Minggu, 11 Januari 2009

KUMPULAN MAKALAH SEMESTER GANJIL 2008/2009

KOMPUTER DAN MULTIMEDIA

OLEH :

HUSNIL KIROM 20082013001
WHITA AYU MARDIA 20082013022
SUWARTI 20082013005
ROSDIANA 20082013008
IMRON HUSAINI 20082013021




PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2008

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Lahirnya teknologi multimedia adalah hasil dari perpaduan kemajuan teknologi elektronik, teknik komputer dan perangkat lunak. Kemampuan penyimpanan dan pengolahan gambar digital dalam belasan juta warna dengan resolusi tinggi serta reproduksi suara maupun video dalam bentuk digital, Multimedia merupakan konsep dan teknologi dari unsur-unsur gambar, suara, animasi serta video disatukan didalam komputer untuk disimpan, diproses dan disajikan guna membentuk interaktif yang sangat inovatif antara komputer dengan user. Bila dibandingkan dengan informasi dalam bentuk teks (huruf dan angka) yang umumnya terdapat pada komputer saat ini, tentu informasi dalam bentuk multimedia yang dapat diterima dengan kedua indra penglihatan manusia dalam bentuk yang sesuai dengan aslinya atau dalam dunia yang sesungguhnya (reality).
Majunya teknologi informasi merupakan suatu perkembangan yang memberikan akses terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dunia informasi menjadi salah satu wilayah yang berkembang pesat dan banyak mempengaruhi peradaban masyarakat. Radio, Televisi, DVD, VCD merupakan salah satu perangkat elektronik yang menjadi bagian dari perabot rumah tangga. Selain berfungsi informatif, media teknologi tersebut merupakan salah satu media entertainment yang memberikan pilihan hiburan menyegarkan.
Akibat kemajuan media teknologi informasi, kehidupan masyarakat memasuki zone rekreatif (hiburan). Tidak dapat dibayangkan, ketika media televisi telah menjadi salah satu media yang menyediakan diri selama 24 jam untuk memberikan hiburan di tengah-tengah keluarga. Hadirnya teknologi media audiovisual, telah menciptakan budaya masyarakat rekreatif dan konsumtif. Masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menghibur diri dan membuang kesumpekan hidup yang makin menjepit.
Kondisi perubahan peradaban tersebut, telah pula menjadi pemicu terhadap upaya perubahan sistem pembelajaran di sekolah. Upaya untuk melepaskan diri dari kungkungan pembelajaran konvensional yang memaksa anak untuk mengikuti pembelajaran yang tidak menarik, dan membosankan, sehingga meminjam ungkapan Faulo Fraire, sekolah tak lebih merupakan bangunan tembok penjara yang menghukum penghuninya untuk mengikuti (memaksa) menerima segenap ajaran yang berkubang di dalamnya.
Neil Postman, salah satu filosof dan pakar pendidikan semakin mencemaskan terhadap kehidupan lembaga persekolahan yang semakin teralineasi dari kultur masyrakat yang kian dinamis, sehingga sampai pada taraf asumtif, matinya nilai-nilai pendidikan.
Kondisi sekolah, senantiasa dituntut untuk terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sehingga sekolah yang tetap berkutat pada instruksional kurikulum hanya akan membuat peserta didik gagap melihat realitas yang mengepungnya.
Kehadiran teknologi multimedia, bukan lagi menjadi barang mewah, karena harganya bisa dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat untuk memiliki dan menikmatinya. Artinya, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk memiliki teknologi tersebut sehingga bisa menjadikannya sebagai media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan mampu mengembangkan kecakapan personal secara optimal, baik kecakapan, kognitif, afektif, psikomotrik, emosional dan spiritualnya. Hal ini amat memungkinkan, ketika ruang belajar di luar gedung sekolah, telah menghasilkan berbagai produk audiovisual yang bernilai- edukatif, mulai dari mata pelajaran yang yang disajikan dalam bentuk quiz, ataupun dalam bentuk penceritaan dan berbagai permainan yang memukau.
Ada salah satu sekolah menengah beberapa waktu lalu, telah mempublikasikan diri sebagai salah satu sekolah yang memakai perangkat multimedia untuk pembelajaran. Setiap guru wajib membuat media pembelajaran dengan teknologi multimedia dan menayangkannya (mempergunakan) dalam pembelajaran. Sungguh sangat menarik, dengan peralatan handycam, dan komputer (PC), seorang guru membuat media pembelajaran audiovisual yang akan memancing minat siswa untuk belajar dan tertarik untuk mengembangkan pengetahuannya. Kondisi yang membuat iri, berbagai sekolah untuk memiliki perangkat pembelajaran semacam itu. Bahkan, sudah waktunya pula apabila sekolah memanfaatkan situs-situs pengetahuan di dunia cyber untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Ada sesuatu yang ganjil dalam pemakaian teknologi multimedia yang dipergunakan di SMA 2 Jember dalam pemberiataan jawa pos (maret, 2004), diantaranya pembelajaran agama, dengan menayangkan guru agama yang tengah berceramah. Pembelajaran matematika dengan mempergunakan CD dan hanya berisi berbagai keterangan (tulisan) yang berhubungan dengan pembelajaran. Atau di tempat lain, seorang guru menayangkan pembelajaran mempergunakan VCD yang berdurasi selama 90 menit (2 jam pelajaran) dari awal sampai tayangan berakhir siswa hanya diajak untuk menonton, tanpa ada sesuatu yang bisa mengukur pemahaman siswa terhadap apa yang diatayangkan. Contoh tersebut merupakan salah satu bentuk pemanfaatan media audiovisual yang dirasakan kurang efektif. Karena bila kita menengok pada ceramah agama di berbagai stasiun televisi sudah dikemas sedemikian menghibur dan mampu menarik minat pemirsa untuk saling berinteraksi. Artinya, sebelum media teknologi tersebut dipergunakan, terlebih dahulu dikenali karakteristik dari tiap media, sehingga bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, diyakini bahwa suatu materi pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga mengakomodasi tipe pembelajar, dan gaya belajar, bukan hanya menunjukkan gaya mengajar instrukturnya. Salah satu metode yang efektif untuk mencapai hal ini adalah melalui penggunaan berbagai media yang disesuaikan dengan gaya belajar si pembelajar.

1.2 Permasalahan
Dengan uraian diatas permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah “Komputer dan Multimedia ; Manfaatnya dalam Pembelajaran”.

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengenalkan apa itu “Komputer dan Multimedia ; Manfaatnya dalam Pembelajaran”.

II. PEMBAHASAN

A. KOMPUTER
1. Pengertian Komputer
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika.
Arti istilah Computer berkaitan erat dengan pengertian Alat bantu bagi manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perangkat elektronik yang dapat dipakai untuk mengolah data dengan perantaraan sekumpulan program dan mampu memberikan informasi dari hasil pengolahan tersebut. Dalam bahasa indonesia sering ditulis dengan komputer.
Istilah Computer berasal dari kata Compute, yang berarti menghitung. Artinya, setiap proses yang dilaksanakan oleh komputer merupakan proses matematika hitungan. Jadi apapun yang dilakukan oleh komputer, baik penampakan pada layar monitor, suara, gambar, dll. diolah sedemikian rupa dari perhitungan secara elektronik.
Komputer adalah hasil dari kemajuan teknologi elektronika dan informatika yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menulis, menggambar, menyunting gambar atau foto, membuat animasi, mengoperasikan program analisis ilmiah, simulasi dan untuk kontrol peralatan.

2. Sejarah Komputer
Komputer yang ada pada hari ini telah berkembang teknologinya sejak 6 dekade yang lalu. Sejarah perkembangan komputer telah lama bermula yaitu sejak tahun 1940. Bentuk komputer yang dulu cukup besar untuk mengoperasikan sebuah program, sekarang berbentuk kecil dengan kemampuan mengoperasikan program yang lebih beragam.
Berikut ini perkembangan generasi komputer yang telah diuraikan oleh pengkaji-pengkaji bidang komputer.

a. Generasi Pertama
Komputer yang dihasilkan adalah elektronik sepenuhnya. Saiznya agak besar (hampir menyamai sebuah bilik tidur) dan dikategorikan kepada Kerangka Utama (Mainframe), la menggunakan tiub vakum untuk memproses dan menyimpan pesan/informasi. Tiub vakum berukuran seperti lampu kecil yang cepat panas dan mudah terbakar. Jumlah tiub vakum yang diperlukan amat banyak begitu juga penggunaan tenaga listriknya.
Dengan terjadinya Perang Dunia Kedua, negara-negara yang terlibat dalam perang tersebut berusaha mengembangkan komputer untuk mengeksploit potensi strategis yang dimiliki komputer. Hal ini meningkatkan pendanaan pengembangan komputer serta mempercepat kemajuan teknik komputer. Pada tahun 1941, Konrad Zuse, seorang insinyur Jerman membangun sebuah komputer, Z3, untuk mendesain pesawat terbang dan peluru kendali.
Pihak sekutu juga membuat kemajuan lain dalam pengembangan kekuatan komputer. Tahun 1943, pihak Inggris menyelesaikan komputer pemecah kode rahasia yang dinamakan Colossus untuk memecahkan kode-rahasia yang digunakan Jerman. Dampak pembuatan Colossus tidak terlalu mempengaruhi perkembangan industri komputer dikarenakan dua alasan. Pertama, colossus bukan merupakan komputer serbaguna (general-purpose computer), ia hanya didesain untuk memecahkan kode rahasia. Kedua, keberadaan mesin ini dijaga kerahasiaannya hingga satu dekade setelah perang berakhir.
Usaha yang dilakukan oleh pihak Amerika pada saat itu menghasilkan suatu kemajuan lain. Howard H. Aiken (1900-1973), seorang insinyur Harvard yang bekerja dengan IBM, berhasil memproduksi kalkulator elektronik untuk US Navy. Kalkulator tersebut berukuran panjang setengah lapangan bola kaki dan memiliki rentang kabel sepanjang 500 mil. The Harvd-IBM Automatic Sequence Controlled Calculator, atau Mark I, merupakan komputer relai elektronik. Ia menggunakan sinyal elektromagnetik untuk menggerakkan komponen mekanik. Mesin tersebut beroperasi dengan lambat (ia membutuhkan 3-5 detik untuk setiap perhitungan) dan tidak fleksibel (urutan kalkulasi tidak dapat diubah). Kalkulator tersebut dapat melakukan perhitungan aritmatik dasar dan persamaan yang lebih kompleks.
Perkembangan komputer lain pada masa kini adalah Electronic Numerical Integrator and Computer (ENIAC), yang dibuat oleh kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dan University of Pennsylvania . Terdiri dari 18.000 tabung vakum, 70.000 resistor, dan 5 juta titik solder, komputer tersebut merupakan mesin yang sangat besar (140 meter persegi dengan berat 30 ton) yang mengkonsumsi daya sebesar 160kW. Komputer ini dirancang oleh John Presper Eckert (1919-1995) dan John W. Mauchly (1907-1980), ENIAC merupakan komputer serbaguna (general purpose computer) yang bekerja 1000 kali lebih cepat dibandingkan Mark I.
Pada pertengahan 1940-an, John von Neumann (1903-1957) bergabung dengan tim University of Pennsylvania dalam usha membangun konsep desin komputer yang hingga 40 tahun mendatang masih dipakai dalam teknik komputer. Von Neumann mendesain Electronic Discrete Variable Automatic Computer(EDVAC) pada tahun 1945 dengan sebuh memori untuk menampung baik program ataupun data. Teknik ini memungkinkan komputer untuk berhenti pada suatu saat dan kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali. Kunci utama arsitektur Von Neumann adalah unit pemrosesan sentral (CPU), yang memungkinkan seluruh fungsi komputer untuk dikoordinasikan melalui satu sumber tunggal. Tahun 1951, UNIVAC I (Universal Automatic Computer I) yang dibuat oleh Remington Rand, menjadi komputer komersial pertama yang memanfaatkan model arsitektur von Neumann tersebut.
Adapun ciri-ciri komputer generasi pertama, antara lain :
1. Ukuran fisiknya besar.
2. Kecepatan proses lambat.
3. Cepat panas.
4. Membutuhkan listrik yang besar.
5. Menggunakan tabung hampa udara (vaccum tube).
6. Memorinya menggunakan Magnetic Core Storage.
7. Masih menggunakan bahasa mesin (Machine Language).
8. Menggunakan konsep Stared Program.
(Agung S, 2004:3)

Contoh komputer generasi pertama :
MARK I, MARK II, IBM 702, IBM 704, IBM 709 (dibuat oleh IBM / International Business Machine).
UNIVAC II (dibuat oleh Sperry Rand)
ENIAC (Electronic Numerical Integrator and Calculator). Dibuat oleh DR. John W. Mauchly pada 1942.
SEC (Simpel Electronic Computer), dibuat oleh Electronic Computation Laboratory of Birkbeck Collage pada 1951.
Datamatic 1000 (dibuat oleh Honeywell).
NCR 102A, NCR 102D (dibuat oleh National Cash Register)
(Agung S, 2004:3-4)

b. Generasi keDua
Pada tahun 1948, penemuan transistor sangat mempengaruhi perkembangan komputer. Transistor menggantikan tube vakum di televisi, radio, dan komputer. Sehingga ukuran mesin-mesin elektrik berkurang drastis.
Transistor mulai digunakan di dalam komputer pada tahun 1956. Penemuan lain yang berupa pengembangan memori inti-magnetik membantu pengembangan komputer generasi kedua yang lebih kecil, lebih cepat, lebih dapat diandalkan, dan lebih hemat energi dibanding para pendahulunya. Mesin pertama yang memanfaatkan teknologi baru ini adalah superkomputer. IBM membuat superkomputer bernama Stretch, dan Sperry-Rand membuat komputer bernama LARC. Komputer-komputer ini, yang dikembangkan untuk laboratorium energi atom, dapat menangani sejumlah besar data, sebuah kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh peneliti atom.
Ciri-ciri komputer generasi keDua :
1. Komponen telah menggunakan transistor.
2. Ukuran fisiknya lebih kecil.
3. Kecepatan prosesnya lebih cepat.
4. Tidak cepat panas.
5. Membutuhkan listrik lebih sedikit.
6. Memori yang digunakan lebih besar.
7. Telah menggunakan bahasa tingkat tinggi (high level language).
Menurut Agung S, 2004 : 4, mengatakan komputer generasi kedua sudah dapat digunakan untuk real time (informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan dengan sekejap) dan time sharing (komputer digunakan bersama-sama dan komputer dapat membagi waktu untuk tiap-tiap pemakai).
Komputer generasi kedua menggantikan bahasa mesin dengan bahasa assembly. Bahasa assembly adalah bahasa yang menggunakan singkatan-singakatan untuk menggantikan kode biner. Pada awal 1960-an, mulai bermunculan komputer generasi kedua yang sukses di bidang bisnis, di universitas, dan di pemerintahan. Komputer-komputer generasi kedua ini merupakan komputer yang sepenuhnya menggunakan transistor. Mereka juga memiliki komponen-komponen yang dapat diasosiasikan dengan komputer pada saat ini: printer, penyimpanan dalam disket, memory, sistem operasi, dan program. Program yang tersimpan di dalam komputer dan bahasa pemrograman yang ada di dalamnya memberikan fleksibilitas kepada komputer. Fleksibilitas ini meningkatkan kinerja dengan harga yang pantas bagi penggunaan bisnis. Dengan konsep ini, komputer dapat mencetak faktur pembelian konsumen dan kemudian menjalankan desain produk atau menghitung daftar gaji. Beberapa bahasa pemrograman mulai bermunculan pada saat itu. Bahasa pemrograman Common Business-Oriented Language (COBOL) dan Formula Translator (FORTRAN) mulai umum digunakan. Bahasa pemrograman ini menggantikan kode mesin yang rumit dengan kata-kata, kalimat, dan formula matematika yang lebih mudah dipahami oleh manusia. Hal ini memudahkan seseorang untuk memprogram dan mengatur komputer. Berbagai macam karir baru bermunculan (programmer, analyst, dan ahli sistem komputer). Industri piranti lunak juga mulai bermunculan dan berkembang pada masa komputer generasi kedua ini.
Contoh komputer generasi keDua :
IBM 7070, IBM 7080, IBM 1600 (dibuat oleh IBM / International Business Machine).
Honeywell 400, Honeywell 800 (dibuat oleh Honeywell).
Burroughs 200 (dibuat oleh Burroughs).
GE 635, GE 645, GE 200 (dibuat oleh General Electric).
UNIVAC III, UNIVAC SS890, UNIVAC SS90, UNIVAC 1107 (dibuat oleh Sperry Rand).
NCR 300 (dibuat oleh National Cash Register).
(Agung S, 2004:4)

c. Generasi keTiga
Walaupun transistor dalam banyak hal mengungguli tube vakum, namun transistor menghasilkan panas yang cukup besar, yang dapat berpotensi merusak bagian-bagian internal komputer. Batu kuarsa (quartz rock) menghilangkan masalah ini. Jack Kilby, seorang insinyur di Texas Instrument, mengembangkan sirkuit terintegrasi (IC : integrated circuit) di tahun 1958. IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Pada ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor. Hasilnya, komputer menjadi semakin kecil karena komponen-komponen dapat dipadatkan dalam chip. Kemajuan komputer generasi ketiga lainnya adalah penggunaan sistem operasi (operating system) yang memungkinkan mesin untuk menjalankan berbagai program yang berbeda secara serentak dengan sebuah program utama yang memonitor dan mengkoordinasi memori komputer.
Ciri-ciri komputer generasi keTiga :
1. Komponen telah menggunakan IC (Integrated Circuit) atau yang disebut “chip” dalam bentuk Hybrid Integrated Circuits atau Solid Logic Technology (SLT), yaitu transistor dan dioda diletakkan secara terpisah dalam satu tempat.
2. Kecepatan prosesnya lebih cepat.
3. Membutuhkan listrik lebih hemat.
4. Memorinya yang digunakan lebih besar, dapat menyimpan ratusan ribu karakter.
5. Telah menggunakan penyimpanan luar yang bersifat random accsess, yaitu magnetic disk yang berkapasitas besar.
6. Dapat digunakan untuk multi processing dan multi programming.
7. Telah dibuatnya alat input-output dengan menggunakan visual display terminal yang dapat menampilkan grafik, dapat menerima dan mengeluarkan suara, dan telah digunakannya alat pembaca tinta magnetik MICR (Magnetic Ink Character Reader).
(Agung S, 2004:5)

Contoh komputer generasi keTiga :
GE 600, GE 235 (dibuat oleh General Electric)
Burroughs 5700, Burroughs 6700, Burroughs 7700 (dibuat oleh Burroughs).
UNIVAC 1108, UNIVAC 9000 (dibuat oleh Sperry Rand).
(Agung S, 2004:5)

d. Generasi keEmpat
Setelah IC (Integrated Circuit), tujuan pengembangan menjadi lebih jelas: mengecilkan ukuran sirkuit dan komponen-komponen elektrik. Large Scale Integration (LSI) dapat memuat ratusan komponen dalam sebuah chip. Pada tahun 1980-an, Very Large Scale Integration (VLSI) memuat ribuan komponen dalam sebuah chip tunggal. Ultra-Large Scale Integration (ULSI) meningkatkan jumlah tersebut menjadi jutaan.
Kemampuan untuk memasang sedemikian banyak komponen dalam suatu keping yang berukuran setengah keping uang logam mendorong turunnya harga dan ukuran komputer. Hal tersebut juga meningkatkan daya kerja, efisiensi dan keterandalan komputer. Chip Intel 4004 yang dibuat pada tahun 1971 membawa kemajuan pada IC (Integrated Circuit) dengan meletakkan seluruh komponen dari sebuah komputer (central processing unit, memori, dan kendali input/output) dalam sebuah chip yang sangat kecil. Sebelumnya, IC dibuat untuk mengerjakan suatu tugas tertentu yang spesifik. Sekarang, sebuah mikroprosesor dapat diproduksi dan kemudian diprogram untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang diinginkan. Tidak lama kemudian, setiap perangkat rumah tangga seperti microwave, oven, televisi, dan mobil dengan electronic fuel injection dilengkapi dengan mikroprosesor.
Perkembangan yang demikian memungkinkan orang-orang biasa untuk menggunakan komputer biasa. Komputer tidak lagi menjadi dominasi perusahaan-perusahaan besar atau lembaga pemerintah. Pada pertengahan tahun 1970-an, perakit komputer menawarkan produk komputer mereka ke masyarakat umum. Komputer-komputer ini, yang disebut minikomputer, dijual dengan paket piranti lunak yang mudah digunakan oleh kalangan awam. Piranti lunak yang paling populer pada saat itu adalah program word processing dan spreadsheet. Pada awal 1980-an, video game seperti Atari 2600 menarik perhatian konsumen pada komputer rumahan yang lebih canggih dan dapat diprogram.
Ciri komputer generasi keEmpat :
1. Telah menggunakan LSI (Large Scale Integration), yaitu penggabungan beribu-ribu IC yang dipadatkan dalam satu chip.
2. LSI dikembangkan menjadi VLSI (Very Large Scale Integration) yang dapat memuat 150.000 transistor yang dipadatkan.
3. Chip yang digunakan telah berbentuk segi empat yang memuat rangkaian terpadu.
Contoh komputer generasi keEmpat :
¬IBM 370 (dibuat oleh IBM / International Business Machine).
APPLE II (dibuat oleh Apple).
(Agung S, 2004:6)
Pada tahun 1981, IBM memperkenalkan penggunaan Personal Computer (PC) untuk penggunaan di rumah, kantor, dan sekolah. Jumlah PC yang digunakan melonjak dari 2 juta unit di tahun 1981 menjadi 5,5 juta unit di tahun 1982. Sepuluh tahun kemudian, 65 juta PC digunakan. Komputer melanjutkan evolusinya menuju ukuran yang lebih kecil, dari komputer yang berada di atas meja (desktop computer) menjadi komputer yang dapat dimasukkan ke dalam tas (laptop), atau bahkan komputer yang dapat digenggam (palmtop). IBM PC bersaing dengan Apple Macintosh dalam memperebutkan pasar komputer. Apple Macintosh menjadi terkenal karena mempopulerkan sistem grafis pada komputernya, sementara saingannya masih menggunakan komputer yang berbasis teks. Macintosh juga mempopulerkan penggunaan piranti mouse. Pada masa sekarang, kita mengenal perjalanan IBM compatible dengan pemakaian CPU: IBM PC/486, Pentium, Pentium II, Pentium III, Pentium IV (Serial dari CPU buatan Intel). Juga kita kenal AMD k6, Athlon, dsb. Ini semua masuk dalam golongan komputer generasi keempat. Seiring dengan menjamurnya penggunaan komputer di tempat kerja, cara-cara baru untuk menggali potensial terus dikembangkan. Seiring dengan bertambah kuatnya suatu komputer kecil, komputer-komputer tersebut dapat dihubungkan secara bersamaan dalam suatu jaringan untuk saling berbagi memori, piranti lunak, informasi, dan juga untuk dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komputer jaringan memungkinkan komputer tunggal untuk membentuk kerjasama elektronik untuk menyelesaikan suatu proses tugas. Dengan menggunakan perkabelan langsung (disebut juga local area network / LAN), atau kabel telepon, jaringan ini dapat berkembang menjadi sangat besar.
3. Perangkat Komputer
Perlengkapan elektronik (hardware) dan program (perangkat lunak/software) telah menjadikan sebuah komputer menjadi benda yang berguna. Sebuah komputer yang hanya memiliki perlengkapan elektronik saja atau software saja tidak akan berfungsi. Dengan ada keduanya maka komputer dapat berfungsi menjadi alat yang berguna. Namun setelah adanya hardware dan software maka diperlukan juga brainware. Jika diuraikan, perangkat-perangkat komputer tersebut sebagai berikut :
a. Hardware / Perangkat Keras
Hardware adalah peralatan dalam bentuk fisik yang menjalankan sistem komputer. Hardware digunakan sebagai media untuk menjalankan software dan peralatan ini berfungsi untuk menjalankan instruksi-instruksi yang diberikan lalu mengeluarkannya dalam bentuk informasi yang digunakan oleh manusia untuk laporan.
Perangkat keras komputer terdiri dari :
 Input device
Merupakan alat yang digunakan untuk memasukan data atau instruksi ke dalam komputer. Contoh : keyboard, mouse, lightpen, dan joystick.
 Process device
Merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan kumpulan instruksi yang akan ditujukan untuk menghasilkan suatu hasil tertentu. Alat ini disebut CPU (Central Processing Unit).
 Output device
Merupakan alat yang digunakan untuk menampilakn laporan atau informasi
hasil pengolahan dari input, baik ditampilkan pada layar monitor maupun
dicetak pada media lain. Contoh : monitor, printer, plotter.

