh semua orang harus terlibat dalam transformasi mutu. 3. pengukuran pendekatan baru pendidikan harus belajar mengukur mutu pendidikan dari kemampuan dan kinerja lulusan 4. pendidikan sebagai sistem peningkatan mutu pendidikan berdasarkan konsep dan pemahaman pendidikan sebagai sistem, meliputi sejumlah komponen seperti siswa, guru, kurikulum 5. perbaikan yang berkelanjutan setiap proses perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan. (Sukmadinata, 2007:25). Diharapkan dengan penerapan MMT ini seluruh komponen yang terdapat dalam dan luar sekolah dapat berperan membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya dan akhirnya mampu meningkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. Selain ide penerapan MMT ini, tak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran itu penting, sebab strategi pembelajaran menentukan semua langkah dan kegiatan yang perlu dilakukan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang digunakan, termasuk jenis media yang digunakan, materi yang diberikan dan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mendapatkan pengalaman yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yakni adanya perubahan tingkah laku. Hal ini dapat disesuaikan dengan konsep pembelajaran kontekstual yang telah dijelaskan sebelumnya yang menekankan pada multi aspek lingkungan belajar. Sehingga melalui pengalaman belajar yang sebanyak mungkin siswa diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis di dunia nyata. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yan dimediakan atau mediated instruction. Bahan ajar berupa media cetak atau tertulis contoh bahan pembelajaran yang dimediakan. Apapun format media yang digunakan, penyampaian pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan penyampaian pesan berupa materi ajar. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini digunakan media berupa multimedia berbasis komputer dengan strategi pembelajaran kontekstual. 3. Penutup Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Pembelajaran Kontekstual adalah pendekatan konsep belajar yang membantu siswa mengaitkan materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata sehingga menjadikan pengalaman relevan dan berarti bagi mereka dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkan dilingkungannya masing-masing. 2. Multimedia Berbasis Komputer adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. 3. Komputer mampu menampilkan animasi-animasi yang dapat menarik minat siswa dalam belajar, sedangkan animasi merupakan sekumpulan gambar diam yang sedemikian rupa dibuat dan ditampilkan sehingga mengesankan seperti sebuah gerakanyang digunakan untuk penyajian proses belajar mengajar. 4. Multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, suara, video, animasi dan sebagainya dalam sebuah tampilan yang terintegrasi (kombinasi dua jenis/lebih media ini ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan antara lain input (berupa instrumental dan enviromental input), proses pendidikan (penyelenggaraan), dan output (berupa lulusan/alumni). Selain itu dipengaruhi oleh kompleksitas pengorganisasian pendidikan, praktik manajemen yang sentralistik, praktik pengangguran yang terpecah dan kaku, manajemen sekolah yang tidak efektif, miskinnya perancangan kurikulum, ketidakcocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian sistem dan prosedur atau manajemen pendidikan, tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya SDM dan pengembangan staf. 6. Kontribusi aplikasi Teknologi Pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di kelas-kelas adalah dengan pendekatan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning menggunakan multimedia berbasis komputer dengan program animasi gerak. 7. Pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dengan program animasi gerak ini dijadikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran, akan memberikan kontribusi sebagai berikut pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi ajar akan lebih jelas maknanya, dapat dipahami oleh siswa, memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, belajar tidak membosankan, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, siswa mendengarkan penjelasan guru sekaligus beraktivitas seperti mengamati dan lain-lain. 4. Daftar Pustaka Depdiknas. 2005. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Fokus Media. Derry, N. 2005. “Pengaruh Pengajaran Berdasarkan Prinsip Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Indralaya”. Skripsi. Indralaya : FKIP Universitas Sriwijaya. Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. 2006. Bandung : Remaja Rosdakarya. Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sukmadinata, Nana. S. dkk. 2007. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen). Bandung : refika ADITAMA. Supriyanto, Aji. 2007. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek. Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi). Jakarta : Grasindo. Tilaar, H.AR. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Jakarta : Grasindo. Tilaar, H.AR. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional ; Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta : Rineka Cipta. www. Jardiknas.co.id. Diakses tanggal 20 Nopember 2008.

