Rabu, 10 Juni 2009

PRODUK DESAIN INSTRUKSIONAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SEMESTER II DI SMP NEGERI 2 INDRALAYA UTARA


ANALISIS KASUS PADA :
Standar Kompetensi : 4. Menampilkan Perilaku Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
Kompetensi Dasar : 4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat
secara bebas dan bertanggung jawab

Oleh : Husnil Kirom (20082013001)
Mahasiswa Teknologi Pendidikan


Pendahuluan
Sebelum seorang pengembang instruksional membuat produk desain instruksional yang baik, maka terlebih dahulu ia harus melakukan delapan langkah-langkah dalam menghasilkan produk desain instruksional. Setidaknya ada delapan langkah-langkah yang harus dilakukan sesuai dengan gambar model pengembangan instruksional di bawah ini. Adapun kedelapan langkah-langkah tersebut antara lain:
1) Melakukan analisis kebutuhan;
2) Melakukan analisis instruksional;
3) Mengidentifikasi perilaku awal siswa dan lingkungan;
4) Menuliskan Tujuan Instruksional Khusus;
5) Menulis tes acuan patokan;
6) Menyusun strategi instruksional,
7) Mengembangkan bahan instruksional,
8) Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif.
Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah produk desain instruksional dapat dilihat dalam bagan di berikut ini.