Gambar.1 Konfigurasi Dasar Komputer
b. Software / Perangkat Lunak
Software yaitu rangkaian prosedur dan dokumentasi program yang berfungsi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dikehendaki. perangkat lunak ini dijalankan pada process device jika mendapatkan masukan respon dari input device dan hasil proses yang dilakukan oleh perangkat lunak dikeluarkan dengan output device. Contoh : DOS, Microsoft Windows, Unix, dan Linux.
c. Brainware / Perangkat Pikir
Brainware yaitu orang yang menggunakan komputer. Orang tersebut harus mempunyai kemampuan minimal dapat memasukkan data dan mengeluarkan informasi. Perangkat pikir sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses yang dilakukan pada process device,karena komputer hanya akan bekerja jika mendapatkan instruksi yang diberikan oleh perangkat pikir.
Untuk lebih jelasnya tentang komputer secara garis besar, dapat dilihat pada gambar berikut:










Gambar.2 Skema Komputer Secara Garis Besar

4. Pengelompokan Komputer
a. Komputer Berdasarkan Data yang Diolah
Komputer Analog. Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk menerima sinyal analog, biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan untuk data yang tidak berbentuk angka, karena data yang didapatkan adalah data yang bersifat gelombang. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan. Sebagai contoh, komputer ini digunakan untuk melakukan pengecekan suhu, penghitung aliran BBM pada SPBU, mengukur kekuatan cahaya, dan lain-lain. Komputer ini banyak digunakan untuk kegiatan ilmiah.
Komputer Digital. Komputer ini merupakan komputer yang kebanyakan kita kenal. Data yang diterimanya adalah data yang sudah berupa data digital. Sedangkan fungsinya digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain.
Komputer Hybrid. Merupakan komputer yang memiliki kemampuan dari komputer analog dan komputer digital. Komputer jenis ini diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, denganperkataan lain,data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya.
b. Komputer Berdasarkan Penggunaannya
Special Purpose Computer. Special purpose computer berarti komputer untuk keperluan khusus. Komputer ini dirancang hanya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Perangkat yang ada dalam komputer ini,baik komponen input, output,pemrosesan serta saftwarenya telah dirancang untuk keperluan tersebut. Biasanya software yang mengendalikan proses sudah berada langsung pada sistem. Contoh : komputer yang digunakan untuk kasir di supermarket.
General Purpose Computer. Merupakan komponen yang dibuat untuk keperluan secara umum, sehingga komputer tersebut dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal computer berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal Computer merupakan salah satu contoh dari kategori ini.

b. Komputer Berdasarkan Skala Kemampuannya
Berikut ini kategori komputer yang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memproses, baik dalammelayani user, pemrosesasn aplikasi, dankemampuan untuk melaksanakan tugas dalam banyak hal sekaligus pada saat ybersamaan.
Small Scale Computer. Komputer skala kecil merupakan komputer yang memiliki kemampuan proses dalam jumlah kecil. Komputer yang termasuk dalam kategori ini adalah komputer dekstop atau komputer pribadi yang umumnya digunakan oleh satu orang pada satu saat.
Medium Scale Computer. Komputer yang termasuk komputer skala menengah adalah komputer mini, yang biasanya melayani penggunaan pada dumb terminal.
Large Scale Computer. Komputer yang termasuk ke dalamkategori ini adalah komputer mainframe. Pada mesin tersebut dapat diakses beramai-ramai, dan sudah dilengkapi dengan perangkat dan software yang lengkap. Penggunaannya pun untuk mengolah perhitungan dengan kemampuan yang cukup rumit untuk diselesaikan oleh komputer medium dan small.
c. Klasifikasi Komputer
Klasifikasi komputer terbagi menjadi enam, yaitu :
b. Microcontroller
Microcontroler memiliki semua peralatan pokoknya sebagai sebuah komputer dalam satu chip. Peralatan tersebut diantaranya adalah pemrosesan (processing), memori, input dan output.
Kadangkaal pada microcontroller ini, beberapa chip digabungkan dalam satu papan rangkaian. Perangkat ini sangat ideal untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus, sehingga aplikasi yang diisikanke dalam komputer ini adalah aplikasi yang bersifat dedicated. Jika dilihat dari harga, microcontroller umumnya lenbih murah dibandingkan dengan komputer lainnya, karena perangkatnya relatif sederhana. Contoh : diantaranya adalah komputer yang digunakan pada mobil untuk mengatr kestabilan mesin, alat untuk mengatur lampu lalu lintas.

c. Microcomputer
Komputer ini khususnya digunakan untuk single user, biasa disebut juga dengan komputer dekstop atau komputer pribadi (personal komputer). Komputer ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu berinteraksi dengan penggunanya. Penggunanya sangat populer pada penggunaan di rumah, atau untuk manjalankan aplikasi bisnis.

d. Engineering Workstation
Komputer ini lebih powerfull apabila dibandingkan dengan komputer pribadi, umumnya komputer ini digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dipakai oleh para ahli teknik dalam melakukan perhitungan dan penyelesaian pekerjaannya. Aplikasi yang digunakan lebih cenderung pada software yang banyak melakukan berbagai perhitungan, baik secara tiga dimenasi maupun secara matematika lainnya. Contoh aplikasi yang digunakan untuk komputer golongan ini adalah CAD (computer Aided design) yang digunakan untuk melakukan perancangan gambar teknik.

e. Minicomputer
Komputer ini umumnya digunakan untuk banyak pemakai (multiuser) pada saat yang bersamaan, dan time shared. Time shared ini artinya memungkinkan komputer tersebut untuk digunakan oleh beberapa pemakai sekaligus secara bersama-sama, dan komputer akan membagi-bagi waktunya bergantian untuk masing-masing pemakai. Tentunya penggantian waktu layanan ini tidak terlalu terasa bagi pemakai, mengingat pembagian waktunya dihitung dalam waktu yang sangat sempit, atau dalam satuan perseribu detik, tergantung sistem yang digunakan.
Pelayanan pada penggunanya lebih dititikberatkan kepada proses, bukan terhadap interaksi pengguna komputer tersebut. Contoh komputer yang termasuk ke dalam golongan ini adalah IBM AS/400. Komputer ini lebih cenderung digunakan pada untuk suatu kelompok pengguna atau per departemen pada perusahaan besar.

f. Mainframe
Pada tahap awal mualinya komputerisasi, mainframe merupakan satu-satunya komputer yang ada pada waktu itu. Mainframe ini dapat melayani ratusan penggunanya pada saat yang bersamaan. Komputer ini mirup dengan microcomputer namun leih besar dan lebih mahal. Penggunannya umumnya untuk pengelolaan data dari suatu divisi atau perusahaan besar, yang membutuhkan pengelolaan yang cukup berat.

g. Supercomputer
Komputer ini merupakan komputer yang powerfull yang ada. Aplikasi yang digunakan biasanya lebih cenderung untuk penelitian ilmiah. Komputer ini biasanya memiliki beberapa prosesor sekaligus untuk menjalankan tugasnya.


B. Mm

3. MULTIMEDIA
1. Pengertian Multimedia
Menurut Wikipedia Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia pengertian multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Sedangkan Jamaluddin dan Zaidatun menerangkan bahwa multimedia sebagai proses komunikasi interaktif berasaskan teknologi komputer yang menggabungkan penggunaan unsur-unsur media dalam persembahan informasi.
Dalam industri elektronika, multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen yaitu, suara, gambar dan teks (Mc Cormick, 1996) atau multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa audio (suara,musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk, 2002) atau multimedia merupakan alat yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video (Robin dan Linda, 2001).
Definisi lain dari multimedia yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh Hoftsteter (2001), multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Dalam definisi ini terkandung empat komponen penting multimedia. Pertama, harus ada komputer yang mengkoordinasi apa yang dilihat dan didengar yang berinteraksi dengan kita. Kedua, harus ada link yang menghubungkan kita dengan informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu kita, menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung. Keempat, multimedia menyediakan tempat kepada kita untuk mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi dan ide kita sendiri. Jika salah satu komponen tidak ada, maka bukan multimedia dalam arti luas namanya. Misalnya jika tidak ada komputer untuk berinteraksi maka itu namanya media campuran, bukan multimedia. Jika tidak ada link yang menghadirkan sebuah struktur dan dimensi, maka namanya rak buku, bukan multimedia. Kalau tidak ada navigasi yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan maka itu namanya film, bukan multimedia. Demikian juga jika kita tidak mempunyai ruang untuk berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi, bukan multimedia. Dari definisi diatas, maka multimedia ada yang online (internet) dan multimedia yang offline (tradisional).
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, Multimedia juga diadopsi oleh dunia Game.
2. Unsur-unsur Multimedia
Unsur – unsur pendukung dalam multimedia antara lain :
a. Teks. Bentuk data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan adalah teks. Teks merupakan yang paling dekat dengan kita dan yang paling banyak kita lihat. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan bahasa kita. Kebutuhan teks tergantung pada kegunaan aplikasi multimedia. Secara umum ada empat macam teks yaitu teks cetak, teks hasil scan, teks elektronis dan hypertek.
b. ¬Grafik. Alasan untuk menggunakan gambar dalam presentasi atau publikasi multimedia adalah karena lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks. Gambar dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan lebih berguna. Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyajikan seribu kata. Tapi ini berlaku hanya ketika kita biasa menampilkan gambar yang diinginkan saat kita memerlukannya. Multimedia membatu kita melakukan hal ini, yakni ketika gambar grafis menjadi objek suatu link. Grafis sering kali muncul sebagai backdrop (latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka yang mempermanis teks. Secara umum ada lima macam gambar atau grafik yaitu gambar vektor (vector image), gambar bitmap (bitmap image), clip art, digitized picture dan hyperpicture.
c. Bunyi atau Sound. Bunyi atau sound dalam komputer multimedia, khusunya pada aplikasi bidang bisnis dan game sangat bermanfaat. Komputer multimedia tanpa bunyi hanya disebut unimedia, bukan multimedia. Bunyi atau sound dapat kita tambahkan dalam produksi multimedia melalui suara, musik dan efek-efek suara. Seperti halnya pada grafik, kita dapat membeli koleksi sound disamping juga menciptakan sendiri. Beberapa jenis objek bunyi yang biasa digunakan dalam produksi multimedia yakni format waveform audio, compact disk audio, MIDI sound track dan mp3.4. VideoVideo adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling berurutan. Terdapat dua macam video yaitu video analog dan video digital. Video analog dibentuk dari deretan sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam oleh kamera dan dipancarluaskan melalui gelombang udara. Sedangkan video digital dibentuk dari sederetan sinyal digital yang berbentuk yang menggambarkan titik sebagai rangkaian nilai minimum atau maksimum, nilai minimum berarti 0 dan nilai maksimum berarti. Terdapat tiga komponen utama yang membentuk video digital yaitu frame rate, frame size dan data type. Frame rate menggambarkan berapa kali bingkai gambar muncul setiap detiknya, sementara frame size merupakan ukuran fisik sebenarnya dari setiap bingkai gambar dan data type menentukan seberapa banyak perbedaan warna yang dapat muncul pada saat bersamaan.
d. Animasi. Dalam multimedia, animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar. Ada sembilan macam animasi yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi spline, animasi vector, animasi karakter, animasi computational dan morphing.

3. Jenis-jenis Multimedia
Berdasarkan kegunaannya multimedia pembelajaran ada 2 macam yaitu:
a. Multimedia presentasi pembelajaran.
Multimedia presentasi pembelajaran adalah alat bantu guru dalam proses pembelajaran dikelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Contohnya Microsoft Power Point.

b. Multimedia pembelajaran mandiri.

Multimedia pembelajaran mandiri adalah sofware pembalajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge dan tacit knowledge , mengandung fitur assemen untuk latihan,ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah.Contohnya Macromedia Authorware atau Adobe Flash.

4. Syarat yang Harus Dipenuhi dalam Multimedia
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam multimedia yang baik adalah :
a. Pengoperasian yang mudah dan familiar.
b. Mudah untuk install ke computer yang akan digunakanan.
c. Media pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.
d. Sistem pembejaran yang mandiri artinya siswa dapat belajar dengan mandiri baik disekolah maupun dirumah tanpa bimbingan dari guru.
e. Sedapat mungkin dengan biaya yang ringan dan terjangkau.

5. Karakteristik media di dalam multimedia
Multimedia sebenarnya adalah suatu istilah generik bagi suatu media yang menggabungkan berbagai macam media baik untuk tujuan pembelajaran maupun bukan. Keragaman media ini meliputi teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi. Tay (2000) memberikan definisi multimedia sebagai : Kombinasi teks, grafik, suara, animasi dan video.

a. Text
Text mungkin bukan merupakan media paling kuno yang digunakan oleh manusia
dalam menyampaikan informasi; suara (sound) adalah media yang lebih dahulu digunakan di dalam menyampaikan informasi. Para filusuf Yunani , bahkan para Nabi menggunakan suara sebagai media utama untuk menyebarkan ajarannya. Namun di dalam penggunaannya di dalam komputer text adalah media yang paling awal dan juga paling sederhana. Di awal- awal perkembangan teknologi komputer text adalah media yang dominan (bahkan satu-satunya). Hal yang sama juga berlaku di dalam perkembangan internet. Ketika internet masih bernama ARPANET di awal tahun 1970 an text merupakan satunya-satunya media. Kini ketika perkembangan teknologi komputer telah demikian maju text bukan lagi media yang dominan, namun demikian ada beberapa kelebihan text di dalam penggunaannya di dalam multimedia pembelajaran :
- Text dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang padat (condensed).
- Text dapat digunakan untuk materi yang rumit dan komplek seperti rumus-rumus matematika atau penjelasan suatu proses yang panjang.
- Teknologi untuk menampilkan text pada layar komputer relatif lebih sederhana dibandingkan teknologi untuk menampilkan media lain. Konsekuensinya media ini juga lebih murah bila dibandingkan media-media lain.
- Sangat cocok sebagai media input maupun umpan balik (feedback).

Kelemahan media text :
- Kurang kuat bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.
- Mata cepat lelah ketika harus menyerap materi melalui text yang panjang dan padat pada layar komputer.

b. Audio
Socrates pernah berujar bahwa suara adalah imitasi terbaik bagi pikiran maka suara adalah media terbaik untuk menyampaikan informasi. Bagi Socrates text adalah imitasi dari suara, dengan demikian sebagai penyampai pikiran text bukanlah media yang ideal karena ia hanyalah imitasi dari suatu imitasi. Pendapat Socrates mungkin ada benarnya karena suara adalah media yang secara natural telah dimiliki oleh manusia sehingga suara adalah media yang paling alami. Guru di kelas pun lebih banyak mengandalkan suara baik ketika memberikan materi atau melakukan motivasi bagi siswa-siswanya. Jika untuk percakapan secara langsung audio adalah media yang simpel dan alami maka tidak demikian halnya ketika digunakan di dalam komputer. Penggunaan suara di dalam komputer berlangsung belakangan sesudah penggunaan text. Kelebihan suara di dalam multimedia pembelajaran :
- Sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.
- Untuk materi- materi tertentu suara sangat cocok karena mendekati keadaan asli dari materi (misal pelajaran mengenai mengenal suara-suara binatang)
- Membantu pembelajar fokus pada materi yang dipelajari karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi .

Bandingkan dengan pembelajar yang melihat teks di layar komputer. Dalam hal ini pembelajar melakukan multi aktivitas yakni : membaca teks pada layar (yang tidak semudah membaca pada buku), mencari kata-kata kunci (keyword) dari materi, dan menggerakkan tangan, seperti melakukan klik mouse untuk menggulung layar saat ingin melihat bagian teks yang tak terlihat pada layar.

Kelemahan audio :
- Memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer.
- Memerlukan software dan hardware yang spesifik (dan mungkin mahal) agar suara dapat disampaikan melalui komputer.

c. Graphics
“A picture is worth a thousand words’. Peribahasa ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar di dalam pembelajaran mampu menjelaskan banyak hal bila dibandingkan dengan media text.

Kelebihan media gambar :
- Lebih mudah dalam mengidentifikasi obyek-obyek.
- Lebih mudah dalam mengklasifikasikan obyek.
- Mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek.
- Membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret.

d. Animasi
Animasi adalah salah satu daya tarik utama di dalam suatu program multimedia interaktif. Bukan saja mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sukar dijelaskan dengan media lain, animasi juga memiliki daya tarik estetika sehingga tampilan yang menarik dan eye-catching akan memotivasi pengguna untuk terlibat didalam proses pembelajaran.

Manfaat animasi :
- Menunjukkan obyek dengan idea (misal efek gravitasi pada suatu obyek)
- Menjelaskan konsep yang sulit (misal penyerapan makanan kedalam aliran darah atau bagaimana elektron bergerak untuk menghasilkan arus listrik)
- Menjelaskan konsep yang abstrak menjadi konkrit (misal menjelaskan tegangan arus bolak balik dengan bantuan animasi garfik sinus yang bergerak).
- Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka).

e. Simulasi
Media simulasi mirip dengan animasi, tetapi ada satu perbedaan yang menonjol ! Bila dalam animasi kontrol dari pengguna hanyalah sebatas memutar ulang maka di dalam simulasi kontrol pengguna lebih luas lagi. Pengguna bisa memasukkan variabel-varibel tertentu untuk melihat bagaimana besarnya variabel berpengaruh terhadap proses yang tengah dipelajari. Sebagai contoh pada simulasi pembentukan bayangan oleh suatu lensa, pengguna dapat mengubah sendiri nilai indeks bias dan kelengkungan lensa sehingga pengguna dapat melihat secara langsung bagaimana variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap pembentukan bayangan.

Manfaat simulasi :
- Menyediakan suatu tiruan yang bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya (misal simulasi melihat bentuk tegangan listrik dengan simulasi oscilloscope atau melakukan praktek menerbangkan pesawat dengan simulasi penerbangan).
- Menunjukkan suatu proses abstrak di mana pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut (misal perubahan frekwensi tegangan listrik bolak balik yang melewati suatu kapasitor atau induktor).

f. Video
Kelebihan-kelebihan video di dalam multimedia adalah:
- Memaparkan keadaan riel dari suatu proses, fenomena atau kejadian
- Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya pemaparan.
- Pengguna dapat melakukan replay pada bagian-bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus. Hal ini sulit diwujudkan bila video disampaikan melalui media seperti televisi.
- Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor.
- Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan media text.
- Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural (misal cara melukis suatu segitiga sama sisi dengan bantuan jangka).

Kelemahan :
- Video mungkin saja kehilangan detil dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detil dari scene ke scene.
- Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui text sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi.

PEMANFAATAN KOMPUTER DAN MULTIMEDIA
Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

Sistem komputer juga dapat dikembangkan untuk mengontrol peralatan mesin produksi ataupun peralatan rumah tangga. Dengan menambah rangkaian elektronik buatannya, maka komputer biasa bisa dipergunakan untuk mengendalikan peralatan-peralatan industri dan rumah tangga. Adanya kecenderungan pemanfaatan komputer untuk kontrol seperti ini dengan dukungan teknologi chip IC telah memungkinkan orang membuat robot kecil yang berguna seperti robot kendaraan yang dipergunakan dalam misi ruang angkasa.
PERLUNYA MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Didalam kegiatan proses belajar mengajar (PBM) sering kali dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman siswa sehari-hari,sehingga materi ini sulit untuk diajarkan oleh guru dan dipahami oleh siswa..Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dalam proses belajar mengajar. Visualisasi pada proses pembelajaran berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia diharapkan membuat visualisasi lebih menarik.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”). Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian.
Dalam hal ini computer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multideminsional secara interaktif. Visualisasi tersebut akan mempermudah dalam memilih, mensintesa dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahami. Multimedia hanya salah satu sarana yang mempermudah proses belajar mengajar tetapi belum tentu sesuai untuk menyajikan semua pokok bahasan dalam proses belajar mengajar.
PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif
- Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berkangsung sehingga akan menambah motivasi siswa.
- Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
- Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak.
- Media penyimpanan yang relative gampang dan fleksibel
- membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar
- menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas
- menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang

Bila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol maka hal ini disebut multimedia interaktif. Lalu bagaimana dengan istilah multimedia pembelajaran? Hooper (2002) menyebutkan bahwa multimedia sebagai media presentasi berbeda dari multimedia sebagai media pembelajaran. Media presentasi tidak menuntut pengguna berinteraktivitas secara aktif didalamnya; sekalipun ada interaktivitas maka interaktivitas tersebut adalah interaktivitas yang samar (covert).

Media pembelajaran melibatkan pengguna dalam aktivitas-aktivitas yang menuntut proses mental di dalam pembelajaran. Dari perspektif ini aktivitas mental spesifik yang dibutuhkan di dalam terjadinya pembelajaran dapat dibangkitkan melalui manipulasi peristiwa-peristiwa instruksional (instructional events) yang sistematis.

Di sini Hooper secara tegas menyatakan peran penting suatu desain instruksional di dalam multimedia pembelajaran (educational multimedia). Dengan demikian multimedia pembelajaran adalah paket multimedia interaktif di mana di dalamnya terdapat langkah-langkah instruksional yang didisain untuk melibatkan pengguna secara aktif di dalam proses pembelajaran.