SELAMAT MEMBACA SEMOGA BERMANFAAT
Husnil Kirom
Mahasiswa Teknologi Pendidikan 2008
PPs UNSRI

Apkikasi Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Revisi Makalah
Matakuliah Dasar-Dasar Teknologi Pendidikan
PENERAPAN PRINSIP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
OLEH : HUSNIL KIROM (NIM 20082013001
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. YUSUFHADI MIARSO, M.Sc. 2. Dr. DJAMAAH SOPAH, M.Sc.Ed. 3. Dr. NYAYU KHODIJAH, S.Ag., M.Si. [Photo]
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2008 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1. Saat ini ada kecendrungan dalam dunia pendidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar tidak sekedar menghapal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Guru tidak lagi sebagai seorang yang paling tahu, namun guru layak untuk mendengarkan pendapat siswanya. Mereka akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka tahu. Proses belajar akan efektif dan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning2. Pendekatan ini dikembangkan dengan tujuan agar terdapat peningkatan mutu pendidikan terutama pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Penerapan mutu pendidikan merupakan isu sentral di negara-negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Permasalahan ini sudah banyak dan lama diatasi dengan berbagai cara dan upaya tetapi hasilnya belum memuaskan. Teknologi Pendidikan yang merupakan bagian dari pendidikan yang berkepentingan dengan segala aspek pemecahan masalah belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan juga ikut serta berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui cara-caranya yang khas. 1Depdiknas.2005.hal.3. 2Mulyasa.2005.hal.57 [Photo]Selanjutnya, Molenda (dalam Kurniawan dkk, 2007:130) mengartikan Teknologi Pendidikan sebagai “profesi yang menerapkan ilmu pengetahuan terkait dengan pembelajaran/ instruksional dan seni mengajar yang diperoleh melalui penelitian dan pengalaman untuk mengembangkan dan mengelola secara ekonomis dan elegan, system dan materi instruksional yang mendukung dan menjadi bagian dari lingkungan belajar yag manusiawi dan efektif sehingga menjadi mudah di akses oleh banyak orang demi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia”. Selain itu Teknologi Pendidikan adalah sebuah profesi menciptakan proses belajar yang mudah diperoleh dan dimanfaatkan semua orang. Oleh karena itu, antara Teknologi Pendidikan, dunia pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Ketiganya merupakan hal saling berkaitan satu sama lain, mempunyai keterpaduan dan harus membentuk suatu sistem yang utuh sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang terampil, mampu mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang ada secara bijaksana. Luasnya cakupan teknologi pendidikan, khususnya pada teknologi dalam pembelajaran dapat kita temukan adanya teknologi pendidikan hampir disemua kajian mulai dari yang paling sederhana sampai dengan paling canggih. Kemudian, Teknologi Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan menjadi sangat penting untuk dibicarakan oleh mahasiswa Teknologi Pendidikan. Tujuannya adalah agar mahasiswa memiliki wawasan, pengetahuan dan penalaran yang luas tentang perkembangan dan penggunaan teknologi pendidikan dalam pembelajaran di kelas, khususnya dalam peningkatan mutu pendidikan siswa jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Untuk itu, mutlak diperlukan adanya pembaharuan pendidikan yang harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah harus berusaha memajukan dan menyempurnakan mutu pendidikan nasional dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, termasuk juga peningkatan mutu pendidikan khusus Sekolah Menengah Atas. Jadi, betapa banyaknya hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang sering menjadi persoalan. Namun, keterbatasan dan kendala dalam pendidikan ini menjadi peluang bagi teknologi pendidikan. Untuk itulah perlu diketahui apasaja kontribusi dari aplikasi Teknologi Pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan uraian di atas, pembatasan masalah dalam makalah ini hanya pada Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Adapun fokus pembahasan makalah ini tentang Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual Menggunakan Multimedia Berbasis Komputer dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembagian tugas kelompok. Secara keseluruhan pembahasan mengenai judul tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada bagian Pembahasan. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Apakah pembelajaran kontekstual itu? 2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran kontekstual? 3. Apakah yang dimaksud dengan multimedia berbasis komputer? 4. Apakah yang dimaksud dengan mutu pendidikan? 5. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan? 6. Bagaimanakah penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer? 7. Benarkah penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dapat meningkatkan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas? 8. Apasaja kontribusi dari aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui penerapan prinsip pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dalam peningkatkan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas. 2. Pembahasan 2.1. Gambaran Teknologi Pendidikan dan Mutu Pendidikan 2.1.1 Gambaran Teknologi Pendidikan Teknologi bukanlah sekedar aplikasi ilmu pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar berpikir dan bertindak. Teknologi komunikasi dalam pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk membantu komunikasi antara guru dengan siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam belajar dan pembelajaran. Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif3. Mengacu pada definisi dari teknologi pendidikan, kiranya sangat bermanfaat bagi manusia dalam hal ini masyarakat pendidikan. Teknologi pendidikan melibatkan prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah pendidikan, mencari pemecahan masalah, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran dalam pendidikan. Kesemua itu merupakan manfaat siginifikan teknologi pendidikan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam konteks pendidikan yang lebih umum ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis/keras (hardware) serta perangkat lunaknya (software). Penerapan dari Teknologi Pendidikan dalam pendidikan dapat berupa strategi pembelajaran dengan menggunakan berbagai media (multimedia) sebagai penghubung antara guru dan siswa. Strategi dan media pembelajaran tersebut digunakan agar informasi yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa secara efektif dan bermakna. 2.1.2 Gambaran Mutu Pendidikan Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Selain itu, pendidikan juga memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di Indonesia cukup menggembirakan. Namun, secara kualitas perkembangannya masih belum merata untuk semua jenjang pendidikan4. Membicarakan mengenai mutu pendidikan bukanlah hal yang mudah. Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Mutu pendidikan berkenaan dengan penilaian terhadap sejauh mana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan, standar ini dapat dirumuskan melalui hasil belajar pada matapelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif dan pengamatan yang bersifat kualitatif. Rumusan mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu dan kualitas biasanya dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada, seperti kebijakan, proses belajar mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana serta tenaga kependidikan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional, mutu pendidikan tercermin pada sejauh mana tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan dengan dilandasi oleh perubahan yang terencana. Sementara dalam dunia pendidikan banyak permasalahan mengenai mutu, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, mutu bimbingan dan latihan dari guru serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana serta dukungan dari pihak terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan. [Photo] 3Miarso.2007.hal.124. Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja, walaupun bekerja tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan, tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif menjadi beban masyarakat. Banyak tantangan dan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia di era globalisasi saat ini. Berbagai laporan dari lembaga pendidikan maupun lembaga survei menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat rendah kualitasnya. Mulai dari pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi, tingkat pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan. Sebagai contoh masih banyak peserta didik yang gagal sekolah, lamanya menyelesaikan studi, susuahnya mencari pekerjaan, banyak pengangguran dan rendahnya gaji para lulusan sekolah merupakan indikator betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Mengacu pada beberapa temuan permasalahan itu, maka dirasakan perlu untuk memberikan gambaran mutu pendidikan di Indonesia secara umum. 2.2 Penerapan Prinsip Pembelajaran Kontekstual 2.2.1 Pembelajaran Kontekstual 2.2.1.1 Latar Belakang Pengembangan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta diinginkan bersama. Salah satu caranya dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, karena kemajuan suatu sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan itu sangat penting. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Peserta didik hanya mengingat materi dalam jangka pendek saja, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. [Photo] 4Tilaar.2005.hal.65. Saat ini ada kecendrungan dalam dunia pendidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar tidak sekedar menghapal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Guru tidak lagi sebagai seorang yang paling tahu, namun guru layak untuk mendengarkan pendapat siswanya. Mereka akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka tahu. Proses belajar akan efektif dan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar. Suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup sekarang maupun masa datang. Pendekatan pembelajaran yang dirasakan cocok untuk hal tersebut adalah Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning5. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan aplikasinya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat dan pekerja serta meminta ketekunan belajar. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah6. Artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan sekadar mengetahuinya. Pembelajaran tidak hanya sebagai transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi siswa sendiri mampu memaknai apa yang dipelajarinya itu. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Berdasarkan prinsip konstruktivisme siswa dapat membangun pemahaman sendiri dan berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa yang menjadi pusat kegiatan bukan lagi guru. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama. Jadi, bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas. Dengan dasar ini, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Pada proses pembelajaran, siswa perlu membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Intinya adalah harus banyak melibatkan siswa dalam semua kegiatan belajar mengajar, sebab yang menjadi pusat kegiatan siswa itu sendiri. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung dua arah dan interaktivitas sehingga penguasaan terhadap materi ajar lebih optimal dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Inilah yang menjadi latar belakang pengembangan pembelajaran kontekstual. 