Bagan 1
Langkah-Langkah Produk Desain Instruksional











(Suparman, 2004:16).
Dari setiap langkah-langkah ini memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Sebagai contoh, langkah pertama melakukan analisis kebutuhan berfungsi menentukan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kesenjangan antara yang seharusnya dimiliki siswa dengan apa yang telah siswa miliki. Dengan kata lain sebagai pengidentifikasian masalah yang dihadapi untuk dipecahkan. Perumusan tujuan instruksional umum dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari analisis kebutuhan.
Selanjutnya, menurut Suparman (1997:65) secara umum informasi yang diperoleh dalam proses mengidentifikasi kebutuhan instruksional adalah kompetensi siswa saat ini untuk dibandingkan dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai agar dapat melaksanakan pekerjaan atau tugasnya dengan baik. Langkah ini merupakan titik tolak dan sumber bagi langkah-langkah berikutnya. Oleh karena itu, kebingungan yang terjadi dalam langkah permulaan ini akan menyebabkan seluruh kegiatan pengembangan instruksional kehilangan arah. Setelah selesai dilakukan analisis kebutuhan, langkah berikutnya yang akan dilaksanakan adalah melakukan analisis instruksional (Suparman, 1997:60).
Langkah kedua yaitu melakukan analisis instruksional. Keterampilan melakukan analisis instruksional ini sangat penting artinya bagi kegiatan instruksional. Alasannya karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan terlebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian, pengajar akan jelas melihat arah kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebut sebagai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini berarti pengajar akan terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU yang ditetapkan (Suparman, 1997:120).
Hasil analisis instruksional ini berkaitan erat dengan hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dan lingkungan nantinya. Atas dasar keduanya, pengembang instruksional dalam hal ini guru dapat menyusun Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau dalam KTSP adalah indikator atau tujuan pembelajaran yang relevan dengan TIU.
Setelah itu, langkah ketiga adalah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dan lingkungan. Langkah ini bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK tadi (Suparman, 1997:158).
Lalu, langkah keempat dari produk desain instruksional ini adalah menuliskan TIK. Perumusan TIK disesuaikan dengan menggunakan empat komponen perumusan TIK secara lengkap sesuai dengan rumus ABCD. Dalam hal ini rumus ABCD sebagai komponen perumusan TIK yaitu :
a. Audience yang diartikan mahasiswa;
b. Behavior yang diartikan sebagai perilaku yang diinginkan;
c. Condition yang diartikan sebagai keadaan yang ada; dan
d. Degree yang diartikan sebagai target pencapaian hasil dari pembelajaran.
Dari rumusan ABCD sebagai komponen TIK di atas, maka semua isi pelajaran untuk setiap TIK akan tergambar dalam strategi instruksional yang dibuat oleh pengembang instruksional atau guru itu sendiri (Suparman, 1997:172).
Langkah kelima dalam menghasilkan produk desain instruksional ini adalah menuliskan tes acuan patokan yang bertujuan untuk mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional. Hasil pencapaian siswa ini merupakan petunjuk tentang tingkat keberhasilan sistem instruksional yang digunakan. Setelah menuliskan tes acuan patokan, tes tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi intruksional yang direncanakan.
Kemudian, langkah keenam adalah menyusun strategi instruksional. Langkah ini dilakukan untuk membahas hal-hal yang berkaitan tentang bagaimana sebaiknya pengajar mengatur urutan kegiatan instruksional yang akan dilakukan setiap kali ia mengajarkan suatu bagian atau materi dari mata kuliah atau mata pelajaran yang diasuhnya (Suparman, 1997:202).
Langkah ketujuh yaitu mengembangkan bahan instruksional berdasarkan strategi intruksional dan tes yang telah disusun sebelumnya. Seluruh bahan instruksional tersebut dikembangkan melalui proses yang sistematis atas dasar prinsip belajar dan prinsip intruksional serta kadang-kadang digunakan pula akal sehat dalam mengembangkan bahan ajar ini (Suparman, 1997:271).
Selanjutnya, langkah kedelapan atau langkah terakhir dari produk desain instruksional yang akan dibuat adalah menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif. Langkah ini membahas mengenai bagaimana cara melaksanakan evaluasi formatif terhadap bahan instruksional yang telah dibuat. Sementara faktor yang akan dievaluasi adalah pelaksanaan kegiatan intruksional dengan menggunakan bahan ajar, pedoman pengajaran, pedoman siswa, dan tes. Demikian uraian singkat mengenai langkah-langkah dalam menghasilkan produk desain instruksional secara umum.
Berdasarkan uraian tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai produk desain instruksional, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas VII semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir. Produk ini dihasilkan dari kegiatan analisis kasus pada materi Bab IV tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat. Adapun Standar Kompetensinya adalah menampilkan perilaku kemerdekaan mengeluarkan pendapat, sedangkan Kompetensi Dasar dari materi ini adalah menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
Berikut ini merupakan penjabaran dari produk desain instruksional mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir yang telah dihasilkan. Penjelasannya mulai dari melakukan analisis kebutuhan sampai pada melaksanakan evaluasi formatif.
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran pada materi Bab IV tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat, dengan Standar Kompetensi yaitu menampilkan perilaku kemerdekaan mengeluarkan pendapat dan Tujuan Instruksional Umum atau TIU yang dalam hal ini disebut Kompetensi Dasar adalah menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Selanjutnya, akan dilakukan mulai dari mengidentifikasi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diharapkan ke depan. Lalu, dilanjutkan sampai kepada proses pelaksanaan pemecahan masalah dan evaluasi terhadap efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Menurut Klien (1997:67) bahwa tahap-tahap pengukuran dalam analisis kebutuhan ada empat yaitu :
1. Mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Bab IV tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat dengan Standar Kompetensi yaitu menampilkan perilaku kemerdekaan mengeluarkan pendapat. Adapun Kompetensi Dasar atau dikenal dengan istilah Tujuan Instruksional Umumnya adalah menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
2. Menyusun dan mengurutkan tujuan berdasarkan tingkat kepentingan.
Untuk menyusun dan mengurutkan tujuan berdasarkan tingkat kepentingan akan dikembangkan ukuran kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu. Setelah itu diharapkan didapatkan kesepakatan persyaratan perubahan dari berbagai pihak pendidikan. Selanjutnya, data dikumpulkan untuk mengetahui apakah indikator kesenjangan tersebut terpenuhi atau tidak. Langkah berikutnya yaitu merumuskan tujuan instruksional khusus secara rinci. Kemudian program terrsebut dikembangkan dan dilaksanakan. Pada tahap terakhir adalah melakukan evaluasi dan revisi.
3. Mengidentifikasi kesenjangan antara penampilan atau performance yang ada dan yang diharapkan.
Pada tahap ini akan dianalisis kesenjangan antara pembelajaran terdahulu dan yang akan diharapkan. Sebelum dianalisis kesenjangannya, diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan siswa dan kebutuhan guru. Adapun kebutuhan siswa dan guru setelah diklasifikasikan, sebagai berikut :
a. Kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa tentang materi, pemahaman dasar dan pemahaman lanjutan, dan pengayaan dari materi yang akan diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, kebutuhan siswa ini harus dapat dipenuhi oleh guru yang bersangkutan. Jika tidak dipenuhi, maka apa yang diajarkan akan sia-sia atau terbuang percuma. Artinya, bagaimanapun caranya guru harus dapat memenuhi keinginan siswa.
b. Kebutuhan guru
Kebutuhan guru dimulai dari mempersiapkan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang berisikan informasi pengetahuan materi sebelumnya, alat dan sarana yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran, dan mengantisipasi jika sarana tersebut tidak tersedia. Tujuannya agar Kompetensi Dasar atau TIU yang telah dirumuskan dapat diuraikan ke dalam TIK dan menjadi satu desain pembelajaran yang utuh serta dapat tercapai dengan sempurna.
Setelah diklasifikasikan, diketahui bahwa analisis kesenjangan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan atau terdahulu dan pembelajaran yang akan diharapkan ke depan dapat dilihat dalam tabel, berikut ini :
Tabel 1
Analisis Kesenjangan Pembelajaran Awal dan Ke Depan
Pembelajaran Awal/Terdahulu Pembelajaran Ke depan
1) Kurangnya bahan bacaan atau bahan ajar untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII semester II, khususnya materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat.