Istilah yang spesifik bagi suatu paket pembelajaran berbasis komputer adalah CAI (Computer Assisted Instruction), CAL (Computer Assisted Learning) atau CBL (Computer Based Learning).

Paket-paket ini tidak secara eksplisit mencantumkan multimedia di dalamnya. Jadi bisa saja paket-paket tersebut memang merupakan multimedia dalam arti luas (mengandung teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi) atau hanya terbatas mengandung beberapa media seperti teks dan gambar saja.

Apapun media yang dikandungnya, ketiganya secara eksplisit menekankan adanya instruksional yang didesain di dalamnya.

Dengan kata lain didalam pengembangan CAI, CAL atau CBL suatu desain instruksional menjadi kerangka yang mencirikan paket-paket tersebut. Paket yang dirancang dengan pendekatan behavioristik tentu berbeda dengan paket dengan pendekatan kognitif.

Sekalipun ketiganya memiliki kesamaan tetapi dari nama yang dikandungnya ketiganya memiliki arti yang berbeda. Sangat penting bagi seorang pengembang multimedia pembelajaran untuk mengetahui makna dari istilah-istilah seperti CAI, CAL dan CBL. Pemahaman akan istilah-istilah ini penting dalam menentukan paket mana yang akan dikembangkan dan instruksi macam apa yang akan diberikan. CAI, secara umum, bermakna instruksi pembelajaran dengan bantuan komputer yang memiliki karakteristik yang khas : menekankan belajar mandiri, interaktif, dan menyediakan bimbingan (Steinberg, 1991). CAL memiliki arti dan karakteristik yang senada dengan CAI (Rieber, 2000). Sekalipun di sini CAI atau CAL menekankan belajar mandiri hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa CAI atau CAL merupakan suatu medium utama dalam pembelajaran. Pada kenyataannya CAI atau CAL lebih banyak berfungsi sebagai medium pengayaan (enrichment) bagi medium utama, baik medium utama tersebut adalah guru yang mengajar di depan kelas atau buku pelajaran utama yang wajib dibaca oleh siswa.

Sementara CBL , sesuai dengan namanya, menunjukkan bahwa komputer dipakai sebagai medium utama dalam memberikan pembelajaran. Pada CBL sebagian besar kandungan dari pembelajaran (the bulk of the content) memang disampaikan melalui medium komputer (Rieber, ibid). CBL, misalnya, cocok diberikan pada kasus pendidikan jarak jauh. Perbedaan arti dari CAI, CAL dan CBL ini tentu saja mempengaruhi desain instruksional yang dirancang bagi paket-paket tersebut.
Ketika kita mendengar istilah pembelajaran dengan multimedia, maka yang terlintas di benak kita adalah penggunaan teknologi presentasi di dalam kelas, misalnya penggunaan televisi, komputer, dan proyektor di dalam kelas. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan multimedia? Multimedia merupakan penggabungan lebih dari satu media menjadi suatu bentuk komunikasi yang bersifat multimodal atau multichannel (Heinich, 2002; Boyle, 1997; Rieber, 1994). Multimedia telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk menyampaikan bahan-bahan pelatihan kepada para karyawannya, juga oleh para guru dan dosen untuk menyampaikan materi ajarnya kepada para siswa dan mahasiswa. Diyakini bahwa penggunaan multimedia dalam suatu kegiatan belajar (di sekolah maupun dalam kegiatan pelatihan) mampu meningkatkan hasil kegiatan belajar. Software-software presentasi seperti Microsoft PowerPoint menggabungkan berbagai jenis media ke dalam suatu paket presentasi yang menarik, yang akan menarik perhatian dan meningkatkan motivasi para pembelajar (Jonassen dkk, 1999).
Hasil-hasil penelitian tentang multiple channel, yaitu tentang penyampaian informasi melalui berbagai jenis media mengindikasikan bahwa ketika suatu channel bersifat melengkapi informasi yang ada (complementary), maka kegiatan belajar akan meningkat, tetapi ketika informasi yang diberikan melalui suatu channel yang berbeda bersifat perulangan yang berlebihan (redundant), maka umumnya kegiatan belajar tidak akan meningkat. Ketika informasi yang diberikan melalui channel yang berbeda tidak konsisten dengan informasi yang telah ada sebelumnya, maka justru akan terjadi penurunan kegiatan belajar (Jonassen, dkk, 1999; Hede, 2002).
Riset tentang multimedia dan teknologi pembelajaran yang berkaitan dengan multimedia selama bertahun-tahun menunjukkan penemuan yang tidak konsisten mengenai efek multimedia terhadap kegiatan belajar. Beberapa riset menunjukkan efek yang positif dari multimedia, sementara yang lain menunjukkan ketiadaan efek, dan bahkan ada yang menunjukkan efek negatif. Ketidakkonsistenan hasil riset ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang menyatu yang mempengaruhi peranan multimedia terhadap kegiatan belajar (Hede, 2002).
Perdebatan mengenai peran multimedia dalam kegiatan belajar berlangsung sengit antara Robert B. Kozma dan Richard E. Clark. Clark (Clark, 1994) berpendapat bahwa media tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Menurutnya, media hanya merupakan “kendaraan” untuk kegiatan belajar, sedangkan yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar adalah metode yang digunakan. Clark setuju dengan pendapat bahwa media baru yang digunakan dalam kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar seorang pembelajar, tetapi begitu pembelajar tersebut sudah terbiasa dengan media baru itu, maka pengaruh dari media tersebut sudah tidak ada lagi.
Kozma (Kozma, 1991, 1994) berpendapat bahwa media dapat meningkatkan kegiatan belajar. Media dapat membantu membuat “model mental” yang lebih baik sehingga membantu pemahaman seorang pembelajar. Sebagai contoh, sebuah buku yang berisi teks saja mensyaratkan kita untuk memiliki pengetahuan awal tentang apa yang dibahas di dalam buku tersebut supaya kita bisa membuat “model mental”. Tanpa pengetahuan awal (prior knowledge) tentang materi yang dibahas, “model mental” yang dibuat bisa jadi tidak akurat. Ketika pada buku tersebut juga disertakan gambar, maka pembelajar akan lebih mudah membuat “model mental” yang lebih lengkap dan tepat. Dengan demikian, melalui media, seorang pembelajar memiliki kemampuan untuk menjelajahi tempat-tempat, di dalam dunia virtualnya, yang mungkin tidak akan pernah dilihatnya secara langsung. Artinya, media meningkatkan kemampuan manusia untuk belajar.
Dari perdebatan mengenai peranan multimedia dalam pembelajaran tersebut, dapat kita tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Multimedia dapat digunakan untuk membantu pembelajar membentuk “model mental” yang akan memudahkannya memahami suatu konsep.
2. Pemanfaatan multimedia dapat membangkitkan motivasi belajar para pembelajar, karena adanya multimedia membuat presentasi pembelajaran menjadi lebih menarik.
3. Perlu diperhatikan juga bahwa “sesuatu yang menarik tidak secara otomatis mudah dipahami”, karena adakalanya, suatu tampilan yang menarik justru akan memecah fokus perhatian pembelajar. Penggunaan multimedia harus benar-benar dipilih sesuai kebutuhan. Ada beberapa materi pembelajaran (terutama yang kompleks) yang memerlukan multimedia, tetapi ada juga materi pembelajaran yang cukup disampaikan secara lisan saja, tanpa perlu bantuan perangkat multimedia karena cukup sederhananya materi tersebut.

2. Manfaat multimedia
2.1 Materi
Multimedia memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan media-media lainnya seperti buku, audio, video, atau televisi. Keunggulan yang paling menonjol adalah interaktivitas. Bates (1995) berargumen bahwa diantara media-media lain interaktivitas multimedia atau media lain yang berbasis komputer adalah yang paling nyata (overt).

Sebagai perbandingan media televisi pun sebenarnya juga menyediakan interaktivitas, hanya saja interaktivitas ini samar (covert). Keunggulan multimedia dalam hal interaktivitas adalah media ini secara inheren memaksa pengguna untuk berinteraksi dengan materi. Interaksi ini bervariasi dari yang paling sederhana hingga yang kompleks. Interaksi sederhana misalnya pengguna harus menekan keyboard atau melakukan klik dengan mouse untuk berpindah-pindah halaman (display) atau memasukkan jawaban dari suatu latihan dan komputer merespon dengan memberikan jawaban benar melalui suatu umpan balik (feedback).

Interaksi yang komplek misalnya aktivitas di dalam suatu simulasi sederhana di mana pengguna bisa mengubah-ubah suatu variabel tertentu atau simulasi komplek seperti simulasi menerbangkan pesawat udara.

Beberapa keuntungan simulasi di dalam multimedia pembelajaran adalah:
• Menirukan suatu keadaan nyata yang bila dihadirkan terlalu berbahaya (mis simulasi reaktor nuklir)
• Menirukan suatu keadaan nyata yang bila dihadirkan terlalu mahal (misal simulasi pesawat udara)
• Menirukan keadaan yang sulit untuk diulangi secara nyata (misal letusan gunug berapi atau gempa bumi)
• Menirukan keadaan yang jika dilakukan secara nyata memerlukan waktu yang panjang (misal pertumbuhan tanaman jati)
• Menirukan kondisi alam yang ekstreem (misal kondisi di kutub)

Manfaat multimedia pembelajaran bagi pengguna diantaranya adalah (Fenrich, 1997) : 4
• siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan , kesiapan dan keinginan mereka. Artinya pengguna sendirilah yang mengontrol proses pembelajaran.
• siswa belajar dari tutor yang sabar (komputer) yang menyesuaikan diri dengan
kemampuan dari siswa.
• siswa akan terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh umpan balik yang seketika.
• siswa menghadapi suatu evaluasi yang obyektif melalui keikutsertaannya dalam
latihan/tes yang disediakan.
• siswa menikmati privasi di mana mereka tak perlu malu saat melakukan kesalahan.
• Belajar saat kebutuhan muncul (“just-in-time” learning).
• Belajar kapan saja mereka mau tanpa terikat suatu waktu yang telah ditentukan.

7. Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran
Ada 3 tipe pemanfaatan multimedia pembelajaran.
Pertama, multimedia digunakan sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas. Misal jika guru menjelaskan suatu materi melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk menjelaskan materi yang diajarkan di depan kelas. Latihan dan tes pada tipe pertama ini tidak diberikan dalam paket multimedia melainkan dalam bentuk print yang diberikan oleh guru.

Kedua, multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Pada tipe kedua ini multimedia mungkin saja dapat mendukung pembelajaran di kelas mungkin juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua seluruh kebutuhan instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya di dalam paket multimedia. Artinya seluruh fasilitas bagi pembelajaran, termasuk latihan, feedback dan tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan di dalam paket.

Ketiga, multimedia digunakan sebagai media satu-satunya di dalam pembelajaran.

Dengan demikian seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran juga telah disediakan di dalam paket ini. Paket semacam ini, seperti dijelaskan di muka, sering disebut CBL (Computer Based Learning). Mungkin pembaca bertanya-tanya apa perbedaan tipe ketiga ini dibandingkan dengan tipe kedua ?

Pemanfaatan multimedia dalam pengajaran sains
Materi yang berhubungan dengan sains adalah materi yang sangat cocok untuk dijelaskan melalui multimedia. Hal ini berkaitan dengan sifat dari materi sains sendiri yang banyak berhubungan dengan penjelasan suatu fenomena, proses, dan hal-hal lain yang dinamis. Beberapa persepsi guru dan siswa di dalam pemanfaatan multimedia dalam pengajaran sains diberikan oleh Barton (2004) di bawah ini :

Manfaat dari visualisasi :
- Membuat yang terlihat menjadi terlihat
- Menghadirkan reaksi yang tak nampak di dalam lab
- Animasi menambah pemahaman
- Gambar menambah pemahaman suatu konsep abstrak
- Memungkinkan visualisasi yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu lamban atau
terlalu berbahaya


Perbedaan yang muncul bila dibandingkan pemanfaatan media yang lain :
- Memberikan pengayaan bagi siswa yang mahir
- Memberikan support dan motivasi bagi siswa yang belum mahir
- Memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuannya
- Mudah bagi siswa untuk mengulang-ulang suatu proses
- Memungkinkan interaksi yang lebih luas antara guru-siswa

Motivasi yang muncul :
- Menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan
- Mendorong siswa untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka
- Siswa merasakan suasana menyenangkan (fun)
- Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi
- Suatu tool pembelajaran untuk menghadirkan ide-ide yang sukar.

Kita lihat bahwa banyak hal-hal positif dari pemanfaatan multimedia untuk pengajaran sains. Sekalipun demikian ada hal penting yang mesti kita antisipasi yakni : munculnya miskonsepsi dan menurunnya motivasi pada praktikum yang sesungguhnya. Di dalam multimedia animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan
miskonsepsi. Sebagai contoh animasi yang menunjukkan kerja suatu rangkaian tegangan bolak balik yang dihadirkan dengan gelombang berbentuk grafik sinus dapat saja menimbulkan miskonsepsi bagi siswa bahwa elektron bergerak naik turun sperti halnya gerak gelombang sinus. Melakukan praktikum dengan multimedia dan praktikum sesungguhnya di lab jelas sangat berbeda. Praktikum dengan multimedia berlangsung dalam kondisi yang ideal atau kendala-kendala yang ada sengaja dihilangkan. Praktikum sesungguhnya di lab penuh dengan ketidaksempurnaan dan error. Mungkin kita ingat kala melakukan praktikum mengukur percepatan gravitasi bumi dengan pendulum. Berapa banyak diantara kita yang mendapatkan nilai g di atas 9.8 m/s2 di akhir praktikum ?.

Kondisi-kondisi yang tak ideal semacam ini yang menyebabkan siswa enggan untuk melakukan praktikum sesungguhnya dan beralih ke praktikum dengan multimedia.Siswa yang kurang mahir atau yang memiliki kemampuan pas-pasan akan enggan melakukan praktikum sesungguhnya dengan serius karena kesalahan-kesalahan didalam praktikum hanya semakin menunjukkan ketidak mampuan mereka. Hal semacam inilah yang ingin dihindari banyak siswa.

Melihat kendala-kendala di atas maka peran guru dalam menjelaskan keterbatasan dan perbedaan suatu praktikum dengan multimedia dan praktikum sesungguhnya sangat penting. Praktikum dengan multimedia bukan tidak memiliki nilai positif akan tetapi perlu ditekankan bahwa praktikum dengan multimedia lebih menekankan pada penjelasan proses yang rumit atau konsep yang abstrak agar siswa mendapatkan gambaran umum dari suatu proses atau konsep. Sementara praktikum sesungguhnya adalah latihan bagi siswa untuk mencoba menguji teori-teori yang ada pada keadaan yang nyata dengan berbagai kendala yang ada.

Pemanfataan Komputer sebagai Media Pembelajaran Serta Kesiapan Sekolah dan Guru dalam Pengunaannya Kontribusi Dari Administrator Monday, 19 May 2008 Pemutakhiran Terakhir Monday, 30 June 2008

Pendahulan
Beberapa macam media pembelajaran pada dasarnya untuk menyampaikan pesan
- Pesatnya perkembangan teknologi komputer
- Komputer sebagai salah satu alternatif untuk pengembangan pembelajaran
- Sebagai media, komputer sangat bermanfaat sebagai alat bantu dalam
menyiapkan bahan ajar maupun proses pembelajaran

Tujuan Bahan ajar ini disusun untuk memberikan referensi dan kemudahan bagi peserta diklat dalam mengikuti pelatihan khususnya untuk mata diklat

Pemanfaatan Komputer Sebagai Media Pembelajaran Ruang Lingkup
Pemanfaatan Komputer dalam pendidikan/pengajaran yang terdiri dari aplikasi komputer bidang administrasi dan dibidang intruksional Pengertian Komputer adalah alat elektronik yang dapat mengolah data dengan perantaraan program dan dapat memberikan/menampilkan hasil pengolahannya (Suryanto & Rusmali, 1985 Komputer dalam
Pengajaran Beberapa kelebihan komputer Dapat mengerjakan/memproses pekerjaan dengan cepat
- Dapat menyimpan data maupun memanggilnya kembali dengan cepat
- Dapat memberikan data/informasi dalam cakupan yang besar
- Dapat memberikan daya tarik sendiri dengan adanya kemampuan dalam animasi, warna, teks, audio, maupun video
Dengan kehandalan hardware dan software komputer tersebut maka saat ini komputer semakin memberikan manfaat
yang besar pada dunia pendidikan baik membantu dalam bidang administrasi maupun dalam bidang intruksional
Aplikasi Komputer dalam Bidang Administrasi Word Processor (Program Pengolah Kata)Kertas Kera
(Spreadsheet)Database Aplikasi Komputer dalam Bidang Intruksional Komputer sebagai tutorTutorialLatihan (drill
and Practice)Simulasi Permainan dan Pemecahan Masalah Komputer sebagai alat Komputer sebagai Tutee
Beberapa Contoh Pengunaan Program Komputer untuk Membantu Penyiapan Bahan Ajar Matematika - Programprogram
Aplikasi Office
- Microsoft Word Pengolah Kata yang dapat digunakan untuk menyusun bahan ajar dan modul
- Microsoft Excel Pengolah Spreadsheet yang dapat digunakan untuk operasi algoritma dan operasi logika
- Microsoft Powerpoint sebagai media untuk presentasi - Program-program bantu lainnya Kesiapan Sekolah dan
Guru dalam Pengunaan Komputer Sebagai Media Pembelajaran - Fasilitas Sekolah yang harus dimiliki
- Komputer
- Laboratorium Komputer
- LCD / Infocus
- Kenyataan dilapangan, Sekolah-sekolah di Indonesia belum semuanya mempunyai fasilitas komputer maupun
laboratorium komputer - Kelengkapan fasilitas komputer di sekolah dapat diberikan gambaran sebagai berikut
- Jenjang SD (data tahun 2004) dari 81 responden yang mewakili dari 81 SD di Indonesia menyatakan sekolah memiliki
fasilitas komputer 25 % dan fasilitas LABKOM 1 %
- Jenjang SMP (data tahun 2004 dan 2005) dari 391 responden yang mewakili dari 391 SMP di Indonesia menyatakan
sekolah memiliki fasilitas komputer 88 % dan fasilitas LABKOM 50 %
- Jenjang SMK (data tahun 2004 dan 2005) dari 118 responden yang mewakili dari 118 SMK di Indonesia menyatakan
sekolah memiliki fasilitas komputer 97 % dan fasilitas LABKOM 42 % - Kemampuan sumber daya manusia didukung
oleh kesiapan guru itu sendiri
- Jenjang SD (data tahun 2004) dari 81 responden yang mewakili dari 81 SD di Indonesia menyatakan dapat
mengoperasikan komputer 20 % Jenjang
- SMP (data tahun 2004 dan 2005) dari 391 responden yang mewakili dari 391 SMP di Indonesia menyatakan dapat
mengoperasikan komputer 49 % dan fasilitas
- Jenjang SMK (data tahun 2004 dan 2005) dari 118 responden yang mewakili dari 118 SMK di Indonesia menyatakan
dapat mengoperasikan komputer 51 %
Berbagi Ilmu Untuk Masa Depan Yang Lebih Baik
http://imamkusnadi.com Menggunakan Joomla! Generated: 14 October, 2008, 06:48

II. KESIMPULAN
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, Multimedia juga diadopsi oleh dunia Game.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Setiawan. 2004. Pengantar Sistem Komputer. Bandung : Informatika
Heinich, dkk. 1993. Instructional Media and Technologies for Learning, Fifth Edition. USA : Von Hoffmann Press.
Kadir, Abdul dan Terra CH. Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
Rochaety, Eti, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Supriyanto, Aji. 2007. Pengantar Teknologi Informasi, Cetakan 2. Jakarta : Salemba Infotek.
www.google.co.id. Blogger Gatot Prasetyo. Diakses tanggal 10 Oktober 2008.

TEORI PENGUATAN (REINFORCEMENT) SEBAGAI LANDASAN TEORI DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Teknologi bukanlah sekedar aplikasi ilmu pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar berpikir dan bertindak. Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
Berdasarkan pada definisi dari teknologi pendidikan, maka kiranya sangat bermanfaat bagi manusia dalam hal ini masyarakat pendidikan. Teknologi pendidikan melibatkan prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah pendidikan, mencari pemecahan masalah, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran dalam pendidikan. Kesemua itu merupakan manfaat siginifikan teknologi pendidikan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Hal inilah yang menunjukkan bahwa teknologi pendidikan mempunyai landasan teori.
Teori sebagai salah satu landasan teoritis dalam teknologi pendidikan secara umum diartikan sebagai segala aspek ilmu yang tidak semata-mata bersifat empirik, dan yang sangat khusus adalah ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik. Namun, perlu diketahui bahwa teori dalam hal ini adalah teori-teori yang memberikan kontibusi dalam pengembangan teknologi pendidikan atau teori-teori yang berkaitan dengan komponen-komponen dalam kawasan teknologi pendidikan. Jadi bukan teori yang diciptakan dalam teknologi pendidikan itu sendiri.
Sejumlah asumsi dijadikan dasar untuk menentukan gejala yang diamati dan atau teori yang dirumuskan. Bahkan mungkin semua asumsi ini merupakan postulat yang kebenarannya tak terbantahkan dan tak perlu dipersoalkan lagi.
Dalam makalah ini akan membahas tentang landasan teori teknologi pendidikan, Dimana penulis memfokuskan pembahasan pada teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembagian tugas kelompok.
Secara keseluruhan pembahasan mengenai teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab II Pembahasan.

I.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat rumusan masalah tentang mengapa teori penguatan (reinforcement) dijadikan sebagai landasan teori dalam teknologi pendidikan?
Makalah ini membatasi permasalahan hanya pada teori penguatan (reinforcement) yang dijadikan sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan itu sendiri.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan.

I.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu:
1.3.1 Bagi Dosen
1. Memberikan uraian dan gambaran mengenai landasan teori teknologi pendidikan secara umum
2. Sebagai bahan masukan dalam pembelajaran dasar-dasar teknologi pendidikan
3. Menjadi referensi tambahan materi landasan teori teknologi pendidikan, khususnya teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan
1.3.2 Bagi Mahasiswa Teknologi Pendidikan
1. Dijadikan dasar berpikir dalam membahas landasan teori teknologi pendidikan
2. Dijadikan acuan dan masukan materi teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu landasan teori dalam teknologi pendidikan
3. Dijadikan perbandingan dalam pembahasan materi landasan teori teknologi pendidikan yang lainnya
4. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai landasan teori teknologi pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Landasan Teori Teknologi Pendidikan
2.1.1 Pengertian
Mengenai pengertian teori Snelbecker dalam Miarso (2005:103) mengemukakan sedikitnya ada empat macam definisi yang dapat dibedakan mulai dari yang umum sampai pada yang khusus. Secara umum, teori diartikan sebagai segala aspek ilmu yang tidak semata-mata bersifat empirik. Sementara secara khusus, teori diartikan sebagai ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik. Rumusan inilah yang menjadi pegangan penulis dalam makalah ini.
Wiliam Wiesma dalam Sugiyono (2008:80) menyatakan bahwa a theory is a generalization or series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner atau teori merupakan generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Berikutnya, menurut Cooper dan Schindler (2003:35) mengemukakan bahwa a theory is a set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict phenomena/fact atau teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Namun, teori yang dikemukakan dalam makalah ini adalah teori-teori yang memberikan kontribusi dalam pengembangan teknologi pendidikan atau teori-teori yang berkaitan dengan komponen-komponen dalam kawasan teknologi pendidikan.