2.2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kontekstual Dtitinjau dari asal katanya, kontekstual dari bahasa Latin yakni con= with+textum=woven artinya mengikuti konteks atau dalam konteks. Sementara konteks diartikan sebagai keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum, kontekstual berarti : a) yang berkenaan, relevan, ada hubungan, mengikuti konteks; b) yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003:5), menyatakan bahwa: “pembelajaran kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang pada hakikatnya membantu guru mengaitkan berbagai materi yang diajarkannya dengan situasi yang berhubungan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pemebalajaran efektif”. Selanjutnya, Johnson (dalam Kunandar, 2007:295) “pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang memungkinkan siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial dan budayanya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata sehingga menjadikan pengalaman yang relevan dan berarti bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dilingkungannya. 2.2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson (dalam Kunandar, 2007:296-297) ada delapan karakteristik pembelajaran kontekstual, sebagai berikut: (1) melakukan hubungan yang bermakna (2) melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (3) belajar yang diatur sendiri (4) belajar dengan bekerjasama (5) berpikir kritis dan kreatif (6) [Photo] 5Kunandar.2005.hal.293. 6Ibid.2005.hal.295 mengasuh dan memelihara pribadi siswa (7) mencapai standar yang diinginkan (8) menggunakan penilaian autentik 2.2.1.4 Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual Ciri-ciri dari pembelajaran kontekstual, antara lain7: a. adanya kerjasama antar semua pihak b. menekankan pentingnya pemecahan masalah c. bermuara pada keragaman siswa d. saling menunjang e. menyenangkan dan tidak membosankan f. belajar dengan bergairah g. pembelajaran terintegrasi h. menggunakan berbagai sumber i. siswa aktif j. diskusi dan sharing dengan teman k. siswa kritis dan guru kreatif l. dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa 2.2.1.5 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Berkaitan dengan faktor kebutuhan siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual, sebagai berikut8: 1. merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa 2. membentuk kelompok belajar yang saling tergantung 3. menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri 4. mempertimbangkan keragaman siswa 5. memperhatikan tingkat pengetahuan siswa 6. menggunakan teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa 7. menerapkan penilaian autentik 2.2.1.6 Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang mendasari penerapan di kelas, antara lain9: 1. Construktivisme (Membangun Pemahaman) 2. Inquiry (Menemukan Sendiri) 3. Questioning (Bertanya) 4. Learning Community (Masyarakat Belajar) 5. Modeling (Pemodelan) 6. Reflection (Refleksi) 7. Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya) [Photo]
2.2.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa, sehingga pengetahuan berkembang. Sementara “hasil belajar siswa diukur dengan penjajakan terhadap kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya”. Menurut Pannen (2001:17) pengaruh dari penerapan prinsip pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa adalah: 1. Belajar berarti membentuk makna yang diciptakan dari apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan alami. 2. Konstruksi berarti suatu proses yang terus menerus, setipa kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan baru siswa akan selalu mengadakan rekonstruksi. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih dari itu, yakni suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. 5. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa berupa konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajarinya. 2.3 Multimedia Berbasis Komputer 2.3.1 Media Pembelajaran 2.3.1.1 Pengertian Media Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi yakni penyampaian pesan harus diciptakan atau diwujudkan melalui tukar menukar pesan atau informasi oleh guru keada peserta didik. Agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar disebut media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Selanjutnya, pengertian media diartikan sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2003:3) mengatakan bahwa “media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Dalam arti luas media adalah kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat gafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi atau proses belajar mengajar. Sementara, yang dimaksud dengan media pembelajaran menurut Hamalik (1994:12) mengartikannya sebagai “media pembelajaran meliputi alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah”. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, overhead projector, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Jadi, berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala jenis saranan pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. 2.3.1.2 Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Soegito (dalam Rohani, 1997:16-18) macam-macam media pembelajaran dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Media Audio Adalah media yang dapat didengar dalam pembelajaran, misalnya radio, piringan hitam, tape kaset dan sebagainya. 2) Media Visual Adalah media yang dapat dilihat dalam pembelajaran. Media ini dibagi dua, yaitu projected media diartikan sebagai media yang dapat diproyeksikan (misalnya, slide dan film, film-strip/loop, overhead projector, epidiascop) dan non-projected media diartikan sebagai media yang tidak dapat diproyeksikan (misalnya, wallsheets, model, objek dan lainnya). 