2) Pengetahuan dasar siswa tentang pengertian mengeluarkan pendapat, peraturan perundang-undangan yang mengatur kebebasan mengeluarkan pendapat, bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, tata cara mengemukakan pendapat secara baik dan benar, yang dikuasai masih rendah.
1) Diharapkan telah tersedianya bahan bacaan atau bahan ajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII semester II, khususnya materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat.

2) Siswa telah memiliki pengetahuan dasar tentang pengertian mengeluarkan pendapat, peraturan perundang-undangan yang mengatur kebebasan mengeluarkan pendapat, bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, tata cara mengemukakan pendapat secara baik dan benar sebagai prasyarat dalam pembelajaran.
Lanjutan tabel 1
Tabel 1
Analisis Kesenjangan Pembelajaran Awal dan Ke Depan
Pembelajaran Awal/Terdahulu Pembelajaran Ke depan
3) Pemahaman siswa tentang pengertian mengeluarkan pendapat, peraturan perundang-undangan yang mengatur kebebasan mengeluarkan pendapat, bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, tata cara mengemukakan pendapat secara baik dan benar masih rendah ketika dipergunakan di dalam pembelajaran.

4) Siswa terfokus pada materi yang diberikan oleh guru kurang variatif dan disampaikan hanya dengan metode ceramah saja.

5) Belum ada pembelajaran yang dilakukan secara praktik lapangan di luar kelas hanya teori saja.

6) Belum adanya bahan ajar berupa diktat belajar atau lembar kerja siswa yang dibuat guru sendiri, sehingga siswa belum mandiri.

7) Siswa masih sulit dalam memahami dan mengaplikasikan bentuk-bentuk dan tata cara menyampaikan pendapat di muka umum dalam kehidupan sehari-hari. 3) Siswa telah memiliki pemahaman tentang pengertian mengeluarkan pendapat, peraturan perundang-undangan yang mengatur kebebasan mengeluarkan pendapat, bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, tata cara mengemukakan pendapat secara baik dan benar yang menjadi prasayarat dalam pembelajaran.


4) Pembelajaran bervariasi dengan diskusi kelompok, seminar kecil, tugas mandiri dengan membuat makalah, praktik lapangan.

5) Pembelajaran yang akan dilakukan baik secara praktik maupun observasi lapangan.

6) Bahan ajar berupa diktat belajar atau lembar kerja siswa dibuat guru sendiri agar siswa dapat melakukan latihan secara mandiri.

7) Pemberian materi dilakukan dengan pendekatan konstektual (student center) diharapkan siswa bisa memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


4. Menyusun prioritas untuk dilakukan kegiatan.
Adapun prioritas-prioritas yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
1) Membuat Silabus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan;
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan;
3) Membuat bahan ajar dan lembar kerja siswa sesuai dengan silabus;
4) Membuat media pembelajaran tambahan yang disesuaikan dengan silabus;
5) Melakukan evaluasi pada setiap pertemuan atau pokok bahasan; serta
6) Merevisi kembali materi untuk pembelajaran berikutnya.