2.1.2. Asumsi-Asumsi Teori
Sejumlah asumsi dijadikan dasar untuk menentukan gejala yang diamati dan atau teori yang dirumuskan. Asumsi-asumsi tersebut, antara lain:
a) lmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat dengan implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu.
b) Pertambahan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat perbandingan yang kian mengecil.
c) Terjadinya perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang sosial, politik, ekonomi, industri sampai pada kebudayaan yang menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus menerus bagi semua orang.
d) Penyebaran teknologi ke dalam kehidupan masyarakat yang makin meluas.
e) Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber-sumber baru dan sementara itu memanfaatkan sumber makin terbatas secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Kemungkinan diantara beberapa asumsi di atas ada yang bahkan merupakan postulat yang kebenarannya tidak terbantahkan dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Namun, justru untuk mengundang tanggapan dan memperluas kesepakatan. Oleh karena itu, maka butir-butir pernyataan tersebut dikemukakan sebagai asumsi. Sehingga seseorang dapat tidak setuju sebelum melakukan penelaran sendiri.

II.2 Teori Penguatan atau Reinforcement
2.2.1 Pendahuluan
Menurut Saettler kontribusi Thorndike dalam Teknologi Pembelajaran dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip adalah :
1) aktivitas diri;
2) minat/motivasi;
3) kesipan mental;
4) individualisasi;
5) sosialisasi.
Dalam melaksanakan prinsip-prinsip itu seorang guru harus mengendalikan kegiatan belajar anak di dalam kelas ke arah yang dikehendaki. Namun, dengan tetap memperhatikan minat dan respons anak terhadap stimulasi yang diberikan. Stimulasi itu perlu disesuaikan dengan diperhatikan dengan jalan merancang dan mengatur situasi sedemikian rupa serta dengan menggunakan media, agar terjadi hubungan antara apa yang sudah diketahui anak dengan hal yang baru. Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.
Selanjutnya, tokoh-tokoh utama dalam awal penyusunan teori pembelajaran ini menurut Snelbecker adalah Brunner, Skinner, Glaser dan Ausubel. Brunner mengemukakan pentingnya teori preskriptif yang melandasi praktik pendidikan, karena yang ada sebelumnya adalah teori yang bersifat deskriptif yaitu teori perkembangan dan teori belajar.
Skinner sejalan dengan Brunner tentang perlunya teori pembelajaran khusus, menghendaki penelitian langsung atau proses mengajar. Dengan memakai pendekatan induktif berupa analisis langsung atas metode mengajar akan dapat disusun teori pembelajaran.
Glasser memakai pendekatan induktif yang sama dengan Skinner. Penelitian psikologi dapat dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran, tetapi modifikasi dan penjabaran lebih lanjut prinsip-prinsip itu harus didasarkan pada data empirik.
Ausubel menyatakan perlunya dikembangkan teori pembelajaran dengan bertitik tolak pada pengalaman sekolah yang berarti dan bukannya pada teori belajar. Kedua teori itu diperlukan untuk suatu ilmu pendidikan yang lengkap.

2.2.2 Pengertian Teori Penguatan
Teori Operant Conditioning dikemukakan oleh Burrhus Federic Skinner. Teori ini disebut juga teori pengkondisian, teori behaviorisme. Sementara dalam pembelajaran di kelas sering disebut dengan teori penguatan. B.F. Skinner adalah seorang psikolog kelahiran Susquehanna (Pennsylvania) tanggal 20 Maret 1904 dan wafat tahun 1990 dikarenakan penyakit Leukimia. Skinner berasal dari keluarga sederhana, Ibunya sebagai ibu rumah tangga dan Ayahnya seorang jaksa. Skinner mendapat gelar Sarjana Psikologi dan gelar Doktor dari Universitas Harvard University tahun 1945.
Operant Conditioning atau pengkondisian operan atau teori penguatan adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan (Prasetyani, 2007). Teori ini diteliti Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk yang salah. Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu kebiasaan, dan secara tidak disadari kebiasaan lama akan hilang.
2.2.3 Eksperimen Teori Penguatan
Untuk memudahkan dalam pemahaman tentang teori penguatan ini berikut diuraikan eksperimen yang dilakukan oleh Skinner:
• Skinner memiliki sebuah kotak yang dinamai dengan ”skinner box”. Box ini dilengkapi dengan tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya dan lantai yang dapat dialiri listrik.
• Seekor tikus dimasukkan ke dalam box ini, pastinya tikus akan berusaha mencari jalan untuk keluar, ketika dia dengan tidak sengaja menyentuh tombol, maka makanan akan keluar. Jika tidak dia akan makan sesuai jadwal makan. Jadwal makan juga dipengaruhi oleh perilaku tikus di dalam box, mendapat makanan atau malah mendapat hukuman.
• Bagaimana seorang pengajar menggunakan teori ini di dalam memanajemen kelas? Tanpa disadari pengajar telah mengalaminya, ada yang melakukannya dengan benar dan ada juga yang kurang benar. Contohnya, guru menghukum siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan berdiri di depan kelas, apakah dampaknya bagi siswa? Apakah ini akan membuat siswa semakin rajin untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau malah membuat luka batin, menanamkan kebencian kepada guru yang memberi hukuman.
• Sebagai seorang guru yang memiliki dasar dasar kasih, sudah seharusnyalah guru dapat mendidik dan memberi teladan yang baik. Seorang guru yang mengajarkan filsafat hidup dan menerangkan sumber dari segala sesuatu.
2.2.4 Kontribusi Teori Penguatan
Menurut Skinner pembelajaran secara sederhana merupakan pengaturan kemungkinan penguatan. Ada tiga variabel yang membentuk kemungkinan penguatan, yaitu :
(1) peristiwa dimana perilaku berlangsung;
(2) perilaku itu sendiri;
(3) akibat perilaku itu.
Jika semula mengajar hanya memperhatikan bagaimana mengatur stimulasi atau pesan yang disampaikan kepada siswa, maka dengan pendapat ini yang lebih diperhatikan adalah respons dari siswa serta tanggapan kepada siswa atas responsnya tersebut.Kontribusi Teori Operant Conditioning sebagai bagian dari Teori Behavioristik memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Dibawah ini uraian dari kontribusi teori Skinner.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembalajaran. Dalam melaksanakan pembalajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yag diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
2.2.5 Prinsip Teori Penguatan
Teori dan prinsip-prinsip Skinner antara lain diaplikasikan dalam bentuk ”mesin pengajar atau teaching machine”. Prinsip-prinsip ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam membuat Pembelajaran Berbantuan Komputer atau Computer Assisted Instruction. Dia juga berpendapat bahwa untuk mengendalikan belajar pada manusia secara efektif diperlukan bantuan peralatan yang akan bertindak selaku mekanisme penguat (AECT, 1977, h.39-40).
Menurut Djamarah (1997:116) beberapa prinsip yang dijabarkan dari teori penguatan ini, antara lain :
a. perilaku yang diperkuat,
b. cenderung untuk lebih bertahan,
c. penguatan positif lebih berarti dari yang negatif,
d. penguatan langsung lebih efektif dari penguatan tertunda,
e. penguatan yang sering diberikan lebih efektif dari yang jarang.

Selanjutnya, menurut Dimyati (2006:42) prinsip-prinsip belajar berikut:
1. Perhatian dan motivasi
• Perhatian mempunyai peranan yang oenting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolhana informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi bekajar (Gage dan Berliner, 1984:335).
• Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhnnya. Apabila diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
• Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984:372 ).
2. Keaktifan
• Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
• Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak akan mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (Davies, 1937:31).
• Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise” yang menyatalan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “ manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial “ (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105 ).
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
• Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sediri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengelaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
• Pentingnya terlibat langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing“. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
4. Pengulangan
• Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang dikemukan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya.
• Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5. Tantangan
• Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa sistem dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
• Apabila hambatan itu telah diatasi,m artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam meda baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk memepelajarinya.
• Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.
6. Balikan dan Penguatan
• Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionig dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditionig yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike.
• Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutny. Namun dorongan belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Dengan kata lain, penguatan positif maupun negatif dapat memeperkuat belajar (Gage dan Berliner, 1984:272).
7. Perbedaaan Individual
• Siswa merupakan individual yan unuk artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yan lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
• Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikan yag dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnys pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

2.2.6 Penerapan Teori Penguatan dalam Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya hadiah atau reward. Orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah/gaji, orang yang menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adalah ijazah, orang yang membuat prestasi dalam bidang olahraga hadiahnya adalah medali/uang dan sebagainya. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya.
Demikian juga halnya dengan hukuman yang diberikan seseorang karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang terlambat, menipu dan lainnya juga berpengaruh terhadap tingkah laku orang yang menerima hukuman. Baik pemberian hadiah maupun hukuman merpakan respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja pada pemberian hadiah merupakan respon yang positif, sedangkan pada pemberian hukuman adalah respon yang negatif. Namun, kedua respon tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang.
Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi dan memberi) frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sementara, respon yang negatif berupa hukuman bertujuan agar tingkah laku kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.
Pemberian respon yang demikian dalam proses interaksi edukatif disebut pemberian penguatan. Hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan tingkah laku siswa atau behavior modification dapat dilakukan dengan pemberian penguatan.
1. Penggunaan Penguatan
Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan di dalam kelas adalah untuk:
a. meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara efektif,
b. memberi motivasi kepada siswa,
c. dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif,
d. mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar,
e. mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen atau berbeda dan pengambilan inisiatif yang bebas.
2. Aplikasi Penguatan
Perlu diketahui bahwa semua aspek yang terdapat pada pemberian penguatan dapat berpengaruh pada kelompok usia siswa yang manapun, tidak terbatas pada satu tingkat sekolah tertentu saja. Baik untuk anak yang sudah dewasa maupun yang belum dewasa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa akan menghargai dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:
a. siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan diskusi
b. siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca dan bekerja di papan tulis
c. menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh atau menyelesaikan format)
d. bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan dan mutu materi)
e. perbaikan pekerjaan (dalam kualitas, hasil atau penampilan)
f. ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik dan tertulis)
g. tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku sendiri dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
3. Pola Penguatan
Pola dasar pemberian penguatan ada dua yaitu :
a. Pola Berkesinambungan
Penguatan yang berkesinambungan adalah penguatan yang seratus persen dibutuhkan bagi tingkah laku kelas tertentu. Penguatan ini akan tepat, diberikan saat memulai pelajaran baru tetapi biasanya jarang sekali dilakukan.
b. Pola Sebagian-Sebagian
Penguatan yang sebagian-sebagian adalah penguatan yang diberikan terhadap suatu respon tertentu tetapi tidak keseluruhan.
Pemberian penguatan ini ada yang dapat diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan. Penguatan yang dapat diperhitungkan ialah pemberian penguatan setelah ada sejumlah respon tertentu atau setetlah waktu tertentu, sedangkan penguatan yang tidak dapat diperhitungkan ialah pemberiannya dilakukan dengan rasio acak tertentu. Pemberian penguatan yang tidak dapat diperhitungkan membuat siswa selalu siap untuk bekerja atau belajar daripada pemberian penguatan yang dapat diperhitungkan.
Guru sebaiknya berhati-hati dalam memilih pola pemberian penguatan terhadap seorang siswa sebagai individu dan anggota kelompok kelas. Pola dan frekuensi pemberian penguatan akan berhubungan dengan kebutuhan individu, kepentingan, tingkah laku, dan kemampuan yang semuanya merupakan prinsip-prinsip yang sangat berarti dalam pendekatan ini.
4. Komponen Penguatan
Dalam pemberian penguatan perlu dipertimbangkan apakah untuk siswa SMP/MTs atau SMA/SMK/MA. Lalu variasi siswa dalam kelas misalnya berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kelompok usia tertentu dan sebagainya.
Pada saat pemberian penguatan penggunaan komponen keterampilan yang tepat, menggunakan komponen berikut:
a. Penguatan Verbal
Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain-lain. Namun, dapat juga beruupa kalimat, misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai benar tugas yang kamu kerjakan.
b. Penguatan Gestural
Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan dan sebagainya. Semua gerakan tubuh itu merupakan bentuk pemberian penguatan gestural. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku sehingga dapat memperbaiki interaksi antara guru dan siswa yang saling menguntungkan.
c. Penguatan Kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Perlu diperhatikan disini bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Sebagai contoh dari penguatan kegiatan adalah pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolah raga, menjadi ketua, membantu siswa lain, mendengarkan musik atau radio, melihat televisi, dan lain sebagainya yang menyenangkan siswa itu sendiri.
d. Penguatan Mendekati
Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan ini secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda dan penguatan sentuhan. Sebagai contoh penguatan mendekati adalah berdiri disamping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi, berjalan maju dan sebagainya.
e. Penguatan Sentuhan
Erat kaitannya dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikkan tangan siswa. Dimana kesemuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
f. Penguatan Tanda
Bila guru menggunakan berbagai macam simbol, apakah itu benda atau tulisan yang ditjukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa diesbut sebagai penguatan tanda atau token reinforcement. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis terhadap pekerjaan siswa, ijazah, sertifikat, tanda/piagam penghargaan, dan lain-lain berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda, misalnya bintang, piala, medali, buku, stiker, gambar, perangko, kembang gula dan sebagainya.
5. Model Penguatan
Adapaun model-model penggunaan penguatan terbagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Penguatan Seluruh Kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus, seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatan verbal, gestural, tanda dan kegiatan merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok.
b. Penguatan yang Ditunda
Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang manapun, sebaiknya segera mungkin diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon. Penundaan penguatan pada umumnya adalah kurang efektif apabila dibandingkan dengan pemberian penguatan secara langsung. Tetapi penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal bahwa penghaargaan itu ditunda dan akan diberikan kemudian. Pepatah yang sesuai untuk ini adalah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
c. Penguatan Parsial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya penguatan tersebut digunakan untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
d. Penguatan Perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif daripada tidak menyebuutkan apa-apa.
6. Prinsip Penguatan
Empat prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan kepada siswa, yaitu :

a. Hangat dan antusias
Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keauntusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi antara guru dengan siswa.
b. Hindari penggunaan penguatan negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan dan tingkah laku siswa. Namun, pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks dan secara psikologis agak kontroversial. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari penggunaannya. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki, misalnya siswa menjadi frustasi, menjadi pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali.
c. Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan bervariasi seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu menggunakan kata-kata bagus akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi. Dimulai dari keseluruhan anggota kelas, kemudian ke kelompok kecil dan akhirnya ke individu masing-masing atau sebaliknya dan tidak berurutan.
d. Bermakna
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu bermanfaat. Sering pemberian penguatan secara verbal menjadi tidak efektif atau bahkan menjadi salah terhadap seorang siswa. Hal ini ditimbulkan karena guru menggunakan kalimat ”pekerjaanmu bagus”. Siswa menjadi curiga bahkan merasa diejek, karena ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi tidak bermakna, sebab guru kurang hangat dan antusias.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
Secara umum, teori diartikan sebagai segala aspek ilmu yang tidak semata-mata bersifat empirik. Sementara secara khusus, teori diartikan sebagai ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik.
Teori-teori yang menjadi landasan teoritis teknologi pendidikan memberikan kontribusi dalam pengembangan dan komponen-komponen dalam kawasan teknologi pendidikan. Menurut Skinner pembelajaran secara sederhana merupakan pengaturan kemungkinan penguatan. Teori penguatan (reinforcement) sebagai salah satu dari teori motivasi yang dijadikan untuk membangkitkan dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.
Penerapan teori penguatan dalam pembelajaran di kelas berupa penggunaan penguatan, aplikasi penguatan, pola penguatan, komponen penguatan, model penguatan, prinsip penguatan. Kegiatan pembelajaran yang dilandasi oleh teori penguatan ini, misalnya pembelajaran menjelaskan dan diskusi kelompok pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Adapun prinsip penguatan antara lain perilaku yang diperkuat, cenderung untuk lebih bertahan, penguatan positif lebih berarti dari yang negatif, penguatan langsung lebih efektif dari penguatan tertunda serta penguatan yang sering diberikan lebih efektif dari yang jarang. Jadi, teori penguatan berperan penting sebagai salah satu landasan dalam teknologi pendidikan

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Dosen
4. Makalah ini dijadikan literatur tambahan dalam perkuliahan Dasar-Dasar Teknologi Pendidikan
5. Memberikan ilmu, pengetahuan dan informasi tentang Teori Penguatan (Reinforcement) Sebagai Landasan Teori dalam Teknologi Pendidikan

3.2.2 Bagi Mahasiswa Teknologi Pendidikan
1. Giat belajar dan mampu mengetahui, mempelajari dan memahami materi tentang Teori Penguatan (Reinforcement) Sebagai Landasan Teori dalam Teknologi Pendidikan
2. Bekerjasama dan aktif dalam perkuliahan dan kegiatan diskusi serta pemecahan setiap masalah

DAFTAR PUSTAKA

AECT. 1994. Definisi Teknologi Pendidikan;Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT. Jakarta : Rajawali Press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalm Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Heinich, R., Molenda, M. And Russel, J.D. 1993. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York : Macmillan Publishing Co.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Mudhofir. 1996. Teknologi Instruksional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Slavin, Robert. E. 1997. Educational Psycology; Theory dan Practice. USA : Allyn and Bacon.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang : RaSAIL.
Uno, Hamzah. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya; Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
http//www.google.co.id. Blogger Muhammad Yusuf. Diakses tanggal 15 Oktober 2008.
http//www.e-learning.com. Diakses tanggal 15 Oktober 2008.


LANDASAN TEORI KOMUNIKASI DALAM
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
1. Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk mewujudkan suatu visi masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya. Bangsa Indonesia telah merumuskan visi masa depannya tidak lain untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan dengan demikian adalah karya manusia yang berkemampuan atau berdaya untuk mewujudkan visi yang diembannya.
Usaha-usaha pembangunan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI telah sedikit meningkatkan taraf pendidikan rakyat Indonesia. Hal ini terlihat antara lain dari banyaknya jumlah sekolah, murid dan lulusannya meningkat secara drastis. Terlepas dari usaha pembangunan beberapa masalah dunia pendidikan yang perlu diketahui terkait dengan pengembangan sumber daya manusia adalah relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dan masalah mutu pendidikan1.
Isu yang muncul dalam dunia pendidikan saat ini, yaitu lembaga pendidikan dinilai tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai, ketidaksesuaian antara iuaran pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja serta kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Dengan semakin meningkatnya jumlah lulusan dengan pendidikan tinggi dan terbatasnya lapangan kerja, maka muncul pengangguran terdidik yang merupakan dampak dari permasalahan itu.
Sebagaimana telah disadari bahwa pendidikan telah menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga pemerintah menempatkan program pengembangan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam meningkatkan pendidikan penduduk. Selain itu juga sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Inilah yang menjadi trend pendidikan saat ini. Sementara trend dunia kerja adalah meskipun perkembangan perekonomian telah menunjukkan kemajuan yang berarti, namun kesempatan kerja yang diciptakan belum seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja yang tersedia. Keterbatasan kegiatan ekonomi menyebabkan kesulitan untuk menyerap tenaga kerja tersedia.
Jumlah pekerja potensial dengan pendidikan tinggi di Indonesia secara menyeluruh telah meningkat begitu cepat yang mengakibatkan lulusan Sekolah Menengah Atas tidak bisa lagi memperoleh pekerjaan yang memadai dan memuaskan (Keyfitz dalam Jones, 1999:19). Tetapi hal ini tidak menunjukkan ketidaksesuaian antara pendidikan dan lapangan kerja melainkan berarti bahwa harapan dari kaum muda yang akan memasuki dunia kerja hars disesuaikan dan diarahkan kepada tataran yang realistis. Kurangnya perusahaan besar menyebabkan kesulitan dalam mengembangkan program menghubungkan dan mencocokkan antara instansi pendidikan dan pekerja potensial.
Teknologi komunikasi merupakan teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk berupa peralatan elektronik dan bahan-bahan (software)2. Produk yang disajikan tersebut telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan. Teknologi komunikasi dalam pendidikan mempunyai peranan penting yaitu untuk membantu komunikasi antara guru dengan siswanya dalam memecahkan masalah belajar. Agar informasi yang disampaikan oleh guru dapat diterima siswa secara efektif perlu menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran inilah yang menjadi penghubung antara sumber dan penerima.
Berikutnya, sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan yang terpenting. Sumber daya alam dan sumber daya buatan memang maemberikan kemungkinan untuk pembangunan, tetapi sumber daya manusialah yang mampu mewujudkan terjadinya kemungkinan itu. Sumber daya manusia selain sebagai faktor pembangunan, namun yang terpenting adalah sebagai salah satu sasaran pembangunan yaitu agar kualitasnya berkembang atau meningkat. Pengembangan kualitas ini mengandung dua sisi pengertian; pertama, kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi, kedua, kualitasnya sebagai modal untuk melaksanakan pembangunan yang memenuhi persayaratan kebutuhan.
Pembangunan sumber daya manusia perlu diselenggarakan secara menyeluruh, terarah dan terpadu di berbagai bidang terutama kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan pelatihan serta penyediaan lapangan kerja. Usaha pengembangan sumber daya tersebut dilakukan agar kualitas manusia Indonesia dapat ditingkatkan sebagai salah satu modal dasar pembangunan. Usaha pengembangan kualitas sebagai modal pembangunan inilah yang terpenting dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang semakin maju.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan mereka untuk mengembangkan diri. Ketentuan ini merupakan landasan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia, meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, warga masyarakat dan warganegara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan dan kekaryaan atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan non fisik (kualitas pribadi, hubungan dengan pihak lain dan sebagainya).
Dengan adanya satu sistem pendidikan nasional, maka semua kegiatan orientasi, latihan, pengembangan, penataran, penyegaran, kursus, bimbingan, penyuluhan, les, magang, dan apapun namanya, termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan semacam ini sifat dan penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan tujuan khusus.
Jadi, betapa luas dan beragamnya jenis pendidikan sumber daya manusia serta masih sangat banyaknya jenis pendidikan pada jalur pendidikan luar sekolah yang belum tertangani. Namun, keterbatasan dan kendala dalam pendidikan ini membuka atau menjadi peluang yang disediakan oleh teknologi komunikasi dan informasi. Untuk itulah perlu diketahui bagaimana keterkaitan antara kemjuan iptek mempengaruhi dunia pendidikan dalam membekali lulusannya sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan yang difokuskan pada pembahasan Tuntutan dan Peran Pendidikan dalam Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai Modal Pembangunan Bangsa di Era Globalisasi. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembagian tugas kelompok. Secara keseluruhan pembahasan mengenai Tuntutan dan Peran Pendidikan dalam Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai Modal Pembangunan Bangsa di Era Globalisasi ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Pembahasan.
2. Pembatasan Masalah
Makalah ini membatasi permasalahan hanya pada tuntutan dan peran pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai modal pembangunan bangsa di era globalisasi.
3. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah :
9. Apasaja tuntutan pendidikan terhadap sumber daya manusia dalam pengembangan kualitasnya sebagai modal pembangunan bangsa di era globalisasi?
10. Apakah peran pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai modal pembangunan bangsa di era globalisasi?

4. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tuntutan dan peran pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai modal pembangunan bangsa di era globalisasi.

5. Pembahasan
Pembangunan adalah usaha untuk mewujudkan suatu visi masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya. Bangsa Indonesia telah merumuskan visi masa depannya tidak lain untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan dengan demikian adalah karya manusia yang berkemampuan atau berdaya untuk mewujudkan visi yang diembannya.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh manusia berbeda dengan pembangunan yang dilaksanakan semata-mata oleh mesin. Teknologi dan mesin adalah alat yang diciptakan manusia untuk membantu mempercepat pembangunan serta diarahkan sendiri penggunaannya oleh manusia. Disamping kemajuan teknologi yang diperlukan manusia untuk mempercepat pembangunan, pembangunan oleh manusia juga harus memperhitungkan kelestarian lingkungan hidup. Kemajuan teknologi dan keinginan manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya bukan berarti merusak lingkungan yang akan mematikan kelanjutan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pembangunan yang berwawasan lingkungan atau ramah lingkungan merupakan satu-satunya cara untuk mempertahankan kehidupan manusia di bumi ini.
Pembangunan itu harus saling melengkapi kebutuhan satu dengan yang lain, diantaranya mencakup peningkatan kualitas manusia yang menguasai teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidupnya, mengelola sumber daya alamnya, bertanggung jawab atas kelestarian lingkungannya. Dimana tujuan akhir dari pembangunan ialah peningkatan mutu sumber daya manusia atau human quality agar mampu membentuk dan tercipta suatu masyarakat madani atau civil socitey. Manusia yang berkualitas di dalam masyarakat yang berkualitas, yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi moralitas merupakan fungsi dari setiap pendidikan juga sistem pendidikan nasional Indonesia.
Proses pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat global.
Pembangunan nasional adalah suatu kesinambungan usaha yang terus menerus dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kualitas manusia Indonesia. Sementara, peningkatan kaulitas manusia Indonesia merupakan usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Hanya manusia yang cerdas yang dapat melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan dan semakin bermutu dan mampu hidup di dalam persaingan global.
Implikasi transformasi masyarakat nasional dan global terhadap Pendidikan dan Pelatihan Nasional. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan dan pelatihan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Rumusannya menyangkut tentang dunia yang tertib, dunia yang merdeka, manusia yang merdeka, dunia yang berkeadilan sosial, kerjasama internasional.

Gambar 1 Proses Pendidikan dan Pelatihan Nasional yang Berkualitas
dalam Era Global


















Dalam membahas visi pendidikan nasional yang menjangkau suatu kurun waktu yang panjang. Lebih lanjut sebagai lengkah awal dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Maka, peranan manusia Indonesia sebagai penggerak pembangunan atau sumbek pembangunan sebagai kata kunci yang sangat penting.
Pengembangan sumber daya manusia atau yang lebih dikenal dengan pengertian pendidikan dan pelatihan. Kedua kegiatan ini sangat penting bagi masyarakat manusia memasuki era globalisasi. Tanpa mutu sumber daya manusia yang unggul berarti tidak mempunyai daya saing yang tinggi.
Visi pendidikan dan pelatihan nasional adalah mengembangkan potensi anak Indonesia, yang beridentitas dan sadar budaya Indonesia serta religius dan bermoral dalam suatu masyarakat industri maju sejajar dengan negara-negara industri maju lainnya di Kawasan Pasifik.
Misi pendidikan dan pelatihan nasional adalah :
1. Pendidikan dan pelatihan yang menunjang pembangunan masyarkat industri yang kompetitif
2. Deregulasi pendidikan tinggi ke arah swastanisasi
3. Pendidikan tinggi yang menunjang perkembangan indutrialisasi serta industri jasa
4. Semakin besar tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta pembiayaannya
5. Masyarakat/dunia usaha/industri menjadi pelaksana program pelatihan
Di dalam perumusan visi pendidikan dan pelatigan nasional adalah :
1. Potensi manusia indonesia perlu dikembangkan
2. Pengembangkan manusia Indonesia diarahkan pada identitas bangsa indonesia
3. Kesadaran budaya indonesia
4. Manusia Indonesia yang religius dan bermoral
5. Pendidikan nasional manusia indonesian diarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat Industri maju
6. Sejajar dengan negara-negara industri maju lainnya di kawasan Asia-Pasifik
Dalam membahas visi pendidikan nasional yang menjangkau suatu kurun waktu yang panjang dan sebagai langkah dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, maka peranan manusia Indonesia sebagai penggerak pembangunan merupakan kunci yang sangat penting.
Pengembangan sumber daya manusia atau yang lebih khusus dirangkum dalam pengertian pendidikan dan pelatihan adalah hal yang ppenting sekali bagi masyarakat Indonesia memasuki era globalisasi. Tanpa mutu sumber daya manusia yang unggul berarti tidak mempunyai daya saing yang tinggi, maka bangsa Indonesia akan terpuruk di dalam persaingan kehidupan abad ke-21.
Akhir-akhir ini masalah mutu dan daya saing sistem pendidikan nasional menjadi polemik. Hal ini dapat dimengerti karena di dalam persaingan yang sengit menghadapi era globalisasi, tingkat produktivitas sumber daya manusia tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Peningkatan produktivitas sumber daya manusia langsung berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Peningkatan relevansi dan efisiensi pendidikan tinggi kita diharuskan oleh tuntutan globalisasi karena dunia akan menjadi suatu global workplace dimana akan terjadi migrasi tenaga-tenaga ahli sehingga hanya yang unggul dan bermutu yang mempunyai kesempatan untuk bekerja.
Hubungan antara pendidikan, pelatihan dan ketenagakerjaan merupakan suatu yang spesifik bagi negara berkembang. Sebab pada tahap permulaan pembangunan negara-negaratersebut pertumbuhan industri dan kemampuan sektor swasta masih terbatas, maka masalah ketenagakerjaan dirangkul oleh sektor pendidikan. Dengan demikian pendidikan bertanggung jawab atas mutu pelatihan dan ketenagakerjaan. Sejalan dengan pembangunan negara-negara itu, maka sektor pemerintah atau sektor formal merupakan wadah penampungan lulusan sistem pendidikannya. Namun demikian, sejalan dengan lajunya pembangunan serta hasil-hasil pembangunan maka sektor pemerintah semakin lama mengalami kejenuhan, sedangkan sektor swasta semakin meningkat.
Di pihak lain apa yang diminta oleh pembangunan sektor swasta tidak dapat dipenuhi oleh sistem pendidikan yang ada. Hal ini dikarenakan visi dan misi sistem pendidikannya masih tetap diarahkan pada kebutuhan pemerintah dan sektor formal. Sejalan dengan itu masyarakat telah dikondisikan bahwa lulusan pendidikan tinggi harus dan pasti dapat ditampung di dalam lapangan pekerjaan. Di pihak lain sistem pendidikan tidak memenuhi tuntutan yang diminta oleh masyarakat yang terus menerus berubah. Konflik antar pendidikan, pelatihan dan ketenagakerjaan menjadi masalah yang selalu menyudutkan pendidikan.
Dalam mengatasi masalah kesenjangan antara sistem pendidikan dengan tuntutan ketenagakerjaan, perlu dirumuskan kembali tugas dan tanggung jawab masing-masing sektor tersebut. Apabila tidak demikian, maka masing-masing sektor akan menuduh bahwa sektor yang lain tidak memenuhi kebutuhannya masing-masing, sedangkan sektor pendidikan menjadi bulan-bulanan dari ketidakterampilan memenuhi tenaga kerja yang diperlukan.
Pendidikan mempunyai peranan dan fungsi untuk mendidik seorang warganegara, sedangkan mempersiapkan tenaga kerja yang mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh lapangan kerja industri bukanlah tanggung jawabnya merupakan yang utama. Namun demikian, bukan berarti bahwa lembaga pendidikan sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap persiapan terhadap persiapan tenaga kerja. Yang benar ialah pendidikan meletakkan dasar-dasar karakteristik seorang tenaga kerja yang dibutuhkan terutama oleh masyarakat modern. Oleh karena itu, pendidikan haruslah peka terhadap perubahan dan tuntutan yang terjadi di dalam masyarakat.
Apabila pendidikan tidak peka terhadap perubahan sosial, tuntutan kehidupan modern, perkembangan industri yang cepat, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat, maka pendidikan harus bertanggung jawab terhadap ketertinggalannya menyiapkan tenaga kerja yang diperlukan. Bahwa pendidikan ikut mempersiapkan dasar-dasar yang diperlukan oleh dunia kerja dan tidak membebaskan pendidikan dalam mutu tenaga kerja yang diperlukan, maka perlu diselenggarakan suatu lembaga dengan kegiatan-kegiatan yang memenuhi tuntutan dunia kerja. Lembaga itu adalah lembaga pendidikan, haruslah diselenggarakan bergandengan dengan sistem pendidikan yang ada.
Alasan mengapa sistem pendidikan perlu dikembangkan adalah :
a. ilmu pengetahuan dan teknologi terus menerus berubah
b. bentuk-bentuk pekerjaan semakin lama semakin menuntut standar yang tinggi sesuai dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan hasil-hasil industri yang semakin bermutu.
Pemilikan standar mutu sangat menentukan dalam peningkatan mutu pelatihan bahkan juga pendidikan. Dengan demikian antara pendidikan dan pelatihan perlu ada suatu kerjasama timbal balik yang saling menguntungkan. Pendidikan akan memberikan dasar-dasar ilmu yang kuat serta sikap yang positif bagi pelaksanaan program pelatihan yang cepat dan tepat. Program pelatihan akan memberikan masukan pada program pendidikan untuk mempersiapkan dasar-dasar yang diperlukan bagi program pelatihan.
Dunia industri akan memberikan masukan bagi program yang dilaksanakan di dalam program pelatihan serta melaksanakan program pelatihan tersebut sekurang-kurangnya berpartisifasi aktif di dalam pelaksanaan program pelatihan.
Prinsip belajar sepanjang hayat atau belajar seumur hidup (life long education) akhir-akhir ini difokuskan pada belajar sepanjang hayat. Pandangan ini lebih menonjol ke depan dalam rangka kerjasama regional dan internasional yang meminta mutu sumber daya manusia yang terus menerus ditingkatkan. Di dalam konferensi APEC tahun 1994 dikemukakan betapa pentingnya mutu sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia berkorelasi dengan peningkatan akselerasi pertumbuhan ekonomi serta peningkatan efisiensi pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan akan sangat tergantung pada keberhasilan program peningkatan mutu sumber daya manusia yang ditunjukkan dalam tingkat relevansi pendidikan dan pelatihan.
Belajar sepanjang hayat merupakan tuntutan suatu kehidupan perdagangan bebas saat terjadi perubahan yang pesat dalam hubungan perdagangan antarbangsa dan mobilitas lapangan dan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam rangka kerjasama ASEAN dan APEC telah dirumuskan perlunya standarisasi pendidikan profesional dan kesepakatan mengenai mobilitas pekerja secara internasional. Tatanan dunia ketenagakerjaan yang baru tersebut menuntut suatu program pelatihan yang terus menerus berubah serta meningkat.
Program belajar sepanjang hayat sejalan dengan hasil studi komisi UNESCO yang diketuai oleh Jacques Delors merekomendasikan empat soko guru pendidikan di abad ke-21. Adapun keempat soko guru tersebut adalah :
1) Learning to know; 2) Learning to do; 3) Learning to be; 4) Learning to live together.
Apabila kita cermati keempat soko guru tersebut, maka sistem pendidikan dan pelatihan tampaknya baru menekuni soko guru yang pertama yakni belajar untuk mengetahui. Terasa masih kurang di dalam sistem pendidikan kita mengenai penguasaan kemampuan keterampilan atau belajar mengerjakan. Sementara soko guru yang ketiga diperlukan suatu kerja keras dari kita bagaimana bangsa dan negara sendiir banyak yang perlu kita benahi untuk tetap bertahan. Untuk itu bagaimana caranya kita harus belajar mempertahankan masyarakat kita yang bhineka, yang masih seperempat jumlah penduduknya tergolong miskin, tingkat pendidikannya yang relatif masih rendah dan mutu pendidikan serta latihannya belum memadai. Soko guru yang keempat adalah belajar hidup bersama yakni mengadakan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain, terutama kerjasama di dalam amsyarakat dan bangsa Indonesia sendiri.
Pelaksanaan belajar sepanjang hayat akan memberikan tugas yang baru pada sistem pendidikan kita. Di dalam hal ini program-program pendidikan politik akan menempati posisi yang sangat strategis. Begitu pula dengan program belajar jarak jauh akan semakin menonjol dan relevan apabila dibantu dengan alat-alat belajar dan komunikasi modern seerti televisi dan multimedia. Belajar jarak jauh akan merupakan suatu bentuk belajar yang sangat potensial di masa depan. Oleh karena itu, perlu mulai dikembangkan program pendidikan melalui internet yang mempergunakan nformation superhighway yang berkembang dengan sangat cepat sebagi sumber belajar yang tidak terbatas.
Sistem pendidikan dan pelatihan nasional Indonesia mengahdapi era globalisasi haruslah merupakan suatu learning organization. Jika tidak lembaga-lembaga tersebut akan merupakan benteng-benteng tradisionalisme yang tidak membantu terwujudnya suatu transfromasi masyarakat industrial. Kenservatisme sistem pendidikan dan pelatihan harus diubah dengan lebih banyak mengikutsertakan masyarakat industri dan bisnis termasuk pengelolaannya.

Kelembagaan Pendidikan dan Pelatihan
Kelembagaan Pendidikan dan Pelatihan perlu segera dibenahi agar lembaga-lembaga tersebut mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga tidak saling menyalahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian lembaga-lembaga tersebut akan lebih efisien dan proaktif dalam melaksanakan programnya sesuai dengan kebutuhan transformasi masyarakat industrial.
Depdiknas mempunyai fungsi utama mendidik warganegara. Depnaker berfungsi untuk mengatur hal-hal tentang ketenagakerjaan, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan keselamatan dan sistem penggajian tenaga kerja. Deperindag mempunyai fungsi utama untuk menentukan jenis dan pasokan tenaga kerja yang diperlukan sekarang dan akan datang sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan dan industri, naik di dalam maupun di luar negeri. Sedangkan, fungsi masyarakat dan dunia industri sendiri adalah melaksanakan pelatihan tenaga kerja sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan. Di dalam melaksanakan tanggung jawab masing-masing departemen dan lembaga mempunyai fungsi koordinatif untuk menjaga keseimbangan antara lembaga-lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah) dalam jumlah serta jenis yang akuntabel. Hal ini berarti bahwa Depdiknas akan mengambil langkah-langkah koordinatif agar pasokan tenaga yang diperlukan oleh perkembangan teknologi dan industri tidak terjadi ketidakseimbangan. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Bagan 1 Tanggung Jawab Fungsional Pendidikan dan Pelatihan
DEPDIKNAS DEPNAKER DEPERINDAG MASYARAKAT/
DUNIA INDUSTRI
TANGGUNG
JAWAB Menentukan kebijakan pendidikan nasional serta dasar-dasar keterampilan Mengatur kebijakn makro ketenagakerjaan Mengatur dan mengkoordinasikan pelatihan Melaksanakan pelatihan
FUNGSI UTAMA Mendidik warganegara (citizenship) Melindungi hak dan kewajban tenaga kerja Menentukan jenis dan pasokan tenaga kerja yang dibutuhkan Melaksanakan pelatihan tenaga kerja
FUNGSI KOORDINASI 1. lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal dalam jumlah, jenis yang akuntabel
2. kurikulum dasar yang relevan Memberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan Memberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan Mmeberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan
DISTORSI Bertanggung jawab atas penyediaan lapangan kerja dan pengangguran Melatih/ keterampilan tenaga kerja Menentukan kebijakan pendidikan nasional Menentukan kurikulum pendidikan nasional

Dalam tabel di atas dapat dihendarkan distorsi pemikiran serta perencanaan pengembangan sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan nasional. Kedua program tersebut akan saling mengisi, saling menunjang sehingga kebutuhan akan sumber daya manusia di dalam pengembangan dunia industri serta transformasi masyarkat Indonesia akan lebih efisien dan terarah. Salah satu distorsi yang dapat dihindari ialah tanggung jawab atas penyediaan lapangan kerja dan masalah pengangguran bukanlah semata-mata tanggung jawab Depdiknas. Distorsi yang kita lihat dewasa ini ialah pelaksanaan pelatihan oleh depnaker, seperti adanya Balai Latihan Kerja. Kebanyakan dari BLK tersebut yang tidak efisien dan tidak dapat melaksanakan programnya karena kekurangan sumber daya manusi dan dana. Hal itu menunjukkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan Depnaker bukanlah fungsi utamanya.
Kekurangan-kekurangan yang dihasilkan oleh lembag-lembaga pendidikan dan pelatihan tentunya akan menghambat pembangujnan dunia industri. Bukan berati bahwa Deperindag perlu membangun sistem pendidikan dan pelatihannya sendiri. Selanjutnya, dunia industri dan masyarakat sangat kritis terhadap sistem pendidikan nasional dan berkecenderungan untuk menentukan kurikulum pendidikan nasional. Hal ini tentunya merupakan suatu distorsi karena sistem pendidikan nasional mempunyai suatu tujuan pokok yaitu menyiapkan tenaga sumber daya manusia yang terlaltih serta mempunyai tanggung jawab pokok untuk mendidik warganegara Indonesia.
Dari uraian di atas tampak dengan jelas suatu kebutuhan untuk reorganisasi, restrukturisasi program pendidikan dan pelatihan nasional agar peka terhadap kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi, tuntutan pembangunan dunia industri yang merupakan suatu keharusan di dalam kehidupan global.
Peranan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, sebagai berikut:
(1) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
(2) pembiayaan
(3) kurikulum pendidikan dan pelatihan
(4) status profesi pendidik atau instruktur
(Tilaar, 1997:241-242).
Fungsi pemerintah dalam pembinaan pendidikan dan pelatihan (Tilaar, 1997:243-244) adalah:
a. melindungi praktek pendidikan dan pelatihan dari malapetaka
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. pengembangan kebudayaan nasional
d. kerjasama regional dan internasional

5.1 Gambaran Umum Pendidikan, Sumber Daya Manusia, Pembangunan Bangsa
5.1.1 Gambaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara3. Sedangkan, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Setiap proses yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran atau ardstick sudah sampai dimana perjalanan kita di dalam mencapai tujuan tersebut. Berbeda dengan tujuan fisik seperti jarak suatu tempat atau target produksi, tujuan pendidikan merupakan suatu yang intangible dan terus menerus berubah dan meningkat. Tujuan pendidikan selalu bersifat sementara atau tujuan yang berlari. Hal ini berarti tujuan pendidikan setiap saat perlu direvisi dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
Bagaimanakah profil pendidikan nasional di Indonesia dewasa ini? Di dalam berbagai survei dan penelitian menunjukkan bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia tergolong rendah. Tidak ada satu pun universitas di Indonesia yang masuk kelompok 100 universitas terbaik di Asia, apalagi tingkat dunia4. Apabila kualitas pendidikan tingginya sudah demikian rendahnya apalagi pendidikan dasar dan menengahnya tentu kualitasnya tidak lebih baik. Memang sudah dijelaskan bahwa bukan berarti kualitas manusia Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan kualitas bangsa lain. Kemenangan pada tingkat olympiade menunjukkan bagaimana siswa Indonesia dapat bersaing dengan siswa negara lain. Demikian juga dengan sarjana lulusan univeristas di Indonesia dapat membuat prestasi di negara asing.
Profil pendidikan di Indonesia ternyata sangat kompleks. Berbeda dengan pendidikan di negara yang kurang heterogen, sangat beragam oleh karena perbedaan yang mencolok antar daerah, khususnya antara pulau Jawa dengan pulau lain. Gambaran mengenai ranking pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah pada tataran internasional menunjukkan rendahnya mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia sekarang ini. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya untuk menaikkan mutu dan kualitas pendidikan nasional antara lain dengan mengadakan Ujian Nasional. Namun, apakah penyelenggaraan Ujian Nasional telah memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu dan kualitas pendidikan nasional? Ternyata pelaksanaan Ujian Nasional yang lalu hanya bertujuan sebagai pemuasan nafsu birokrat untuk menunjukkan bahwa mereka sibuk dengan pekerjaannya meskipun pekerjaan tersebut sia-sia belaka.
Proses pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan masyarakat global.
5.1.2 Gambaran Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan yang terpenting. Sumber daya alam dan sumber daya buatan memang memberikan kemungkinan untuk pembangunan, tetapi sumber daya manusialah yang mampu mewujudkan terjadinya kemungkinan itu5. Sumber daya manusia selain sebagai faktor pembangunan, namun yang terpenting adalah sebagai salah satu sasaran pembangunan yaitu agar kualitasnya berkembang atau meningkat. Pengembangan kualitas ini mengandung dua sisi pengertian pertama, kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi; kedua, kualitasnya sebagai modal untuk melaksanakan pembangunan yang memenuhi persayaratan kebutuhan.
Pembangunan sumber daya manusia perlu diselenggarakan secara menyeluruh, terarah dan terpadu di berbagai bidang terutama kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan pelatihan serta penyediaan lapangan kerja. Usaha pengembangan sumber daya tersebut dilakukan agar kualitas manusia Indonesia dapat ditingkatkan sebagai salah satu modal dasar pembangunan. Usaha pengembangan kualitas sebagai modal pembangunan inilah yang terpenting dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang semakin maju.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan mereka untuk mengembangkan diri. Ketentuan ini merupakan landasan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia, meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, warga masyarakat dan warganegara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan dan kekaryaan atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan non fisik (kualitas pribadi, hubungan dengan pihak lain dan sebagainya).