3) Media Audio Visual Adalah media yang dapat didengar dan dilihat dalam pembelajaran. Sebagai contoh dari media ini adalah televisi, radio vision, video, film bicara dan sound slides. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikenal beberapa jenis media. Penggunaan media pembelajaran ditentukan oleh fungsi dan tujuan instruksional yang ingin dicapai dan tersedianya bahan untuk mengadakan media. Berdasarkan hal ini, maka menurut Rohani (1997:18-24) klasifikasi media pembelajaran dibedakan menjadi sebelas macam, sebagai berikut: 1) Berdasarkan indera yang digunakan 2) Berdasarkan jenis pesan 3) Berdasarkan sasarannya 4) Berdasarkan penggunaan tenaga listrik atau elektronik 5) Berdasarkan media asli dan tiruan 6) Berdasarkan media grafis 7) Berdasarkan media bentuk papan 8) Berdasarkan media yang disorot atau alat pandang 9) Berdasarkan media yang dapat didengar 10) Berdasarkan media pandang dengar 11) Berdasarkan bahan-bahan cetak 12) dan sebagainya 2.3.1 Multimedia Berbasis Komputer 2.3.1.1 Pengertian Multimedia Multimedia berarti lebih dari satu media. Menurut Wikipedia Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia “pengertian multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi”. Multimedia sebagai proses komunikasi interaktif berasaskan teknologi komputer yang menggabungkan penggunaan unsur-unsur media dalam persembahan informasi. Definisi lain dari multimedia yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dikemukakan oleh Hoftsteter (dalam Supriyanto, 2001:236) “multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi”. Jadi, multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia game. 2.3.1.2 Manfaat Multimedia Menurut Sudjana (1997:29) manfaat multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran antara lain: a. pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar b. materi ajar akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat dipahami oleh siswa yang memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik c. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru sehingga tidak bosan d. siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati 2.3.1.3 Peranan Multimedia Salah satu peranan komputer dalam pendidikan adalah sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Komputer mampu memberikan kontribusi yang penting bagi pelaksanaan pendidikan dan latihan, yakni dalam bentuk pembelajaran dengan bantuan komputer. Dimana komputer memainkan peran kunci dalam proses belajar mengajar. 2.3.1.4 Multimedia Berbasis Komputer Perkembangan dunia pendidikan selalu berjalan beriringan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini faktor yang dominan pengaruhnya terhadap pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan IPTEK semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dan pemanfataan hasil-hasil teknologi, misalnya komputer. Pemanfaatan komputer khususnya dalam bidang pendidikan (proses belajar mengajar) terutama di bidang media pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tersebut, maka komputer sudah menjadi salah satu media dalam pembelajaran kontekstual. Kemajuan dan inovasi di bidang teknologi semakin hari semakin nyata, seperti penggunaan multimedia berbasis komputer sebagai media pembelajaran. Peranan multimedia dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan dapat mengubah minat siswa dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada semua matapelajaran yang diajarkan di sekolah. Multimedia diartikan sebagai satu kesatuan dari berbagai kombinasi grafik, tulisan, suara, video dan animasi yang secara bersama-sama menampilkan isi dari pelajaran. “Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik dan mudah dimengerti dan jelas” (Arsyad, 2003:15). Informasi akan mudah diserap dan dimengerti menggunakan indera terutama mata dan telinga. Lalu dengan menggunakan multimedia siswa akan mudah memahami materi yang disampaikan melalui pemahaman yang dikonstruksi atau dibangun sendiri oleh mereka serta mempermudah guru dalam menyampaikan pesan maupun informasi dari materi ajar tersebut. Komputer mampu menampilkan animasi-animasi yang dapat menarik minat bagi orang yang melihatnya terutama siswa dalam belajar. Sedangkan, animasi sendiri merupakan sekumpulan gambar diam yang sedemikian rupa dibuat dan ditamilkan sehingga mengesankan seperti sebuah gerakan. Animasi ini selain dapat menarik perhatian siswa dapat juga digunakan untuk hal-hal yang berupa penyajian proses belajar mengajar. Multimedia berbasis komputer adalah kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan animasi. Kombinasi dua jenis atau lebih jenis media ini ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. Jadi, multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, suara, dan video dalam sebuah tampilan terintegrasi. Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup dan dapat dilihat dilayar lebar melalui LCD, dapat didengar suaranya, dapat dilihat gerakannya yang berbentuk video atau animasi. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction atau pengajaran dengan bantuan komputer. CAI adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. Penggunaan teknologi multimedia dalam bidang pendidikan saat ini telah menjadi suatu keperluan dalam usaha memantapkan bidang pendidikan. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan komputer untuk memuat dan menayangkan beragam bentuk di dalamnya. Komputer tidak hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan data saja, namun sebagai sarana belajar multimedia yang dapat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Multimedia berbasis komputer dapat menampilkan dan merekayasa grafik, teks, suara dalam sebuah tampilan. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian pesan dan informasi, sehingga komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media untuk proses belajar mengajar pada matapelajaran yang relevan, misalnya dengan rancang animasi dan grafis. Sebagai contoh dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan siswa yang belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat melihat penerapan materi ini di slide/dilayar tanpa harus ke lapangan. Berikutnya, animasi merupakan sekumpulan gambar diam yang disusun sedemikian rupa dengan mengesankan sebuah gerakan. Adapun fungsi dari animasi sendiri adalah untuk menarik perhatian, untuk penyajian berupa proses, keterpaduan antar berbagai ilmu dan stimulasi anak untuk mengenal lingkungan untuk pemecahan masalah. Pemilihan penggunaan multimedia berbasis komputer dikarenakan penggunaan komputer bersifat ganda. Disatu sisi komputer berguna sebagai alat bantu dalam proses pendidikan (belajar). Namun, disisi lain komputer juga mampu menciptakan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan menggunakan multimedia berbasis komputer pada pembelajaran diharapkan membantu siswa mempelajari fakta-fakta bersifat abstrak menjadi realistis dan mudah dipahami. Penggunaan multimedia berbasis komputer dapat menggabungkan efek-efek audio dan visual serta grafik yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu, motivasi dan minat, rangsangan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Selama ini siswa menganggap bahwa pembelajaran konvensional itu kurang menarik, karena susah dimengerti dan terlalu abstrak. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu solusinya dalam pembelajaran perlu digunakan suatu media berupa multimedia berbasis komputer dengan variasi animasi sebagai penyampai pesan berupa informasi dari materi ajar. 2.4 Peningkatan Mutu Pendidikan 2.4.1 Mutu Pendidikan 2.4.1.1 Pengertian Mutu Mutu atau kualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1024) diartikan sebagai tingkat, tingkatan, pencapaian sesuatu. Mutu merupakan suatu kosakata di dalam kehidupan modern. Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan bermutu atau berkualitas. Istilah Mutu sudah merupakan suatu pengertian sehari-hari. Dimana orang selalu mencari produk yang bermutu atau berkualitas, servis bermutu atau berkualitas dan bahkan pendidikan yang bermutu atau berkualitas. Di dalam kaitan ini mutu dapat diukur dalam arti memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Bicara mengenai mutu atau kualitas pendidikan, maka tolok ukurnya adalah pada keberhasilan dunia pendidikan, termasuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jadi, mutu adalah sesuatu yang memiliki tingkatan lebih baik. 2.4.1.2 Tantangan dan Kebutuhan Pendidikan Bermutu Masyarakat global, masyarakat teknologis ataupun masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam memberikan tuntutan, tantangan bahkan ancaman-ancaman baru. Pada abad sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak knowing much, berbuat banyak doing much, mencapai keunggulan being exellence, menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain being sociable serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral being morally. Mutu pendidikan dapat berupa mutu lulusan yang rendah akan menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja, walaupun bekerja tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat, tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat. Banyak masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bernutu, program mutu atau upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang teramat penting. Untuk melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, sebagai berikut10: a. komitmen pada perubahan b. pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada c. mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan d. mempunyai rencana yang jelas 2.4.1.3 Faktor-Faktor dalam Pengembangan Mutu Pendidikan Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Dalam hal sesuatu hal yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Selain itu, harus didukung boleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Faktor pendukung selanjutnya adalah sarana dan prasarana, fasilitas dan media pendidikan serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang sesuai. Faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan mutu pendidikan secara sistemik dapat dilihat pada gambar berikut: [Photo]
Gambar 1 Peta Komponen Pendidikan Sebagai Sistem

Instrumental Input : Kebijakan pendidikanProgram pendidikan-kurikulumPersonil (KS, guru, staf TU)Sarana prasarana dan fasilitasMedia dan biaya [Photo]

[Photo]

Environmental Input : Lingkungan sekolahLingkungan keluargaMasyarakatLembaga sosialUnit kerja
Keterangan: Dalam proses pendidikan biasanya dipengaruhi oleh banyak personal seperti administrasi, pendidik, sarana prasarana, media, biaya pendidikan dan sebagainya. Mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana dan kegiatan pendidikan atau disebut dengan mutu total atau Total Quality. Maksud dari Total Quality adalah sesuatu yang tidak mungkin, hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai hanya dengan satu komponen atau kegiatan yang bermutu, sebab kegiatan pendidikan begitu kompleks antar komponen dan lainnya. Secara fakta memang pendidikan di Indonesia kualitasnya memang masih sangat rendah. Namun, hal itu sebaiknya diterima dengan lapang dada untuk instropeksi dan dilakukan evaluasi. Demikian pula faktor-faktor yang menyebabkan mutu dan kualitas pendidikan nasional rendah perlu dikurangi. Berdasarkan laporan Bank Dunia dalam Syafruddin (2002:12) ada empat faktor penghambat potensial mutu pendidikan di Indonesia, antara lain: 1) kompleksitas pengorganisasian pendidikan 2) praktik manajemen yang sentralistik 3) praktik pengangguran yang terpecah dan kaku 4) manajemen sekolah yang tidak efektif Keempat faktor tersebut di atas merupakan temuan pada sekolah. Secara