2. Analisis Instruksional (Tujuan Instruksional Umum/TIU)
Langkah kedua dari pembuatan produk desain instruksional ini adalah melakukan analisis instruksional mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan maateri Bab IV Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat. Sebelumnya akan diuraikan terlebih dahulu mengenai tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional umum.
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional di Indonesia adalah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) Tujuan Institusional
SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir mempunyai tujuan pendidikan, sebagai berikut:
Pada tahun pelajaran 2008/2009 sampai dengan tahun pelajaran 2011/2012 diharapkan:
(1) Sekolah mampu memiliki lulusan yang unggul dalam prestasi akademik dan non akademik;
(2) Sekolah mewujudkan pofesionalitas guru dan tata usaha;
(3) Sekolah mewujudkan penngkatan kompetensi guru dan tata usaha;
(4) Sekolah mampu melaksanakan proses pembelajaran yang variatif dan inovatif;
(5) Sekolah mewujudkan komitmen dan kompetensi tenaga penddik dan kependidikan yang profesional. Dokumen -1 KTSP;
(6) Sekolah mewujudkan silabus semua mata pelajaran dan untuk semua jenjang/tingkatan;
(7) Sekolah mewujudkan RPP semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan;
(8) Sekolah mewujudkan pengelolaan pendidikan partisipatif, transparan, dan akuntabel;
(9) Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan relevan dalam mendukung proses belajar mengajar;
(10) Sekolah memiliki sumber dana yang memadai, memenuhi kegiatan sekolah yang berstandar nasional dan internasional;
(11) Sekolah memiliki sistem penilaian beragam (multiaspek) untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas;
(12) Sekolah memiliki lingkungan sekolah yang kondusif, tertib, bersih, indah, ramah,
(13) Sekolah mewujudkan akhlak yang terpuji;
(14) Sekolah mengembangkan cinta terhadap seni budaya;
(15) Sekolah mewujudkan kemampuan olahraga yang tangguh dan kompetitif;
(16) Sekolah mewujudkan wiyata mandala yang menikmatkan belajar siswa; serta
(17) Sekolah mewujudkan kepramukaan yang menjadi suri teladan.
3) Tujuan Kurikuler
Adapun tujuan kurikuler yang dimaksud disini adalah setelah selesai mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat, maka siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir diharapkan akan dapat menampilkan perilaku kemerdekaan mengeluarkan pendapat.
4) Tujuan Instruksional Umum
Setelah selesai dilaksanakan proses pembelajaran, siswa kelas VII.2 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir diharapkan akan dapat menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.
Untuk lebih jelasnya lagi mengenai analisis instruksional pada materi tersebut dapat dilihat dalam bagan di berikut ini.
Bagan 2
Analisis Instruksional Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat





























3. Analisis Karakteristik Siswa dan Lingkungan
Karakteristik siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir sangatlah beragam (heterogen). Ada di antara siswa yang sudah memiliki pengetahuan awal tentang materi sebagai prasyarat pembelajaran. Akan tetapi ada juga siswa yang belum memiliki pengetahuan awal atau mengetahui materi yang akan dipelajari sebagai prasyarat yang cukup.
Adapun motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam belajar, misalnya beberapa siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan tanggapan baik kepada guru maupun teman sebaya dalam proses pembelajaran melalui diskusi dan tanya jawab. Selain itu, beberapa siswa sudah mampu untuk mempertahankan pendapat atas pertanyaan dan sanggahan guru maupun teman sebayanya tadi.
Selain analisis karakteristik siswa, faktor lingkungan juga sangat penting. Berdasarkan data yang diperoleh melalui obsevasi mengenai faktor lingkungan di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir diperoleh informasi bahwa secara umum lingkungan berperan penting bagi proses pembelajaran siswa. Dalam hal ini baik dari faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitar. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi motivasi dan proses belajar serta prestasi siswa. Lebih lanjut dukungan orang tua memegang peranan penting bagi kesuksesan belajar anak-anaknya.
Selanjutnya, yang berperan penting dalam keberhasilan belajar dan prestasi siswa adalah lingkungan sekolah sendiri tempat siswa menimba ilmu dan pengetahuan. Banyak hal yang didapat siswa, baik dari peran guru di dalam kelas saat menyampaikan pelajaran maupun interaksi siswa dengan komponen sekolah dan sebagainya. Ketersedian dan kelengkapan fasilitas penunjang maupun sarana prasarana belajar siswa juga sangat berperan. Banyak dari siswa yang mengelukan kelengkapan fasiilitas maupun sarana prasarana pendukung belajar dirasakan kurang memadai, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, peran serta masyarakat sebagai lingkungan stakeholder juga mempunyai peranan atau andil dalam mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran serta hasil belajar siswa di sekolah tersebut.
Kemudian, tahap analisis karakteristik siswa dan lingkungan ini dilakukan dengan cara menganalisis karakteristik siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir yang mengikuti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jika dilihat dari gaya belajar siswa di sekolah ini ada yang auditori, visualisasi, dan kinestetik. Dari pembelajaran yang dilakukan siswa diharapkan dapat mengerti, memahami, dan menjelaskan mengenai materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat.
Analisis karakteristik tentang siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ini, antara lain dapat dilihat dari perbedaan usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir.
Di bawah ini diuraikan karakteristik siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
a. Usia
Rentang usia siswa kelas VII.2 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir antara 12-14 tahun.
b. Jenis kelamin
Siswa laki-laki berjumlah 16 orang dan siswa perempuan berjumlah 17 orang.
c. Level pendidikan
Mulai dari Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar
d. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi orang tua siswa rata-rata menengah ke bawah. Apabila dilihat dari pekerjaan masing-masing orang tua siswa ada yang menjadi petani, pedagang, pemborong, Pegawai Negeri Sipil (guru dan pegawai pemda), prajurit TNI dan polisi.
e. Latar belakang
Latar belakang pengetahuan siswa tentang materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat adalah kebanyakan dari mereka baru mendapatkan materi ini. Sehingga pengetahuan tentang materi rata-rata masih kurang, terbatas pada contoh konkrit keadaan-keadaan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
f. Gaya belajar
Gaya belajar siswa pada materi ini beragaman, ada yang belajar dengan auditori, visualisasi dan kinestetik.
g. Pengalaman dan sikap
Masing-masing siswa mempunyai pengalaman dan sikap yang berbeda-beda satu sama lain. Hal tersebut sesuai dengan latar belakang keluarga dan pendidikan yang mereka terima. Bagi siswa yang latar belakang keluarganya mendukung dan sekolah di tempat yang bagus, maka pengalaman belajarnya lebih banyak dan sikapnya baik. Bagi siswa yang keluarganya mendukung tetapi sekolah di tempat biasa, maka pengalaman belajarnya kurang dan sikapnya masih baik. Namun, bagi siswa yang keluarganya kurang mendukung dan sekolah di tempat biasa pengalaman dan sikap mereka biasa.

4. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah semua langkah dilalui, maka langkah berikutnya pengembang instruksional dalam hal ini guru dapat merumuskan tujuan Instruksional khusus atau indikator pencapaian hasil belajar maupun tujuan pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah perumusan TIK. Langkah-langkah yang dilakukan disesuaikan menurut kaidah desain instruksional yang baik dan benar. Dalam hal ini mengikuti langkah-langkah ABCD (Audience, Behavior, Conditions, Degree).
Merumuskan secara lengkap TIK atau indikator pencapaian hasil belajar atau tujuan pembelajaran mengikuti langkah-langkah ABCD ini sebenarnya tidak harus menuliskan berurutan ABCD, bisa saja dari CBAD. Urutan CBAD ini lebih mudah diikuti dan dimengerti apabila ingin memperhatikan perumusan TIK dalam satu kalimat. Asalkan jangan ada satu komponen ABCD atau lebih yang dihilangkan dan harus mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan, agar penulisan perumusan TIK yang dibuat mudah dipahami.
Dalam rangka menentukan TIK tersebut guru harus merumuskan terlebih dahulu indikator pencapaian hasil belajar dari Standar Kompetensi 4. Menampilkan perilaku kemerdekaan mengeluarkan pendapat dan Kompetensi Dasar atau TIU 4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Adapun indikatornya, antara lain:
1. Menjelaskan pengertian tentang mengeluarkan pendapat;
2. Menyebutkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebebasan mengeluarkan pendapat;
3. Memberikan contoh bentuk-bentuk menyampaikan pendapat di muka umum;
4. Menjelaskan tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab;
5. Menjelaskan akibat pembatasan kemerdekaan mengemukakan pendapat; dan
6. Menjelaskan konsekuensi kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa batas.
Langkah tersebut dapat dikelompokkan seperti tabel berikut ini:
Tabel 2
Langkah Perumusan TIK Menurut ABCD
A = Audience B =
Behavior C = Conditions D =
Degree (minimal)

Siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir.
1. Menjelaskan pengertian mengeluarkan pendapat


2. Menyebutkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat

3. Menjelaskan bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum

4. Menjelaskan tata cara menyampaikan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab

1. diberikan



2. diberikan






3. diberikan



4. diberikan



1. dapat menjelaskan dengan baik dan benar

2. 85% benar






3. 85% benar



4. 85% benar


Berikutnya, TIK dalam kalimat yang utuh untuk materi Bab IV Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ini adalah siswa kelas VII.2 semester II SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir, apabila:
1. Diberikan penjelasan mengenai pengertian dari mengeluarkan pendapat, maka siswa akan dapat menjelaskan pengertian dari mengeluarkan pendapat tersebut dengan baik dan benar.
2. Diberikan penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat, maka siswa akan dapat menyebutkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat tersebut minimal 85% benar.
3. Diberikan contoh mengenai bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, maka siswa akan dapat menjelaskan bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum minimal 85% benar.
4. Diberikan penjelasan mengenai tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab, maka siswa akan dapat menjelaskan tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab minimal 85% benar.
5. Menyusun Tes Acuan Patokan
Tahap selanjutnya adalah melakukan penyusunan tes. Tes yang akan dikembangkan oleh guru adalah tes acuan patokan. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan setiap siswa terhadap perilaku yang tercantum di dalam TIK atau indikator pencapaian hasil belajar atau tujuan pembelajaran. Adapun untuk menyusun tes acuan patokan perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan maksud tes.
Tes yang dibuat oleh guru merupakan tes formatif yang digunakan sebagai petunjuk tentang kesulitan siswa dalam bagian-bagian tertentu dari bahan pembelajaran yang digunakan.
2) Membuat tabel spesifikasi untuk tes.
Membuat tabel spesifikasi untuk tes yang dituliskan dalam tabel berikut dengan daftar perilaku siswa kelas VII.2 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir setidaknya 85% benar. Dalam tabel spesifikasi ini hanya diuraikan mengenai daftar perilaku siswa untuk indikator menjelaskan pengertian mengeluarkan pendapat, menyebutkan peraturan perundang-undangan tentang kebebasan mengeluarkan pendapat, memberikan contoh bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum, menjelaskan tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Alasannya adalah karena pertimbangan waktu, keluasan materi ajar, pembuatan soal dan pembahasan.
Adapun untuk lebih jelas lagi mengenai daftar perilaku siswa kelas VII.2 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.






Tabel 3
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Bobot Persentasi Jenis Tes Jumlah
Butir Tes
1 Diberikan penjelasan menge-nai pengertian dari mengeluarkan pendapat 5


10 Pilihan Ganda

Esai 1
(No.2)

1
(No.1)
2 Diberikan penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat 5


10 Pilihan Ganda

Esai 2
(No.1&5)

1
(No.2)
3 Diberikan contoh mengenai bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum 5


10 Pilihan Ganda

Esai 4
(No.3,4,6,9)

2
(No.3&4)
4 Diberikan penjelasan mengenai tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab 5


10
Pilihan Ganda

Esai 3
(No.7,8,10)

1
(No.5)

Jumlah 60 10 PG & 5E

3) Menuliskan butir-butir tes.
Menuliskan butir-butir tes yang dituliskan dalam tabel berikut dengan daftar perilaku siswa kelas VII.2 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir setidaknya 85% benar, apabila:

Tabel 4
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Kalimat Soal
1 Diberikan penjelasan menge-nai pengertian dari mengeluarkan pendapat Soal Pilihan Ganda
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat berarti mengeluarkan pendapat secara...
a. bebas tanpa batas
b. sekehendak hati
c. bebas tanpa pertanggung jawaban
d. bebas dan bertanggung jawab

Soal Esai
3. Jelaskan pengertian dari mengeluarkan pendapat secara umum!

2 Diberikan penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat Soal Pilihan Ganda
1. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat hal ini sesuai dengan bunyi dari UUD 1945 amandemen ke-4 pasal...
a. Pasal 28
b. Pasal 28E ayat 3
c. Pasal 29 ayat 1
d. Pasal 30 ayat 2

5. Undang-undang yang mengatur tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat adalah...
a. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
b. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
c. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998
d. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002

Lanjutan tabel 4
Tabel 4
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Kalimat Soal
Soal Esai
2. Tuliskan minimal tiga peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di muka umum?