5.1.3 Gambaran Pembangunan
Pembangunan adalah usaha untuk mewujudkan suatu visi masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya. Bangsa Indonesia telah merumuskan visi masa depannya tidak lain untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan dengan demikian adalah karya manusia yang berkemampuan atau berdaya untuk mewujudkan visi yang diembannya7.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh manusia berbeda dengan pembangunan yang dilaksanakan semata-mata oleh mesin. Teknologi dan mesin adalah alat yang diciptakan manusia untuk membantu mempercepat pembangunan serta diarahkan sendiri penggunaannya oleh manusia. Disamping kemajuan teknologi yang diperlukan manusia untuk mempercepat pembangunan, pembangunan oleh manusia juga harus memperhitungkan kelestarian lingkungan hidup. Kemajuan teknologi dan keinginan manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya bukan berarti merusak lingkungan yang akan mematikan kelanjutan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pembangunan yang berwawasan lingkungan atau ramah lingkungan merupakan satu-satunya cara untuk mempertahankan kehidupan manusia di bumi ini.
Pembangunan itu harus saling melengkapi kebutuhan satu dengan yang lain, diantaranya mencakup peningkatan kualitas manusia yang menguasai teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidupnya, mengelola sumber daya alamnya, bertanggung jawab atas kelestarian lingkungannya. Dimana tujuan akhir dari pembangunan ialah peningkatan mutu sumber daya manusia atau human quality agar mampu membentuk dan tercipta suatu masyarakat madani atau civil socitey. Manusia yang berkualitas di dalam masyarakat yang berkualitas, yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi moralitas merupakan fungsi dari setiap pendidikan juga sistem pendidikan nasional Indonesia8.

5.2 Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembangunan Bangsa
Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani yaitu technie berarti seni, keahlian atau sains dan logos berarti ilmu. Jika digabungkan menjadi technologis. Menurut Gaibraith (dalam Syukur, 2005:3) ”teknologi diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis.”
Sementara istilah komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communicatee berarti memberitahukan, berpartisifasi atau menjadi milik bersama. Jadi, secara harfiah komunikasi diartikan sebagai proses menyebar informasi, berita, pesan, pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisifasi agar hal-hal yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara orang yang menyampaikan pesan (komunikator) dengan orang yang menerima pesan (komunikan).
Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada9. Sedangkan menurut Samuel Elion (dalam Eti, 2006:4) “informasi merupakan sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu peristiwa berupa objek atau konsep sehingga manusia dapat membedakan sesuatu dengan yang lainnya”. Jadi, informasi adalah kumpulan data yang telah diolah, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif dan memiliki arti luas.
Sebagai salah satu contoh dari informasi dengan adanya komputer dapat mempermudah bagi pegawai administrasi sekolah untuk membuat kurikulum pengajaran, jadwal pelajaran sekolah, membuat daftar nama siswa, membuat daftar nilai siswa, membuat absen siswa, membuat perhitungan gaji pegawai dan membuat perencanaan pengajaran bagi guru-guru sekolah. Seiring perkembangan zaman internet telah merambah sekolah-sekolah setingkat kecamatan, sehingga akses informasipun semakin mudah diperoleh untuk kemajuan pendidikan tiap-tiap sekolah.
Teknologi komunikasi dan informasi telah berkembang pesat sehingga menjadi gejala yang mendunia. Komunikasi itu sendiri sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak dikembangkannya sistem komunikasi satelit domestik. Gejala ini sebenarnya telah menjadi perhatian sejak awal kemerdekaan dengan digunakannya siaran radio untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Berbagai kajian yang telah dilakukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa sejak orde baru sampai orde reformasi berlangsung telah banyak perhatian akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Namun, dengan kondisi sekarang ini dimana tuntutan akan pendidikan yang lebih bermutu dan tersedia semakin meningkat. Untuk itu diperlukan perhatian dan penanganan yang serius dan lebih besar lagi.
Sebagaimana halnya dengan negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia juga menghadapi masalah dan tantangan yang berat. Pada negara-negara maju proses kemajuan itu berlangsung secara bertahap dalam waktu yang relatif lama serta serentak diikuti dengan tumbuhnya pranata-pranata yang diperlukan. Pada negara-negara sedang berkembang proses itu berlangsung secara seketika sebelum tatanannya selesai dipersiapkan atau dibenahi dan sebelum sumber daya manusianya mampu menerima dan menyesuaikan diri.
Teknologi komunikasi dan informasi dalam pembangunan bangsa dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pembangunan dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup bagi masyarakat Indonesia.

5.3 Tuntutan Pendidikan Terhadap Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pembangunan nasional adalah suatu kesinambungan usaha yang terus menerus dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kualitas manusia Indonesia. Sementara, peningkatan kaulitas manusia Indonesia merupakan usaha untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Hanya manusia yang cerdas yang dapat melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan dan semakin bermutu dan mampu hidup di dalam persaingan global.
Gambar 1 Proses Pendidikan dan Pelatihan Nasional yang Berkualitas
dalam Era Global













Implikasi transformasi masyarakat nasional dan global terhadap Pendidikan dan Pelatihan Nasional. Hal ini sesuai dengan visi pendidikan dan pelatihan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Rumusannya menyangkut tentang dunia yang tertib, dunia yang merdeka, manusia yang merdeka, dunia yang berkeadilan sosial, kerjasama internasional.
Dalam membahas visi pendidikan nasional yang menjangkau suatu kurun waktu yang panjang. Lebih lanjut sebagai lengkah awal dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Maka, peranan manusia Indonesia sebagai penggerak pembangunan atau sumbek pembangunan sebagai kata kunci yang sangat penting.
Pengembangan sumber daya manusia atau yang lebih dikenal dengan pengertian pendidikan dan pelatihan. Kedua kegiatan ini sangat penting bagi masyarakat manusia memasuki era globalisasi. Tanpa mutu sumber daya manusia yang unggul berarti tidak mempunyai daya saing yang tinggi.
Visi pendidikan dan pelatihan nasional adalah mengembangkan potensi anak Indonesia, yang beridentitas dan sadar budaya Indonesia serta religius dan bermoral dalam suatu masyarakat industri maju sejajar dengan negara-negara industri maju lainnya di Kawasan Pasifik.
Misi pendidikan dan pelatihan nasional adalah :
6. Pendidikan dan pelatihan yang menunjang pembangunan masyarkat industri yang kompetitif
7. Deregulasi pendidikan tinggi ke arah swastanisasi
8. Pendidikan tinggi menunjang perkembangan indutrialisasi dan industri jasa
9. Semakin besar tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta pembiayaannya
10. Masyarakat/dunia usaha/industri menjadi pelaksana program pelatihan

Di dalam perumusan visi pendidikan dan pelatihan nasional adalah :
7. Potensi manusia indonesia perlu dikembangkan
8. Pengembangkan manusia Indonesia diarahkan pada identitas bangsa indonesia
9. Kesadaran budaya indonesia
10. Manusia Indonesia yang religius dan bermoral
11. Pendidikan nasional manusia indonesian diarahkan pada terwujudnya suatu masyarakat Industri maju
12. Sejajar dengan negara-negara industri maju lain di Asia-Pasifik
Dalam membahas visi pendidikan nasional yang menjangkau suatu kurun waktu yang panjang dan sebagai langkah dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, maka peranan manusia Indonesia sebagai penggerak pembangunan merupakan kunci yang sangat penting.
Pengembangan sumber daya manusia atau yang lebih khusus dirangkum dalam pengertian pendidikan dan pelatihan adalah hal yang ppenting sekali bagi masyarakat Indonesia memasuki era globalisasi. Tanpa mutu sumber daya manusia yang unggul berarti tidak mempunyai daya saing yang tinggi, maka bangsa Indonesia akan terpuruk di dalam persaingan kehidupan abad ke-21.
Akhir-akhir ini masalah mutu dan daya saing sistem pendidikan nasional menjadi polemik. Hal ini dapat dimengerti karena di dalam persaingan yang sengit menghadapi era globalisasi, tingkat produktivitas sumber daya manusia tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Peningkatan produktivitas sumber daya manusia berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Peningkatan relevansi dan efisiensi pendidikan tinggi kita diharuskan oleh tuntutan globalisasi karena dunia akan menjadi suatu global workplace dimana akan terjadi migrasi tenaga-tenaga ahli sehingga hanya yang unggul dan bermutu yang mempunyai kesempatan untuk bekerja.
Hubungan antara pendidikan, pelatihan dan ketenagakerjaan merupakan suatu yang spesifik bagi negara berkembang. Sebab pada tahap permulaan pembangunan negara-negaratersebut pertumbuhan industri dan kemampuan sektor swasta masih terbatas, maka masalah ketenagakerjaan dirangkul oleh sektor pendidikan. Dengan demikian pendidikan bertanggung jawab atas mutu pelatihan dan ketenagakerjaan. Sejalan dengan pembangunan negara-negara itu, maka sektor pemerintah atau sektor formal merupakan wadah penampungan lulusan sistem pendidikannya. Namun demikian, sejalan dengan lajunya pembangunan serta hasil-hasil pembangunan maka sektor pemerintah semakin lama mengalami kejenuhan, sedangkan sektor swasta semakin meningkat.
Di pihak lain apa yang diminta oleh pembangunan sektor swasta tidak dapat dipenuhi oleh sistem pendidikan yang ada. Hal ini dikarenakan visi dan misi sistem pendidikannya masih tetap diarahkan pada kebutuhan pemerintah dan sektor formal. Sejalan dengan itu masyarakat telah dikondisikan bahwa lulusan pendidikan tinggi harus dan pasti dapat ditampung di dalam lapangan pekerjaan. Di pihak lain sistem pendidikan tidak memenuhi tuntutan yang diminta oleh masyarakat yang terus menerus berubah. Konflik antar pendidikan, pelatihan dan ketenagakerjaan menjadi masalah yang selalu menyudutkan pendidikan.
Dalam mengatasi masalah kesenjangan antara sistem pendidikan dengan tuntutan ketenagakerjaan, perlu dirumuskan kembali tugas dan tanggung jawab masing-masing sektor tersebut. Apabila tidak demikian, maka masing-masing sektor akan menuduh bahwa sektor yang lain tidak memenuhi kebutuhannya masing-masing, sedangkan sektor pendidikan menjadi bulan-bulanan dari ketidakterampilan memenuhi tenaga kerja yang diperlukan10.
Pendidikan mempunyai peranan dan fungsi untuk mendidik seorang warganegara, sedangkan mempersiapkan tenaga kerja yang mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh lapangan kerja industri bukanlah tanggung jawabnya merupakan yang utama. Namun demikian, bukan berarti bahwa lembaga pendidikan sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap persiapan terhadap persiapan tenaga kerja. Yang benar ialah pendidikan meletakkan dasar-dasar karakteristik seorang tenaga kerja yang dibutuhkan terutama oleh masyarakat modern. Oleh karena itu, pendidikan haruslah peka terhadap perubahan dan tuntutan yang terjadi di dalam masyarakat.
Apabila pendidikan tidak peka terhadap perubahan sosial, tuntutan kehidupan modern, perkembangan industri yang cepat, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat, maka pendidikan harus bertanggung jawab terhadap ketertinggalannya menyiapkan tenaga kerja yang diperlukan. Bahwa pendidikan ikut mempersiapkan dasar-dasar yang diperlukan oleh dunia kerja dan tidak membebaskan pendidikan dalam mutu tenaga kerja yang diperlukan, maka perlu diselenggarakan suatu lembaga dengan kegiatan-kegiatan yang memenuhi tuntutan dunia kerja. Lembaga itu adalah lembaga pendidikan, haruslah diselenggarakan bergandengan dengan sistem pendidikan yang ada. Alasan mengapa sistem pendidikan perlu dikembangkan adalah :
a. ilmu pengetahuan dan teknologi terus menerus berubah
b. bentuk-bentuk pekerjaan semakin lama semakin menuntut standar yang tinggi sesuai dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan hasil-hasil industri yang semakin bermutu11.
Pemilikan standar mutu sangat menentukan dalam peningkatan mutu pelatihan bahkan juga pendidikan. Dengan demikian antara pendidikan dan pelatihan perlu ada suatu kerjasama timbal balik yang saling menguntungkan. Pendidikan akan memberikan dasar-dasar ilmu yang kuat serta sikap yang positif bagi pelaksanaan program pelatihan yang cepat dan tepat. Program pelatihan akan memberikan masukan pada program pendidikan untuk mempersiapkan dasar-dasar yang diperlukan bagi program pelatihan. Dunia industri akan memberikan masukan bagi program yang dilaksanakan di dalam program pelatihan serta melaksanakan program pelatihan tersebut sekurang-kurangnya berpartisifasi aktif di dalam pelaksanaan program pelatihan.
Prinsip belajar sepanjang hayat atau belajar seumur hidup (life long education) akhir-akhir ini difokuskan pada belajar sepanjang hayat. Pandangan ini lebih menonjol ke depan dalam rangka kerjasama regional dan internasional yang meminta mutu sumber daya manusia yang terus menerus ditingkatkan. Di dalam konferensi APEC tahun 1994 dikemukakan betapa pentingnya mutu sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia berkorelasi dengan peningkatan akselerasi pertumbuhan ekonomi serta peningkatan efisiensi pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan akan sangat tergantung pada keberhasilan program peningkatan mutu sumber daya manusia yang ditunjukkan dalam tingkat relevansi pendidikan dan pelatihan.
Belajar sepanjang hayat merupakan tuntutan suatu kehidupan perdagangan bebas saat terjadi perubahan yang pesat dalam hubungan perdagangan antarbangsa dan mobilitas lapangan dan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam rangka kerjasama ASEAN dan APEC telah dirumuskan perlunya standarisasi pendidikan profesional dan kesepakatan mengenai mobilitas pekerja secara internasional. Tatanan dunia ketenagakerjaan yang baru tersebut menuntut suatu program pelatihan yang terus menerus berubah serta meningkat.
Program belajar sepanjang hayat sejalan dengan hasil studi komisi UNESCO yang diketuai oleh Jacques Delors merekomendasikan empat soko guru pendidikan di abad ke-21. Adapun keempat soko guru tersebut adalah 1) Learning to know; 2) Learning to do; 3) Learning to be; 4) Learning to live together12.
Apabila kita cermati keempat soko guru tersebut, maka sistem pendidikan dan pelatihan tampaknya baru menekuni soko guru yang pertama yakni belajar untuk mengetahui. Terasa masih kurang di dalam sistem pendidikan kita mengenai penguasaan kemampuan keterampilan atau belajar mengerjakan. Sementara soko guru yang ketiga diperlukan suatu kerja keras dari kita bagaimana bangsa dan negara sendiri banyak yang perlu kita benahi untuk tetap bertahan. Untuk itu bagaimana caranya kita harus belajar mempertahankan masyarakat kita yang bhineka, yang masih seperempat jumlah penduduknya tergolong miskin, tingkat pendidikannya yang relatif masih rendah dan mutu pendidikan serta latihannya belum memadai. Soko guru yang keempat adalah belajar hidup bersama yakni mengadakan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain, terutama kerjasama di dalam amsyarakat dan bangsa Indonesia sendiri.
Pelaksanaan belajar sepanjang hayat akan memberikan tugas yang baru pada sistem pendidikan kita. Di dalam hal ini program-program pendidikan politik akan menempati posisi yang sangat strategis. Begitu pula dengan program belajar jarak jauh akan semakin menonjol dan relevan apabila dibantu dengan alat-alat belajar dan komunikasi modern seerti televisi dan multimedia. Belajar jarak jauh akan merupakan suatu bentuk belajar yang sangat potensial di masa depan. Oleh karena itu, perlu mulai dikembangkan program pendidikan melalui internet yang mempergunakan information superhighway yang berkembang dengan sangat cepat sebagi sumber belajar yang tidak terbatas.
Sistem pendidikan dan pelatihan nasional Indonesia mengahdapi era globalisasi haruslah merupakan suatu learning organization. Jika tidak lembaga-lembaga tersebut akan merupakan benteng-benteng tradisionalisme yang tidak membantu terwujudnya suatu transfromasi masyarakat industrial. Kenservatisme sistem pendidikan dan pelatihan harus diubah dengan lebih banyak mengikutsertakan masyarakat industri dan bisnis termasuk pengelolaannya.
Kelembagaan Pendidikan dan Pelatihan perlu segera dibenahi agar lembaga-lembaga tersebut mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga tidak saling menyalahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian lembaga-lembaga tersebut akan lebih efisien dan proaktif dalam melaksanakan programnya sesuai dengan kebutuhan transformasi masyarakat industrial.
Depdiknas mempunyai fungsi utama mendidik warganegara. Depnaker berfungsi untuk mengatur hal-hal tentang ketenagakerjaan, misalnya hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan keselamatan dan sistem penggajian tenaga kerja. Deperindag mempunyai fungsi utama untuk menentukan jenis dan pasokan tenaga kerja yang diperlukan sekarang dan akan datang sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan dan industri, naik di dalam maupun di luar negeri. Sedangkan, fungsi masyarakat dan dunia industri sendiri adalah melaksanakan pelatihan tenaga kerja sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan. Di dalam melaksanakan tanggung jawab masing-masing departemen dan lembaga mempunyai fungsi koordinatif untuk menjaga keseimbangan antara lembaga-lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah) dalam jumlah serta jenis yang akuntabel. Hal ini berarti bahwa Depdiknas akan mengambil langkah-langkah koordinatif agar pasokan tenaga yang diperlukan oleh perkembangan teknologi dan industri tidak terjadi ketidakseimbangan. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Bagan 1 Tanggung Jawab Fungsional Pendidikan dan Pelatihan13
DEPDIKNAS DEPNAKER DEPERINDAG MASYARAKAT/
DUNIA INDUSTRI
TANGGUNG
JAWAB Menentukan kebijakan pendidikan nasional serta dasar-dasar keterampilan Mengatur kebijakn makro ketenagakerjaan Mengatur dan mengkoordinasikan pelatihan Melaksanakan pelatihan
FUNGSI UTAMA Mendidik warganegara (citizenship) Melindungi hak dan kewajban tenaga kerja Menentukan jenis dan pasokan tenaga kerja yang dibutuhkan Melaksanakan pelatihan tenaga kerja
FUNGSI KOORDINASI 3. lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal dalam jumlah, jenis yang akuntabel
4. kurikulum dasar yang relevan Memberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan Memberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan Mmeberikan masukan bagi pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan
DISTORSI
Bertanggung jawab atas penyediaan lapangan kerja dan pengangguran Melatih/ keterampilan tenaga kerja Menentukan kebijakan pendidikan nasional Menentukan kurikulum pendidikan nasional
Dalam tabel di atas dapat dihendarkan distorsi pemikiran serta perencanaan pengembangan sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan nasional. Kedua program tersebut akan saling mengisi, saling menunjang sehingga kebutuhan akan sumber daya manusia di dalam pengembangan dunia industri serta transformasi masyarkat Indonesia akan lebih efisien dan terarah. Salah satu distorsi yang dapat dihindari ialah tanggung jawab atas penyediaan lapangan kerja dan masalah pengangguran bukanlah semata-mata tanggung jawab Depdiknas. Distorsi yang kita lihat dewasa ini ialah pelaksanaan pelatihan oleh Depnaker, seperti adanya Balai Latihan Kerja. Kebanyakan dari BLK tersebut yang tidak efisien dan tidak dapat melaksanakan programnya karena kekurangan sumber daya manusi dan dana. Hal itu menunjukkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan Depnaker bukanlah fungsi utamanya.
Kekurangan-kekurangan yang dihasilkan oleh lembag-lembaga pendidikan dan pelatihan tentunya akan menghambat pembangujnan dunia industri. Bukan berati bahwa Deperindag perlu membangun sistem pendidikan dan pelatihannya sendiri. Selanjutnya, dunia industri dan masyarakat sangat kritis terhadap sistem pendidikan nasional dan berkecenderungan untuk menentukan kurikulum pendidikan nasional. Hal ini tentunya merupakan suatu distorsi karena sistem pendidikan nasional mempunyai suatu tujuan pokok yaitu menyiapkan tenaga sumber daya manusia yang terlaltih serta mempunyai tanggung jawab pokok untuk mendidik warganegara Indonesia.
Dari uraian di atas tampak dengan jelas suatu kebutuhan untuk reorganisasi, restrukturisasi program pendidikan dan pelatihan nasional agar peka terhadap kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi, tuntutan pembangunan dunia industri yang merupakan suatu keharusan di dalam kehidupan global.
Peranan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, sebagai berikut:
(5) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
(6) pembiayaan
(7) kurikulum pendidikan dan pelatihan
(8) status profesi pendidik atau instruktur
(Tilaar, 1997:241-242).
Fungsi pemerintah dalam pembinaan pendidikan dan pelatihan (Tilaar, 1997:243-244) adalah:
e. melindungi praktek pendidikan dan pelatihan dari malapetaka
f. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
g. pengembangan kebudayaan nasional
h. kerjasama regional dan internasional

Dengan adanya satu sistem pendidikan nasional, maka semua kegiatan orientasi, latihan, pengembangan, penataran, penyegaran, kursus, bimbingan, penyuluhan, les, magang, dan apapun namanya, termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan semacam ini sifat dan penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan tujuan khusus.
Pendidikan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia, meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, warga masyarakat dan warganegara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan dan kekaryaan atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan non fisik (kualitas pribadi, hubungan dengan pihak lain dan sebagainya).
Dalam konsep tentang sumber daya manusia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sumber daya manusia angkatan kerja dan sumber daya manusia bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Lalu, bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, menerima pendapatan dan lain-lain yang tidak memperoleh penghasilan sendiri.
Bagi sumber daya manusia yang termasuk dalam kategori angkatan kerja, berkarya dalam suatu lembaga atau organisasi, usaha pendidikan seringkali dibedakan berdasarkan waktu dan tujuan. Perbedaan itu dinyatakan dengan istilah yang berbeda pula, yaitu orientasi, latihan dan pengembangan.
Orientasi merupakan pendidikan pendahuluan bagi karyawan baru dengan tujuan untuk memperkenalkan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan kelembagaan. Latihan merupakan lanjutan kegiatan yang ditujukan untuk karyawan yang sudah dalam pekerjaan, agar mereka dapat memperbaiki pekerjaannya. Berikutnya, pengembangan merupakan pendidikan lanjutan dari orientasi dan latihan yang diberikan kepada karyawan tertentu dengan tujuan untuk memberikan bantuan agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab di masa depan tanpa harus berkaitan dengan tugas mereka sekarang. Selain itu, ada juga istilah lain seperti, kegiatan penataran dan penyegaran.
Kemudian, bagi angkatan kerja yang berwirausaha kegiatan pendidikan untuk peningkatan kualitas ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dikenal dengan sebutan atau istilah penyuluhan, bimbingan dan kursus. Bagi sumber daya manusia dalam kategori bukan angkatan kerja, pendidikan itu diberikan di rumah, di sekolah, dan di luar sekolah (misalnya masjid, balai latihan dan lain-lain). Kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah biasa dikenal dalam bentuk les, kursus, latihan, magang dan bimbingan belajar.