umum, menurut Sallis (dalam Syafruddin, 2002:14) terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, yaitu: 1) miskinnya perancangan kurikulum 2) ketidakcocokan pengelolaan gedung 3) lingkungan kerja yang tidak kondusif 4) ketidaksesuaian sistem dan prosedur atau manajemen pendidikan 5) tidak cukupnya jam pelajaran 6) kurangnya sumber daya manusia dan pengembangan staf Jika ingin mencermati dan mengkaji secara mendalam faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebenarnya terletak pada unsur-unsur dari sistem pendidikan itu sendiri (faktor internal), yakni paling tidak pada faktor kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan, dan krisis kepemimpinan. Disamping itu juga, terdapat faktor eksternal berupa partisifasi politik rendah, ekonomi tak berpihak terhadap pendidikan, sosial budaya, rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi juga mempengaruhi mutu pendidikan. 2.4.1.4 Peningkatan Mutu Pendidikan Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik indutri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga sektor lainnya yang senderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlaq, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Kondisi tersebut menyebabkan sebagaian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptkan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sementara, dikatakan bahwa perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak. Otonomi pendidikan adalah suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya kinnerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanjutan, kreativitas dan produktivitas pegawai atau guru. Kualitas bukan hanya pada unsur masukan (input) tetapi juga unsur proses, terutama pada unsur keluaran/lulusan (output). Agar dapat memuaskan masyarakat sebagai pelanggan pendidikan. Sesuai dengan konsep sistem, maka input, proses dan output memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai dengan harapan masyarakat. Para Kepala Sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina SDM yang kreatif dan inovatif, sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun informal. Para manajer pendidikan dituntut untuk mencari dan menerapkan suatu strategi manajemen baru yang diciptakan dapat mendorong perbaikan mutu di skeolah-sekolah saat ini. Dalam realitasnya, tantangan krusial yang dihadapi oleh manajer, perancang, dan pengelola lembaga pendidikan di Indonesia adalah bagaimana upaya mengelola sekolah, akademi dan universitas agar dapat berkembang dan berkualitas. Institusi pendidikan perlu dikelola untuk mencapai hasil yang optimal. Disini hasil optimal itu ditandai dari mutu lulusan yang andal dan sesuai dengan harrapan masyarakat. Hal ini penting dan strategis sebab peranan pendidikan terkait dengan masa depan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Masih menurut Sallis (dalam Syafruddin, 2002: 24) berpendapat bahwa manajemen mutu terpadu atau total quality management adalah menjamin mutu dan standar dalam pendidikan. TQM memberikan suatu filosofi sebagai suatu perangkat alat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan mengutamakan minat dan kebutuhan pelanggan. Kegagalan dalam perbaikan mutu pendidikan akibat manjemen yang lemah akan menimbulkan kegagalan generasi baik dalam dimensi mikro maupun makro. Secara mikro, lembaga pendidikan tidak bermutu, SDM yang dihasilkan adalah generasi yang lemah dalam bidang imtaq, iptek, keterampilan dan kreativitas, sedangkan secara makro terjadinya dominasi kebudayaan asing, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sains, dan teknologi terhadap bangsa. Akhirnya, akan mengakibatkan lost generation atau kehilangan generasi. Untuk menjawab kegagalan di atas paling tidak solusi yang ditawarkan adalah memperbaiki manajemen pendidikan itu sendiri. Selama ini, manajemen pendidikan bersifat sentralistik yang mengakibatkan kelumpuhan bagi lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah di daerah, perbaikan pendidikan yang tambal sulam dan berorientasi pada proyek. Situasi dan stabilitas politik yang tidak menentu menyebabkan kurang berpihak pada pendidikan yang bermutu. Hampir belum ditemukan kesungguhan pemberdayaan tenaga kependidikan suatu penyelenggaraan pendidikan bermutu. Oleh karena itu, perlu perubahan manajmen pendidikan nasional, termasuk manajemen sekolah demi perbaikan dan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan nasional. Hal ini juga termasuk tanggung jawab Teknologi Pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Adapun untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan prinsip-prinsip, sebagai berikut11: a. peningkatan mutu menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang pendidikan b. kesulitan para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan menghadapi kegagalan sistem c. peningkatan mutu pendidikan harus melalui loncatan-loncatan d. uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu, kunci utamanya adalah komitmen pada perubahan e. banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian f. program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secarta langsung dalam pendidikan g. sistem pengukuran berperan penting dalam program peningkatan mutu pendidikan h. masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan program singkat [Photo]