3 Diberikan contoh mengenai bentuk-bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum Soal Pilihan Ganda
3. Cara menyampaikan pendapat dengan arak-arakan di jalan umum disebut dengan...
a. unjuk rasa
b. demonstrasi
c. mimbar bebas
d. pawai

4. Salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum sebagai bentuk dari...
a. demontrasi mahasiswa
b. pawai partai politik
c. rapat pemilihan kepala desa
d. ceramah umum Bupati
Lanjutan tabel 4
Tabel 4
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Kalimat Soal
6. Seseorang membuat spanduk untuk memperingatkan akan bahaya narkoba. Peringatan melalui spanduk tersebut termasuk bentuk mengemukakan pendapat secara...
a. lisan
b. tulisan
c. Artikel
d. cara-cara lain
9. Kegiatan mimbar bebas dilakukan dengan cara...
a. menyampaikan pendapat di muka umum dengan tema
b. menyampaikan pendapat di muka umum tanpa tema
c. menyampaikan pendapat di muka umum dengan tulisan
d. menyampaikan pendapat di muka umum dengan anarkis

Soal Esai
3. Jelaskan tentang bentuk-bentuk menyampaikan pendapat di muka umum dan contohnya?

4. Apakah perbedaan antara rapat umum dan mimbar bebas? Beri penjelasan!


Lanjutan tabel 4
Tabel 4
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Kalimat Soal
4 Diberikan penjelasan mengenai tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab Soal Pilihan Ganda
7. Dalam menyampaikan pendapat di muka umum, setiap warga negara berkewajiban untuk...
a. menolak pendapat orang lain
b. merusak fasilitas umum
c. menghormati kebebasan orang lain
d. berpendapat jika diminta

8. Yang tidak termasuk dalam tata cara yang harus diperhatikan dalam mengemukakan pendapat secara baik dan benar adalah...
a. pendapat yang dikemukakan sesuai kepentingan kelompoknya
b. pendapat yang kita kemukakan harus disertai argumentasi yang kuat
c. pendapat yang dikemukakan hendaknya mewakili kepentingan orang banyak
d. pendapat yang dikemukakan tidak melanggar peraturan yang berlaku







Lanjutan tabel 4
Tabel 4
Daftar Perilaku Siswa Kelas VII.2 Semester II
di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir
No Daftar Perilaku Kalimat Soal
10. Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab, yaitu...
a. melingdungi HAM
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. menyelenggarakan pengamanan
d. menghargai prinsip praduga tak bersalah

Soal Esai
5. Bagaimanakah tata cara mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di lingkungan sekolah? Beri contoh konkrit!
Jumlah Soal 10 Soal Pilihan Ganda dan 5 Soal Esai

4) Merakit tes.
Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenis, kemudian diberi nomor urut dari 1 sampai 10 dan seterusnya.
5) Menuliskan petunjuk,
Butir-butir tes yang telah dikelompokkan berdasarkan jenis tes tersebut diberikan petunjuk untuk siswa tentang tata cara menuliskan jawabannya, rentang waktu yang diperlukan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh tes tersebut.


6) Menuliskan kunci jawaban.
Kunci jawaban setiap butir tes perlu dipersiapkan untuk digunakan pemberi skor atau kunci orang yang memeriksa dan menilai hasil jawaban siswa. Kunci jawaban menunjukkan dua hal, yang pertama jawaban benar dan yang kedua jawaban harus mengandung cara pemberian skor untuk setiap butir tes. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk tes esai.
7) Mengujicobakan tes.
Tes yang telah tampak jelas dan baik dihadapan guru dan ahli belum tentu sama halnya dihadapan siswa. Untuk itulah mengapa materi ini sebelumnya telah diujikan kepada siswa kelas VII.1 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir. Oleh karena itu, soal tersebut telah diujicobakan kepada tiga siswa kelas VII.1 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir, gunanya untuk melihat beberapa hal penting. Untuk lebih jelasnya lagi diuraikan berikut ini:
a. kualitas setiap butir tes;
b. kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab;
c. kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan;
d. kelengkapan alat-alat yang harus dibawa siswa;
e. kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa ditetapkan di dalam tes; dan
f. kejelasan dan kebersihan pengetikan.
8) Menganalisis hasil ujicoba.
Kualitas setiap butir tes acuan patokan dianalisis pula daya pembedanya dan untuk tes pilihan ganda dianalisis pula fungsi untuk setiap pilihan yang ada di dalamnya. Kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik tes dianalisis pada unsur butir 7.
9) Merevisi tes.
Tes yang telah diujicoba direvisi seperlunya menurut hasil uji coba. Apabila revisi tes itu secara keseluruhan cukup besar, sebaiknya tes baru tersebut diujicobakan lagi.
Menuliskan tes acuan patokan dengan menggunakan tabel spesifikasi atau kisi-kisi yang sederhana. Namun, banyak yang tidak menggunakannya dikarenakan dianggap terlalu sulit bagi seorang guru yang bukan pengembang tes. Sebenarnya penggunaan tabel ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang pengajar untuk menyusun tes yang konsisten dengan tujuan instruksional. Tes yang dikembangkan digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam setiap bagian pelajaran atau seluruh mata pelajaran.