5.4 Peran Pendidikan di Era Globalisasi
Pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang berkualitas. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pengendalian mutu pendidikan. Secara kuantitas, kemajuan pendidikan di Indonesia cukup menggembirakan. Namun, secara kualitas perkembangannya masih belum merata.
Masyarakat global, masyarakat teknologis ataupun masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam memberikan tuntutan, tantangan bahkan ancaman-ancaman baru. Pada abad sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak knowing much, berbuat banyak doing much, mencapai keunggulan being exellence, menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang lain being sociable serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral being morally.
Adapun faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan mutu pendidikan secara sistemik dapat dilihat pada gambar berikut14:
a. Input (siswa) :

 Intelek
 Fisik-kesehatan
 Sosial-afektif
 Peer group


 Instrumental Input :

• Kebijakan pendidikan
• Program pendidikan-kurikulum
• Personil (KS, guru, staf TU)
• Sarana prasarana dan fasilitas
• Media dan biaya

 Environmental Input :

• Lingkungan sekolah
• Lingkungan keluarga
• Masyarakat
• Lembaga sosial
• Unit kerja

b. Proses pendidikan (kegiatan) :

 Pengajaran
 Pelatihan
 Pembimbingan
 Evaluasi
 Ekstra kurikuler
 Pengelolaan

c. Output (lulusan) :
 Pengetahuan
 Kepribadian
 Performansi

Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Dalam hal sesuatu hal yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Selain itu, harus didukung boleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional.
Kemudian, faktor pendukung selanjutnya adalah sarana dan prasarana, fasilitas dan media pendidikan serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat serta lingkungan yang sesuai.
Mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana dan kegiatan pendidikan atau disebut dengan mutu total atau Total Quality. Maksud dari Total Quality adalah sesuatu yang tidak mungkin, hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai hanya dengan satu komponen atau kegiatan yang bermutu. Sebab kegiatan pendidikan begitu kompleks, satu kegiatan, komponen, pelaku, serta waktu lainnya.
Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Sementara dalam dunia pendidikan banyak permasalahan mengenai mutu, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, mutu bimbingan dan latihan dari guru serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, sepertilulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja, walaupun bekerja tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat, tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat.
Mutu dan kualitas pendidikan berkenaan dengan penilaian suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan, standar ini dapat dirumuskan melalui hasil belajar pada matapelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif dan pengamatan yang bersifat kualitatif. Rumusan mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep mutu dan kualitas biasanya dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada, seperti kebijakan, proses belajar mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana serta tenaga kependidikan.
Dalam konteks sistem pendidikan nasional, mutu pendidikan tercermin pada sejauh mana tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan dengan dilandasi oleh perubahan yang terencana. Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui dua strategi yaitu (a) peningkatan mutu pendidikan berorientasi pada keterampilan mental maupun fisik, (b) peningkatan mutu pendidikan yang lebih khusus berorientasi pada akademis15.

5.5 Kontribusi dari Tuntutan dan Peran Pendidikan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi Teknologi Pendidikan
Adapun kontribusinya terhadap Teknologi Pendidikan, sebagai berikut:
1. Tuntutan Pendidikan
• Secara Filosofis Teknologi Pendidikan merupakan bagian dari pendidikan Pendidikan dalam konsep Praktis (Aplikasi Pendidikan).
• Kontribusi Tuntutan Pendidikan adalah mengharuskan semua warganegara untuk cakap, terampil dan ahli dalam memanfaatkan kemajuan TIK.
6. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
• Tuntutan dan peran pendidikan dalam pengembangan kualitas SDM adalah sangat penting dan dijadikan sebagai modal serta penggerak pembangunan bangsa di era globalisasi ini.
• Kontribusi dari Tuntutan dan Peran Pendidikan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi Teknologi Pendidikan antara lain mendidik, membina dan mengharuskan warganegara mampu memanfaatkan kemajuan TIK terutama dalam kegiatan pembelajaran di kelas.


7. Daftar Pustaka

AECT. 1994. Definisi Teknologi Pendidikan;Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT. Jakarta : Rajawali Press.
Danim, Sudarwan. 1995. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Fajar, A. Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Heinich, R., Molenda, M. And Russel, J.D. 1993. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York : Macmillan Publishing Co.
Jones, Gavin. 1999. Pendidikan dan Pasar Kerja di NTT; Studi Penelusuran Terhadap Siswa SLTA Tahun 1996 di Pulau Timor. Jakarta : PPT-LIPI.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Sukmadinata, Nana Syaodih dkk. 2002. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung : Kesuma Karya.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang : RaSAIL.
Tilaar, H.A.R. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. Jakarta : Grasindo.
http//www.e-learning.com. Diakses tanggal 24 November 2008.

EPISTEMOLOGI;
METODE ILMIAH DAN STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH

A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, diharapkan dapat memahami alam sekitarnya. Dalam hal ini dikarenakan manusia mampu menciptakan pengetahuan baru berupa ilmu. Pada tahap penciptaan ilmu telah terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan dalam hal ini sebagai hasil tahu manusia, kemudian munculnya sebuah ilmu dan bermuara pada filsafat.
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa alam, apa air, apa manusia, dan lain sebagainya. Sementara, ilmu atau science bukan sekedar menjawab what melainkan akan menjawab pertanyaan why dan how, misalnya mengapa bumi berputar, mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa manusia dapat bernapas, dan lain sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab apa sesuatu itu, tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi. Inilah yang menjadi letak perbedaaan antara pengetahuan dan ilmu.
Pada hakekatnya pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Sementara, ilmu merupakan bagian yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Oleh karena pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi pertanyaan yang muncul dalam kehidupan, maka jawaban dari setiap pertanyaan tersebut haruslah benar. Tidak bisa dibayangkan kalau kehidupan ini tanpa pengetahuan. Sehingga untuk menemukan jawaban dari masing-masing pertanyaan perlu diketahui mengenai bagaimana menyusun pengetahuan yang benar. Manusia juga haruslah dapat membedakan antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain agar tahu penggunaan dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, manusia harus mampu memperbarui pengetahuan sesuai perkembangan zaman.
Perbedaan jenis pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain akan dapat diketahui dengan diajukan pertanyaan berupa apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (berkenaan dengan ontologi)? bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (berkenaan dengan epistemologi)? serta untuk apa pengetahuan termaksud digunakan (berkenaan dengan aksiologi)?. Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut, maka dapat dengan mudah membedakan berbagai jenis pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni dan agama.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu karena cara mendapatkan ilmu dari sebuah pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat terpenuhinya pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu tercantum dalam metode ilmiah yang digunakan. Menurut Senn dalam Suriasumantri (1990:119) menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.
Dalam metode ilmiah terdapat metodologi yang digunakan sebagai pengkajian dari peraturan-peraturan ilmiah. Secara filsafati metodologi termasuk ke dalam epistemologi yang merupakan pembahasan tentang bagaimana kita mendapatkan pengetahuan yang benar secara ilmiah. Dari metode ilmiah ini akan didapat sebuah pengetahuan baru atau ilmu melalui penelitian yang dilakukan.
Adapun dari ketiga aspek yang akan diajukan pertanyaan pada pengetahuan tersebut di atas, maka yang akan dibahas dalam makalah ini hanya difokuskan pada epistemologi sebagai suatu pengetahuan yakni epistemologi; metode ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah.
Dalam membahas epistemologi suatu pengetahuan tidak akan terlepas dari bagaimana epistemologi prosedurnya yang digunakan dalam mendapatkan sebuah pengetahuan itu melalui sebuah metode ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses atau metode ilmiah merupakan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Hal ini juga menjadi pokok bahasan pada makalah ini, khususnya pengertian dari metode ilmiah, macam-macam metode ilmiah dan fungsi dari metode ilmiah.
Lebih lanjut, makalah ini juga akan membahas mengenai epistemologi; struktur pengetahuan ilmiah yang membicarakan cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun dengan bersistem dan kompleks sehingga terciptalah sebuah ilmu. Struktur pengetahuan ilmiah ini menggambarkan skema alur terbentuknya sebuah ilmu dari pengetahuan yang sudah ada. Untuk lebih jelasnya mengenai epistemologi; metode ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah akan diuraikan pada bahasan berikutnya.

B. Epistemologi; Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah
Sebelum membahas mengenai epistemologi; metode ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah terlebih dahulu akan diuraikan kembali mengenai epistemologi sebagai suatu pengetahuan.
2.1. Epistemologi; Pengetahuan
Epistemologi diartikan sebagai cabang dari filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.4 Dari epistemologi ini akan muncul sebuah pengetahuan. Secara istilah pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yaitu knowledge. Sementara dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar atau knowledge is justified true belief.5 Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Lebih lanjut, menurut Gazalba dalam Amsal (2005:85) pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Jadi, dengan kata lain pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Untuk memperjelas pemahaman akan pengetahuan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu pengetahuan pra-ilmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah dan pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah. Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runtut). Disamping itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum. Metode itu meliputi metode deduksi, metode induksi dan metode analisis.
Selanjutnya, ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” sama dengan kata dalam bahasa Inggris “science” yang berasal dari bahasa Latin “scio” atau “scire”, sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi sains atau ilmu.6 Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat transedental yang berada di luar pengalaman kita.
Pada hakikatnya kita mengharapkan jawaban yang benar dan bukannya sekedar jawaban yang bersifat sembarang saja maka dari sini timbul pertanyaan mengenai bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar?. Secara filsafat masalah ini termasuk dalam epistemologi dan landasan epistemologi disebut metode ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah merupakan cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Lalu apakah yang disebut benar, sedangkan dalam khasanah filsafat terdapat beberapa teori kebenaran?
Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu berkaitan dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Dalam artian, pembahasan mengenai epistemologi ilmu senantiasa terkait dengan ontologi ilmu dan aksiogi ilmu.
Persoalan utama yang dihadapi landasan epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aspek aksiologi masing-masing. Demikian juga dengan epistemologi keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
Untuk mampu meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka perlu diketahui mengapa sesuatu itu terjadi. Agar bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu harus dikuasai. Dengan demikian penelaahan ilmiah diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Penjelasan yang dituju oleh penelaahan ilmiah diarahkan kepada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi yang menyebabkan timbulnya sebuah gejala dan proses atau mekanisme terjadinya gejala itu.
Ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Model tersebut digunakan untuk meramal gejala alam. Ilmu juga mencoba memberikan penjelasan mengenai mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Ilmu juga mencoba menafsirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian. Dalam usaha menemukan penjelasan yang bersifat mendasar dan postulasional, maka ilmu tidak bisa melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafisis karena jika ilmu terlepas dari keduanya maka pengetahuan yang didapat tidak berbeda jauh dari akal sehat yang lebih maju.
Menurut Russell dalam Suriasumantri (1990:134) mengemukakan ilmu mempunyai dua peranan satu pihak sebagai metafisika sedangkan pada pihak lain sebagai akal sehat yang terdidik atau educated commen sense. Lalu, bagaimana cara mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut lahirlah pemikiran metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis di alam rasional dengan pembuktian dilakukan secara empiris.
Metode eksperimen dikembangkan pertama kali oleh sarjana-sarjana Muslim pada abad keemasan Islam. Ketika ilmu pengetahuan lainnya mencapai kulminasi antara abad IX dan XII Masehi. Dalam perjalanan sejarah, kekuatan dan cahaya dunia modern sekarang di bawa oleh orang muslim bukan oleh orang latin. Eksperimen ini dimulai ahli-ahli al-kimia yang memungkinkan pada mulanya didorong oleh tujuan untuk mendapatkan “obat ajaib untuk tetap muda” (elixir vitae) dan “rumus membuat emas dari logam biasa”. Secara lambat laun berkembang menjadi paradigma ilmiah.
Perkembangan metode eksperimen yang berasal dari timur ini mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir manusia sebab dengan demikian maka dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan demikian maka berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif.
Perkembangan logika ilmiah yang merupakan pertemuan antara rasionalisme dan epmirisme. Galilio (1564-1642) dan Newton (1642-1727) merupakan pioner yang mempergunakan gabungan berpikir deduktif dan induktif. Ini dalam penyelidikan ilmiah mereka. Penelitian Charles Darwin (1809-1882) yang membuahkan teori evolusinya juga mempergunakan metode ilmiah. Deskripsi secara mendalam tentang metode ilmiah ditulis oleh Carpiorson (1857-1936) dalam bukunya yang sekarang sudah menjadi klasik yang berjudul “The Grammer of Science”. Buku tersebut diterbitkan sekitar tahun 1890 yang disusul oleh buku John Dewey “How We Think” yang terbit pada tahun 1910. Secara filsafati John Dewey mengupas makna dan langkah-langkah dalam metode ilmiah.
Berkembangnya metode ilmiah dan diterimanya metode ini sebagai paradigma oleh masyarakat keilmuwan maka sejarah kemanusiaan menyaksikan perkembangan pengetahuan yang sangat cepat. Dirintis oleh Copernicus (1473-1543) Keppler (1571-1630), Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) ilmu mendapatkan momentumnya pada abad ketujuh belas dan seterusnya tinggal landas. Whitched menyebutkan periode antara 1870-1880 sebagai titik kulminasi perkembangan ilmu di mana Helmholtz, Pasteur, Darwin dan Clerk-Maxwell berhasil mengembangkan penemuan ilmiahnya.
Gejala ini sebenarnya tidak sukar untuk dijelaskan sebab metode-metode berpikir ilmiah yang ada dan mencoba untuk memperkecil kekurangannya. Pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk diterima sebab pada dasarnya adalah akal sehat, meskipun ilmu bukanlah sembarang akal sehat melainkan akal sehat yang terdidik. Pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk dipercaya sebab dia dapat diandalkan meskipun tentu saja tidak semua masalah dapat dipecahkan secara keilmuan. Itulah sebabnya, maka kita masih memerlukan berbagai pengetahuan lain untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan, sebab ilmu hakikinya adalah terbatas dan tidak lengkap.

2.2. Epistemologi; Metode Ilmiah
2.2.1. Gambaran umum metode ilmiah
Dalam metode ilmiah terdapat metodologi yang merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan dalam metode ilmiah. Secara filsafati metodologi termasuk ke dalam epistemologi yang merupakan pembahasan bagaimana kita mendapatkan pengetahuan. Pada epistemologi, pertanyaan yang membantu manusia untuk mendapatkan suatu pengetahuan adalah apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia dimungkinkan mendapatkan pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin ditangkap manusia?
Pengetahuan merupakan sumber jawaban berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.8 Oleh karena itu, pengetahuan dihasilkan dari proses berpikir yang merupakan kegiatan mental manusia dan metode ilmiah merupakan ekspresi dari cara berpikir tersebut. Melalui metode ilmiah pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik yang sesuai dengan macam sumber dan cara pengetahuan tersebut didapatkan.9
2.2.2. Pengertian metode ilmiah
Di bawah ini beberapa pengertian mengenai metode ilmiah dari para ahli filsafat, sebagai berikut:
(1) Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM (2003:134) yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan atau mengembangkan pengetahuan menjadi sebuah ilmu.
(2) Menurut Senn dalam Suriasumantri (1987:119) menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.
(3) Van Peursen dalam Suariasumanti (1990:122) membagi tiga tahap perkembangan kebudayaan yang dilihat dari sikap manusia dalam menghadapi masalah yakni tahap mistis, tahap ontologis, dan tahap fungsional.
Penjelasan dari pendapat Van Peursen, tahap mistis merupakan tahap dimana manusia merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan ghaib yang ada di sekitarnya sedangkan tahap ontologis sikap manusia tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan ghaib tapi manusia telah bersikap mengambil jarak dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaahan-penelaahan terhadap obyek tersebut.
Tahap fungsional adalah sikap manusia yang manusia bukan saja merasa terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaahan terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya namun pada tahap ini manusia telah memfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya. Belum tentu pengetahuan yang didapatkan pada tahap ontologis telah mengambil jarak terhadap obyek di sekitar kehidupan dan mulai menelaahnya mempunyai manfaat langsung terhadap kehidupan manusia. Bisa saja manusia menguasai pengetahuan dan tidak mempunyai kegunaan fungsional dalam kehidupannya. Oleh karena itu perlu dibedakannya antara tahap ontologis dan tahap fungsional.

2.2.3. Posisi metode ilmiah dalam ilmu
Ilmu mulai berkembang pada tahap ontologis, di mana manusia memiliki pendapat bahwa terdapat hukum-hukum tertentu yang terlepas dari kekuasaan dunia mistis yang menguasai gelaja-gejala empiris. Pada tahap ini manusia mulai mengambil jarak dari obyek yang berada dalam kesemestaan bersifat difusi dan tidak jelas batas-batasnya. Selanjutnya, dalam tahapan ini juga manusia mulai menentukan batas-batas eksistensi masalah, yang memungkinkan dapat dikenal ujudnya oleh manusia, kemudian ditelaah dan dicarikan pemecahan jawabannya.
Ilmu berbeda dengan agama. Secara ontologis ilmu membatasi permasalahan yang dihadapinya untuk ditelaah hanya pada ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia sedangkan agama mempermasalahkan pula obyek-obyek yang berada di luar pengalaman manusia baik sebelum manusia berada di muka bumi msupun sesudah kematian manusia. Perbedaan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi menyebabkan berbeda pula metode dalam memecahkan masalah tersebut. Dalam usaha memecahkan permasalahan yang dihadapi ilmu berpaling pada pikiran yang didasarkan pada penalaran dan tidak berpaling pada perasaan. Oleh karena itu, ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapinya agar dia mengerti mengenai hakikat permasalahan itu sehingga permasalahan tersebut dapat dipecahkan.
Agar kita dapat menempatkan ilmu dan agama dalam perspektif yang sesungguhnya maka kita harus menguasai hakikat imu dan agama secara baik. Ilmu dan agama saling melengkapi, pada satu pihak agama memberikan landasan moral bagi aksiologi keilmuan sedangkan dipihak lain ilmu akan memperdalam keyakinan beragama.10
Masalah yang dihadapi ilmu adalah nyata sehingga mencari jawabannya pun pada dunia yang nyata. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, Einstein berkata, apa pun teori juga teori yang menjembatani antara keduanya.11 Teori yang dimaksudkan adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam duina fisik tersebut. Pada hakikatnya teori merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Sehingga Suriasumantri (1987:123) berpendapat bahwa teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuian dengan obyek yang dijelaskannya dan biar bagaimapun juga tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
Pendekatan rasional di atas digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah metode ilmiah. Melalui pendekatan rasional imu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang bersifat fakta dengan yang tidak. Sehingga secara sederhana menurut Suriasumantri (1990:124) semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama antara lain:
1). harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dan
2). harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Jadi, logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif di mana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Oleh sebab itu, maka sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis. Secara teoritis, seseorang dapat mengajukan sebanyak-banyaknya hipotesis atau jawaban sementara untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Namun, dari sekian banyak hipotesis yang diajukan itu hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi yakni hipotesis yang didukung oleh fakta-fakta empiris.
Hipotesis disusun secara deduktif dan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui ilmunya. Penyusunan tersebut memungkinkan terjadinya konsistensi dalam mengembangkan ilmu secara keseluruhan dan menimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan ilmu. Menurut Suriasumantri (1990:125) jika dikaji secara mendalam maka kemajuan ilmu sebenarnya dilakukan oleh manusia biasa yang selangkah demi selangkah menyusun tumpukan-tumpukan ilmu berdasarkan ilmu penemuan sebelumnya bukan dilakukan oleh sekelompok jenius dengan buah pikirannya yang monumental. Sifat inilah yang memungkinkan ilmu berkembang secara relatif lebih pesat dibandingkan dengan pengetahuan lainnya misal filsafat.

2.2.4. Alur tahapan dalam metode ilmiah
Dalam pengkajian filsafat seorang filsuf selalu mulai dari bawah dalam menyusun sistem pemikirannya dan membangun sistem tersebut secara keseluruhan lengkap dengan bangunan dan isinya. Sedangkan dalam kegiatan ilmiah, maka tiap ilmuwan menyumbangkan bagian kecil dari sistem keilmuan scera keseluruhan karena sifatnya kumulatif maka ilmu berkembang dengan sangat pesat.
Penyusunan hipotesis yang merupakan jembatan antara pemecahan masalah yang dihadapi dengan penemuan jawaban terhadap masalah tersebut menyebabkan metode ilmiah sering dikenal dengan proses logico-hypothetico-verifikasi atau menurut Tyndall dikenal sebagai “perkawinan hubungan antara deduksi dan induksi”.12 Proses induksi memegang peranan dalam tahap verifikasi atau pengujian hipotesis dengan dikumpulkannya fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.
Pada dasarnya proses berfikirnya adalah deduktif, namun kegiatannya tidak terlepas dari proses induktif. Penyusunan hipotesis dilakukan dalam kerangka permasalahan yang bereksistensi secara empiris dengan pengamatan yang akan mempengaruhi proses berpikir deduktif. Karena, kegiatan tersebut mendekatkan hipotesis yang disusun dengan dunia fisik maka secara teoritis memberikan peluang yang besar bahwa hipotesis dapat diterima.
Setelah penyusunan hipotesis dilakukan langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis tersebut dengan mengkonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering kali dalam hal ini kita harus melakukan langkah perantara yakni menentukan faktor-faktor apa yang dapat kita uji dalam rangka melakukan verifikasi terhadap keseluruhan hipotesis tersebut. Proses pengujian tersebut merupakan pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Fakta-fakta ini kadang-kadang bersifat sederhana yang dapat ditangkap secara langsung dengan pancaindera kita dan ada juga memerlukan instrumen yang membantu pancaindera kita umpamanyateleskop dan mikroskop.13
Selanjutnya, uraian mengenai alur berpikir dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
SKEMA 1
ALUR TAHAPAN METODE ILMIAH












Sebagai keterangan dari alur proses metode ilmiah atau kerangka ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi di atas terdiri dari langkah-langkah berikut:
1). Perumusan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasannya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2). Penyusunan kerangka berpikir
Dalam pengujian hipotesis; merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3). Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementrara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4). Pengujian hipotesis
Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis dan diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis atau tidak.
5). Penarikan kesimpulan
Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya jika fakta yang mendukung pengujian hipotesis tidak cukup maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis diterima d bagian dari pengetahuan ilmiah, karena telah memenuhi persyaratan keilmuan yang mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.14
Agar penelaahan dapat disebut ilmiah, maka keseluruhan langkah di atas harus ditempuh. Meskipun secara konseptual tersusun dalam urutan yang teratur, di mana langkah yang satu menjadi landasan bagi langkah selanjutnya namun dalam prakteknya sering terjadi lompatan-lompatan. Hubungan antara langkah yang satu dengan langkah yang lain tidak terikat secara statis melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Dengan jalan ini diharapkan diprosesnya pengetahuan yang bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya serta teruji kebenarannya secara empiris.15
Metode ilmiah penting, bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Menurut Jacob Bronowski, hakikat metode ilmiah bersifat sistematik dan eksplisit.16 Sifat eksplisit memungkinkan terjadinya komunikasi yang intensif dalam kalangan masyarakat ilmuwan. Ilmu ditemukan secara individual dan dimanfaatkan secara sosial. Ilmu merupakan pengetahuan milik umum (public knowledge) di mana teori ilmiah yang ditemukan secara individual, diulangi, dan dimanfaatkan secara komunal. Karakteristik tersebut mengharuskan seorang ilmuwan untuk menguasai sarana komunikasi ilmiah dengan baik yang memungkinkan komunikasi eksplisit antar-ilmuwan secara intensif.
Suriasumantri menyimpulkan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Proses pembuktian ilmu tidaklah bersifat absolut. Pada hakikatnya suatu hipotesis dapat kita terima kebenarannya selama tidak didapatkan fakta yang menolak hipotesis tersebut. Hal ini membawa dimensi baru kepada hakikat ilmu yakni sifat pragmatis ilmu. Ilmu tidak mencari kebenaran absolut melainkan mencari kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan ilmu tertentu. Hipotesis-hipotesis yang sampai saat ini tidak ditolak kebenarannya, dan mempunyai manfaat bagi kehidupan kita, dianggap sebagai pengetahuan yang shahih dalam keluarga keilmuan.