2.4.1.5 Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah erlu memperhatikan konsep Manajemen Mutu Total. MMT merupakan suatu metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Manajemen total digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan sekolah, dunia bisnis dan pemerintah. Visi MMT dipusatkan pada menemukan kebutuhan para penggunaan lulusan (customer) persipan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa dalam mengelola perubahan dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik. Sekolah yang menerapkan MMT berpegang teguh pada prinsip berikut: 1. berfokus pada pengguna setiap orang di sekolah harus memahami produk pendidikan punya pengguna. 2. keterlibatan menyeluruh semua orang harus terlibat dalam transformasi mutu. 3. pengukuran pendekatan baru pendidikan harus belajar mengukur mutu pendidikan dari kemampuan dan kinerja lulusan 4. pendidikan sebagai sistem peningkatan mutu pendidikan berdasarkan konsep dan pemahaman pendidikan sebagai sistem, meliputi sejumlah komponen seperti siswa, guru, kurikulum 5. perbaikan yang berkelanjutan setiap proses perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan. (Sukmadinata, 2007:25). Diharapkan dengan penerapan MMT ini seluruh komponen yang terdapat dalam dan luar sekolah dapat berperan membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya dan akhirnya mampu meningkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. Selain ide penerapan MMT ini, tak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran itu penting, sebab strategi pembelajaran menentukan semua langkah dan kegiatan yang perlu dilakukan, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada awal kegiatan pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran adalah keputusan instruktur dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang digunakan, termasuk jenis media yang digunakan, materi yang diberikan dan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mendapatkan pengalaman yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yakni adanya perubahan tingkah laku. Hal ini dapat disesuaikan dengan konsep pembelajaran kontekstual yang telah dijelaskan sebelumnya yang menekankan pada multi aspek lingkungan belajar. Sehingga melalui pengalaman belajar yang sebanyak mungkin siswa diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis di dunia nyata. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yan dimediakan atau mediated instruction. Bahan ajar berupa media cetak atau tertulis contoh bahan pembelajaran yang dimediakan. Apapun format media yang digunakan, penyampaian pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan penyampaian pesan berupa materi ajar. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini digunakan media berupa multimedia berbasis komputer dengan strategi pembelajaran kontekstual. 3. Penutup Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas diperoleh beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Pembelajaran Kontekstual adalah pendekatan konsep belajar yang membantu siswa mengaitkan materi yang diajarkan sesuai dengan situasi nyata sehingga menjadikan pengalaman relevan dan berarti bagi mereka dalam membangun pengetahuan yang akan diterapkan dilingkungannya masing-masing. 2. Multimedia Berbasis Komputer adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. 3. Komputer mampu menampilkan animasi-animasi yang dapat menarik minat siswa dalam belajar, sedangkan animasi merupakan sekumpulan gambar diam yang sedemikian rupa dibuat dan ditampilkan sehingga mengesankan seperti sebuah gerakanyang digunakan untuk penyajian proses belajar mengajar. 4. Multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, suara, video, animasi dan sebagainya dalam sebuah tampilan yang terintegrasi (kombinasi dua jenis/lebih media ini ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan antara lain input (berupa instrumental dan enviromental input), proses pendidikan (penyelenggaraan), dan output (berupa lulusan/alumni). Selain itu dipengaruhi oleh kompleksitas pengorganisasian pendidikan, praktik manajemen yang sentralistik, praktik pengangguran yang terpecah dan kaku, manajemen sekolah yang tidak efektif, miskinnya perancangan kurikulum, ketidakcocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian sistem dan prosedur atau manajemen pendidikan, tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya SDM dan pengembangan staf. 6. Kontribusi aplikasi Teknologi Pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di kelas-kelas adalah dengan pendekatan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning menggunakan multimedia berbasis komputer dengan program animasi gerak. 7. Pembelajaran kontekstual menggunakan multimedia berbasis komputer dengan program animasi gerak ini dijadikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran, akan memberikan kontribusi sebagai berikut pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa, dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi ajar akan lebih jelas maknanya, dapat dipahami oleh siswa, memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, belajar tidak membosankan, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, siswa mendengarkan penjelasan guru sekaligus beraktivitas seperti mengamati dan lain-lain. 4. Daftar Pustaka Depdiknas. 2005. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Fokus Media. Derry, N. 2005. “Pengaruh Pengajaran Berdasarkan Prinsip Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Indralaya”. Skripsi. Indralaya : FKIP Universitas Sriwijaya. Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. 2006. Bandung : Remaja Rosdakarya. Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. Sukmadinata, Nana. S. dkk. 2007. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen). Bandung : refika ADITAMA. Supriyanto, Aji. 2007. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek. Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan (Konsep, Strategi dan Aplikasi). Jakarta : Grasindo. Tilaar, H.AR. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Jakarta : Grasindo. Tilaar, H.AR. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional ; Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta : Rineka Cipta. www. Jardiknas.co.id. Diakses tanggal 20 Nopember 2008.

SELAMAT MEMBACA SEMOGA BERMANFAAT
Husnil Kirom
Mahasiswa Teknologi Pendidikan 2008
PPs UNSRI