2.2.5. Macam-macam metode ilmiah
Metode ilmiah pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Bila terdapat kedua perbedaan pada kedua ilmu ini maka perbedaan tersebut hanya pada aspek-aspek tekniknya saja dan bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologisnya.
Metode ilmiah ini tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam kelompok ilmu. Matematika dan bahasa tidak mempergunakan metode ilmiah dalam menyusun pengetahuannyasebab matematika bukanlah ilmu melainkan pengetahuan yang merupakan sarana berpikir ilmiah. Demikian juga sastra yang termasuk kepada humaniora tidak mempergunakan metode ilmiah. Meskipun demikian, beberapa aspek pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah dalam pengkajiannya misalnya pengajaran bahasa, sastra dan matematika.
Adapun macam-macam metode ilmiah terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Metode Siklus-Empirik
(1) Metode ini digunakan untuk ilmu yang disebut Naturwissenschaften atau ilmu-ilmu kealaman.
(2) Metode siklus-empirik menunjukkan pada dua hal pokok yaitu siklus mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang dan siklus empirik yang menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki.
(3) Metode siklus-empirik ini mencakup lima tahapan yakni observasi (berbuat lebih dari sekedar melakukan pengamatan biasa), induksi (dipermudah dengan menggunakan alat bantu matematik dalam merumuskan serta mengumpulkan data empirik), deduksi (data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut), eksperimen (pernyataan yang telah dijabarkan diuji dengan verifikasi atau klasifikasi secara rasional), dan evaluasi (dilakukan evaluasi dari semua tahapan).
2) Metode Linier
(1) Metode ini digunakan untuk ilmu yang disebut Geiteswissenschaften atau ilmu-ilmu budaya atau Behavioral Science dan ilmu-ilmu sosial humanistik.
(2) Metode linier mencakup tiga tahapan yakni persepsi (penangkapan data melalui indra), konsepsi (pengolahan data dan penyusunannya dalam suatu sistem), dan prediksi (penyimpulan sekaligus peramalan).

Berdasarkan hubungan objek dan metode masing-masing, maka untuk memahami metode yang seharusnya dipergunakan dalam ilmu-ilmu tipe tertentu harus dipahami ciri-ciri mendasar yang berlaku dalam objek ilmu-ilmu tersebut. Ciri dasar dari ilmu-ilmu kealaman adalah melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan regristrasi indrawi secara langsung dalam wujud eksperimen, dan ada sesuatu determinisme dalam objeknya yang menimbulkan reaksi tertentu. Sementara, ciri dasar dari ilmu-ilmu sosial humanistik adalah bersangkutan dengan aspek-aspek tingkah laku manusiawi, normatif-teleologis, dan menentukan arti, nilai, dan tujuan.
Penelitian yang merupakan pencerminan secara konkret kegiatan ilmu dalam memproses pengetahuannya memiliki metodologi tersendiri. Metodologi penelitian ilmiah dan hakikatnya merupakan operasionalisasi dari metode keilmuan atau dengan perkataan lain, struktur berpikir yang melatarbelakangi langkah-langkah dalam penelitian ilmiah adalah metode keilmuan. Langkah-langkah penelitian yang mencakup apa yang diteliti, bagaimana penelitian dilakukan serta untuk apa hasil penelitian digunakan adalah koheren dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis keilmuan. Dengan demikian maka pengetahuan filsafati yang bersifat potensial secara konkret memperkuat kemampuan ilmuwan dalam melakukan kegiatan ilmiah secara operasional.
Melalui metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan dengan berbagai pengetahuan lainnya dapat dikatakan berkembang dengan pesat. Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari komunikasi ilmiah di mana penemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota masyarakat ilmuwan lainnya. Komunikasi yang menunjang intensitas dan efektivitas komunikasi tersebut digunakan komunikasi tertulis dalam bentuk majalah, buletin, jurnal, mikro film dan berbagai media massa lainnya.
Sampai pertengahan abad ketujuh belas komunikasi antar ilmuwan dilakukan secara korespondensi pribadi serta publikasi makalah atau pamflet sewaktu-waktu. Pada tahun 1654 The Roral Society didirikan di London yang disusul oleh Academic Francaise yang didirikan di Paris pada tahun 1663. Laporan pertemuan ilmiah dari The Roral Society muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1664 setelah ini komunikasi dan kerja sama antar ilmuwan dalam bentuk kelembagaan, himpunan dan penerbitan jurnal berkembang dengan pesat.20
Berbagai percobaan ilmiah dapat diulang oleh ilmuwan lainnya yang berhasrat, dan sekiranya dalam pengulangan tersebut didapatkan hasil yang sama, serta merta ilmuwan itu akan menerima dan mendukung kebenaran yang dimaksud. Akhirnya seluruh kalangan keilmuan akan menerima kebenaran ilmiah itu dengan demikian dunia keilmuan menganggap semua permasalahan mengenai hal tersebut telah selesai dan ilmu mendapatkan pengetahuan baru yang diterima oleh seluruh ilmuwan. Dengan demikian ilmu berkembang dengan cepat dalam dinamika yang dipercepat karena penemuan yang satu akan menyebabkan penemuan yang lainnya.
Ilmu juga bersifat konsisten karena penemuan yang satu didasarkan kepada penemuan-penemuan sebelumnya. Namun, hal ini tidak seluruhnya benar karena sampai saat ini belum satu pun dari seluruh disiplin keilmuan yang berhasil menyusun satu teori yang konsisten dan menyeluruh. Bahkan dalam fisika, yang merupakan prototipe bidang keilmuan yang relatif maju, satu teori yang mencakup segenap dunia fisik kita belum dapat dirumuskan.
Teori ilmiah masih merupakan penjelasan yang bersifat sebagian sesuai dengan tahap perkembangan keilmuan yang masih sedang berjalan. Demikian juga dalam jalur perkembangan ini belum dapat dipastikan bahwa kebenaran yang sekarang diterima oleh kalangan ilmiah akan benar pula di masa yang akan datang. Sejarah ilmu telah mencatat betapa banyak kebenaran ilmiah di masa yang lalu yang sekarang ini tidak dapat diterima lagi karena manusia telah menemukan kebenaran lain yang ternyata lebih dapat diandalkan. Walaupun demikian, ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap permasalahan yang dihadapi manusia pada suatu waktu tertentu.

2.2.6. Fungsi metode ilmiah
Gazalba dalam Amsal (2005:78) menggambarkan “ilmu adalah pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah yang sesederhana mungkin, pelukisan secara lengkap dan konsisten itu melalui tahap pembentukan definisi, melakukan analisa, melakukan pengklassifikasian dan melakukan pengujian”.
Berikutnya adalah ilmu atau pengetahuan ilmiah mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut:
1) Menjelaskan
Ilmu dapat menjelaskan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
2) Meramal
Ilmu dapat memprediksi hal-hal apa yang akan terjadi dan menyiapkan antisipasi.
3) Mengontrol
Ilmu senantiasa mengontrol perkembangan dan kemajuan zaman.
Berdasarkan uraian tersebut, sebagai contoh dari fungsi pengetahuan ilmiah tentang keterkaitan antara hutan gundul dengan banjir memungkinkan kita untuk bisa meramalkan apa yang akan terjadi sekiranya hutan-hutan terus ditebang sampai tidak tumbuh lagi. Sekiranya kita tidak menginginkan timbulnya banjir sebagaimana diramalkan oleh penjelasan tadi, maka kita harus melakukan kontrol agar hutan tidak dibiarkan menjadi gundul. Dari ramalan tersebut, kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.Demikian juga, jika kita mengetahui bahwa hutan-hutan tidak ditebang sekiranya ada pengawasan, maka untuk mencegah banjir kita harus melakukan kontrol agar kegiatan pengawasan dilakukan, agar dengan demikian hutan dibiarkan tumbuh subur dan tidak mengakibatkan banjir.
Ada empat jenis pola penjelasan dalam metode ilmiah, yaitu:
1) Deduktif
Mempergunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Probabilitas
Merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yang dengan demikian tidak memberi kepastian dimana penjelasan bersifat peluang seperti “kemungkinan”, “kemungkinan besar” atau “hampir dapat dipastikan”.
3) Fungsional/Teleologis
Merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan mempunyai karakteristik dan pekembangan tertentu.
4) Genetik
Mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dengan menjelaskan gejala yang muncul kemudian.

2.3. Epistemologi; Struktur Pengetahuan Ilmiah
2.3.1. Gambaran umum struktur pengetahuan ilmiah
Sebelum membahas skema struktur pengetahuan ilmiah, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian dari struktur. Pengertian struktur adalah cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun, susunan, bangunan (KBBI, 2004:1425). Sementara menurut Senn dalam Suriasumantri (1990:128) meskipun tidak secara gamblang ia menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangun struktur.
Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini tidak dilakukan dengan sewenang-wenang, melainkan merupakan hasil petunjuk yang menyertai susunan limas ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secara berbeda-beda meresap sampai dasar ilmu.
Istilah pada ilmu pasti yang lama masih merujuk pada sesuatu seperti ruang (ruang fisis), garis lurus (garis lurus lintasan sinar cahaya dalam hampa udara), sekarang lebih baik diganti dengan lambang tanpa arti seperti X maupun Y. Perkataan tertentu biasa disebut aksioma yang sebetulnya merupakan semacam definisi mengenai istilah-istilah itu, memberikan petunjuk bagaimana pengertian dasar ini dapat dipergunakan.
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan atau yang disebut sebagai ilmiah atau ilmu. Pengetahuan ilmiah ini diproses lewat serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan, dan dari karakteristik inilah maka ilmu sering dikonotasikan sebagai disiplin. Kemudian, disiplin ini memungkinkan ilmu berkembang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu diibaratkan sebagai piramida terbalik dengan perkembangan pengetahuannya yang bersifat kumulatif dimana penemuan pengetahuan ilmiah yang satu memungkinkan penemuan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang lainnya.
Sebuah hipotesis yang teruji secara formal diakui sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru memperkaya khasanah ilmu yang telah ada. Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuat. Apabila sebuah pengetahuan baru itu benar, maka akan diterima oleh orang banyak. Sebaliknya, jika pengetahuan baru tersebut salah, maka lambat laun akan diketahui dan diperbarui.

2.3.2. Hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
Pada dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Dimana para ilmuan memberikan sumbangsih pemikiran menurut kemampuan masing-masing. Lalu, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala itu berdasarkan penjelasan yang ada.
Sementara itu, teori diartikan sebagai pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin ilmu. Contohnya, dalam ilmu ekonomi dikenal teori ekonomi makro dan mikro, sedangkan dalam fisika dikenal dengan teori mekanika Newton dan teori relativitas. Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Dalam teoori ilmu ekonomi mikro umpamanya kita mengenal hukum permintaan dan penawaran. Jika permintaan naik maka harga akan naik pula. Namun, sebaliknya jika permintaan berkurang, maka harganya pun akan turun juga.
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan menjadi suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Misalnya : Teori ekonomi makro, teori ekonomi mikro, teori mekanika Newton, teori relativitas Einstein. Tujuan akhir disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.
Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Contohnya, teori ekonomi mikro terdiri dari hukum penawaran dan permintaan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi, sedangkan hukum adalah memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi.
Dimana teori dan hukum merupakan “alat” kontrol gejala alam yang bersifat universal. Teori-teori yang tingkat keumumannya rendah disatukan menjadi satu teori yang mampu mengikat keseluruhan teori-teori tersebut. Misalnya Teori yang dikemukakan oleh Ptolomeus, Copernicus, Johannes Keppler kemudian disatukan kedalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Newton.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara ideal harus bersifat universal. Sekiranya hukum permintaan dan penawaran hanya berlaku buat padi dan terbatas di daerah Karawang saja, umpamanya pengetahuan semacam ini kurang fungsional sebagai teori ilmiah. Pertama, hal ini disebabkan karena berlaku untuk padi namun tidak untuk hamburger atau televisi yang kesmuanya merupakan benda ekonomi. Kedua, pernyataan itu hanya berlaku untuk daerah Karawang saja dan tidak berlaku untuk daerah lain. Pengetahuan tentang Goyang Karawang yang memang khas Karawang mungkin berguna dalam diskusi yang tidak bersifat ilmiah. Namun, pengetahuan ilmiah tentang pembentukan harga padi terbatas di daerah Karawang.
Dalam usaha mengembangkan tingkat keumuman yang lebih tinggi ini, maka dalam sejarah perkembangan ilmu kita melihat berbagai contoh dimana teori-teori yang mempunyai tingkat keumuman yang lebih rendah disatukan dalam suatu teori umum yang mampu mengikat keseluruhan teori-teori tersebut. misalnya, sejarah perkembangan Fisika umpamanya mengenal teori tentang “Gerak Jatuh Bebas” yang didemonstrasikan oleh Galileo Galilei dengan menjatuhkan dua benda yang berbeda beratnya dari menara Pisa Prancis. Sampai waktu itu orang masih percaya kepada teori Aristoteles yang menyatakan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh ke tanah dengan lebih cepat. Akan tetapi tahun 1564-1642, Galileo dengan hasil demonstrasinya ini yang bersifat teatrik membenarkan teori lama dari Aristoteles.
Selain itu juga, Copernikus di tahun 1473-1543 mengembangkan teori baru bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi, tetapi sebaliknya bumilah yang berputar mengelilingi matahari. Teori ini merupakan perombakan terhadap teori lama yang dikemukakan oleh Ptolemaus dari Alexandria yakni pusat dari jagat raya dengan palnet-planetnya yang berputar mengelilingi orbit-orbitnya yang berbentuk lingkaran. Selanjutnya, teori Copernikus disempurnakan ini oleh Johannes Kepler tahun 1571-1630. Lalu, Thyco Branhe di tahun 1546-1601 menyatakan pada tahun 1609 bahwa orbit planet-planet dalam mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran seperti apa yang dipercayai sebelumnya akan tetapi berbentuk elips.
Berikutnya adalah prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. Misalnya, hukum sebab akibat suatu gejala. Misalnya saja hukum sebab akibat sebuah gejala. Sebagai contoh prinsip ekonomi, prinsip kekekalan energi dan sebagainya.
Akhirnya, Newton (1642-1727) menerbitkan Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang mempersatukan teori Galileo, Kopernikus dan Keppler. Teorinya adalah bahwa semua gerak, baik yang terjadi di langit atau di bumi, tunduk kepada hukum-hukum yang sama. Dengan demikian, maka hukum Newton menggantikan semua hukum yang ada sebelumnya tadi.
Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut sebagai postulat yakni asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktian lagi. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disahkan lewat sebuah proses yang disebut metode keilmuan. Postulat ilmiah ditetapkan tanpa melalui prosedur ini melainkan ditetapkan secara begitu saja.
Apabila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tentang kebenarannya, maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam sebuah argumentasi ilmiah. Asumsi adalah haruslah merupakan pernyataan yang kebenarannya dapat teruji secara empiris. Contohnya, orang yang mengemudi di jalan raya di pagi hari, maka ia akan mengendarai mobil dengan kecepatan penuh karena suasananya masih sepi.
Sebuah teori yang berlaku di negara tertentu belum tentu cocok dengan negara lain, sekiranya asumsi tentang manusia dalam teori tersebut umpamanya tidak berlaku. Demikian juga dengan bermacam-macam teori lainnya yang tersedia dalam khasanah pengetahuan ilmiah. Kita harus memilih teori yang terbaik dari sejumlah teori-teori yang ada berdasarkan kecocokan asumsi yang dipergunakannya. Inilah sebabnya maka dalam pengkajian ilmiah seperti penelitian diituntut untuk menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, prinsip serta dasar-dasar pikiran lainnya yang dipergunakan dalam mengembangkan argumentasi.
Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada sifat dasar yang berhasrat dan ingin berbuat (to know and to do) dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi kami ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam Ilmu teoritis (theoretical science) dan Ilmu praktis (practical science).
Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan.
Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta merta mengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya dalam garis besarnya saja.
Penelitian murni atau penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini :Mekanika Mekanika Teknik, Hidrodinamika Teknik Aeronautikal /Teknik & Desain Kapal, Bunyi Teknik Akustik, Cahaya & Optik Teknik Iluminasi, Kelistrikan / Teknik Elektronik/ Magnestisme Teknik Kelistrikan, Fisika Nuklir Teknik Nuklir.
Cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilniu sosial yang lainnya mempunyai cabang-cabang lagi seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
Banyak sekali konsep ilmu-ilmu sosil “murni” dapat diterapkan langsung kepada kehidupan praktis, ekonomi umpamanya, meminjam perkataan Paul Samuelson, merupakan ilmu yang beruntung (Fortunate) karena dapat diterapkan langsung kepada kebijaksanaan umum (public policy).
Jadi, penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar, sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidupan yang bersifat praktis dinamakan penelitian terapan. Dengan menguasai pengetahuan ini, maka manusia mengembangkan teknologi atau peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang memberi kemudahan dalam kehidupannya.

2.3.2. Terbentuknya pengetahuan menjadi ilmu
Bebagai keterangan mengenai obyek sebenarnya itu dituangkan dalam pernyataan-pernyataan, petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan obyek sederhana itu. Memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomenon yang ditelaah. Dapat dibedakan menjadi tiga ragam proposisi yaitu:
a. Asas ilmiah
Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
b. Kaidah ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena.
c. Teori ilmiah
Suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena.

Penerapan ilmu terhadap teknologi menurut Azyumardi Azra dalam Suriasumantri (2005:161) yaitu penerapan ilmu terhadap teknologi memang tidak selalu merupakan rahmat bagi manusia, sebab disamping dapat dipergunakan untuk tujuan destruktif juga menimbulkan implikasi moral, sosial dan kultural. Manusia disebut homo faber (makhluk yang membuat peralatan) dan homo sapiens (makhluk yang berpikir).
Jadi, secara ringkas struktur pengetahuan ilmiah terdiri dari adanya pengetahuan secara umum, dilakukan metode ilmiah, muncul ilmu yang didasari oleh teori, hukum, prinsip, postulat, asumsi, diadakan penelitian baru atau penelitian lanjutan (penelitian pengembangan) akan muncul pengetahuan yang baru lagi yang disebut ilmu baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema alur di berikut ini :





SKEMA 2
ALUR STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH































Sebagai penjelasan dari skema alur struktur pengetahuan ilmiah tersebut adalah adanya pengetahuan yang merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, sebagai sumber jawaban dari setiap pertanyaan yang dimunculkan oleh manusia dalam menghadapi gejala alam yang ada menimbulkan pertanyaan bagaimana pengetahuan itu disusun dengan benar. Pengetahuan ini tadi sebelum menjadi sebuah ilmu akan diujikan dengan sesuai syarat-syarat dari metode ilmiah. Apabila pengetahuan tersebut telah memenuhi persyaratan metode ilmiah, maka akan muncullah sebuah ilmu baru. Sebelum terbentuk menjadi sebuah ilmu terlebih dahulu didasari teori, hukum, prinsip, postulat, asumsi. Setelah itu diadakan penelitian baru atau penelitian lanjutan (penelitian pengembangan) yang akhirnya akan muncul pengetahuan yang baru lagi yang disebut ilmu baru. Demikian adanya ilmu baru sebagai pengetahuan yang benar dari struktur pengetahuan ilmiah.

C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan sendiri merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, sebagai sumber jawaban dari setiap pertanyaan yang dimunculkan oleh manusia dalam menghadapi gejala alam yang ada menimbulkan pertanyaan bagaimana pengetahuan itu disusun dengan benar, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Sementara, ilmu merupakan bagian yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu jika ia memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam metode ilmiah.
Selanjutnya, metode ilmiah merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Dalam metode ilmiah terdapat metodologi secara filsafati bagamana mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan epistemologi. Pengetahuan yang merupakan jawaban setiap pertanyaan yang dihadapi dalam kehidupan akan memecahkan permasalahannya yang bersifat nyata menggunakan akal pikiran. Untuk memecahkan permasalahan tersebut dimunculkan jawaban sementara dinamakan dengan hipotesis.
Penyusunan hipotesis dilakukan dmelalui pengamatan secara empiris dengan berpikir deduktif. Kemudian diadakan pengujian terhadap hipotesis tersebut dengan mengkonfrontasikannya dengan dunia nyata melalui pengumpulan fakta-fakta yang relevan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dapat diterima ataupun ditolak yang kemudian ditarik kesimpulan. Semuda kegiatan ilmiah tersebut disebut dengan logico-hypothetico-verifikasi.
Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian penting dipelajari mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun, bersistem dan kompleks. Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam yang terjadi.
Ilmu-ilmu murni berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan. Ilmu-ilmu terapan ini akan melahirkan teknologi atau peralatan-peralatan yang berfungsi sebagai sarana yang memberi kemudahan dalam kehidupan.Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah melalui kegiatan ilmiah atau penelitian sehingga didapat suatu pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Pengetahuan ilmiah atau ilmu yang diperoleh tersebut dilandasi oleh teori, hukum, prinsip, postulat, asumsi dan argumentasi. Kemudian dari ilmu lama yang terbentuk diadakan penelitian lagi sehingga didapat pengetahuan baru.
Dengan mengetahui struktur dari ilmu ini maka dapat kita bedakan nantinya pemahaman dari sejauh mana kajian mengenai gejala-gejala alam. Bekal ini pula yang nantinya kita pergunakan dalam penelitian-penelitian yang akan kita lakukan. Tampaknya akal budi manusia tidak mungkin berhenti berpikir, hasrat mengetahui ilmuan tidak dapat padam, dan keinginan berbuat seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini berarti perkembangbiakan pengetahuan ilmiah akan berjalan terus dan pembagian ilmu yang sistematis perlu dari waktu ke waktu diperbaharui.

Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Press.
Beerling, Kwee dan Van Peursen. 1990. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat, Buku I. Jakarta : Bulan Bintang.
Hadi, P.Hardono. 1994. Epistemologi ; Filsafat Pengetahuan.Yogyakarta : Kanisius.
Mudyahardjo, Redja. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sudarminta, J. 2002. Epistemologi Pengantar Dasar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta : Kanisius.
Sudjana. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Suriasumantri, Jujun. S. 2005. Filsafat Ilmu ; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
www.Ivan272’s.Blogspot.com. ”Struktur Ilmu dalam Filsafat Ilmu”. Diakses tanggal 20 Desember 2008.
www.sttip.com/modul%20filsafat%20ilmu%.pdf.”Filsafat Ilmu diambil dari Wismapandia. Diakses tanggal 20 Desember 2008.