6. Pengembangan Strategi Instruksional
Setiap guru harus selalu membuat persiapan mengajar untuk setiap mata pelajaran yang akan diajarkan sebelum melaksanakan pembelajaran. Terlepas dari macam-macam pelajaran yang akan diajarkannya. Persiapan itu berisi komponen pokok dan tetap yang akan diajarkan kepada siswa. Diantara komponen pokok itu terdapat tiga judul yang penting, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Ketiga komponen itu menunjukkan bentuk sederhana dari suatu strategi instruksional yang dapat dimodifikasi lagi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dick dan Carey dalam Suparman (2004:204) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar juga menghasilkan belajar tertentu pada siswa. Setidaknya ada lima komponen umum dari strategi instruksional, sebagai berikut:
1. Kegiatan pra instruksional;
2. Penyajian informasi;
3. Partisipasi siswa;
4. Tes; dan
5. Tindak lanjut.
Dalam Suparman (2004:205) Merril dan Tennyson menyebutkan bahwa kelima komponen tersebut sebagai urutan tertentu dari penyajian. Selain itu, Gagne dan Briggs menyebutnya menjadi sembilan urutan kegiatan instruksional, antara lain:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian;
2. Menjelaskan tujuan instrunsional kepada siswa;
3. Mengingatkan kompetensi prasyarat;
4. Memberi stimulus (masalah, topik, konsep);
5. Memberi petunjuk belajar (bagaimana cara mempelajari);
6. Menimbulkan penampilan siswa;
7. Memberi umpan balik;
8. Menilai penampilan; serta
9. Menyimpulkan.
Briggs dan Wager dalam Suparman (2004:205) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh sembilan urutan kegiatan tersebut. Sebagian pelajaran hanya menggunakan beberapa diantara sembilan urutan kegiatan tersebut. Hal itu ergantung kepada karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksional.
Strategi instruksional berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan instruksional untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis. Sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Di dalamnya terkandung empat pengertian, sebagai berikut:
1. Urutan kegiatan instruksional
Yaitu urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan isi pelajaran ke siswa.
2. Metode instruksional
Yaitu peralatan dan bahan instruksional yang digunakan pengajar dan mahasiswa dalam kegiatan instruksional.
3. Media instruksional
Yaitu peralatan dan bahan intruksional yang digunakan pengajar dan mahasiswa dalam kegiatan instruksional.
4. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan intruksional.
Jadi, strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Kegiatan ini berkenaan dengan bagaimana atau the how menyampaikan isi pelajaran. Di dalam strategi instruksional terkandung pula media instruksional dan pembagian waktu untuk setiap langkah kegiatan tersebut. Oleh karena itu, strategi instruksional ini disusun untuk mencapai tujuan instruksional tertentu yang harus disusun sesuai dengan perumusan TIK.
Pada umumnya model desain instruksional seperti Instructional Development Institute, System Approarch for Education, The Project Minerva, Banathy, dan Teaching Research menggunakan langkah yang sama. Mereka mengembangkan strategi instruksional langsung dari TIK. Pada model Dick dan Carey walaupun tahap strategi instruksional digambarkan dalam bagan di belakang pengembangan tes, di dalam penjelasannya dinyatakan bahwa strategi instruksional dikembangkan langsung dari TIK juga.
Strategi instruksional yang diuraikan disini pada dasarnya terbagi atas empat komponen utama, yaitu urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu. Komponen utama yang pertama adalah urutan kegiatan instruksional. Urutannya mengandung beberapa komponen lagi, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup.
Selanjutnya, komponen pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yakni penjelasan singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa, serta penjelasan tentang tujuan instruksional. Komponen penyajian juga terdiri atas tiga langkah, yaitu uraian, contoh dan latihan. Komponen penutup terdiri atas dua langkah, yaitu tes formatif dan umpan balik serta tindak lanjut.
Komponen utama kedua yaitu metode instruksional yang terdiri atas berbagai macam-macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama. Kemudian, komponen utama ketiga, yaitu media instruksional dapat berupa media cetak dan atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Seperti halnya penggunaan metode instruksional, mungkin beberapa media digunakan pada satu langkah atau satu media digunakan pada beberapa langkah. Dalam bentuk bagan Strategi Instruksional dapat dilihat, sebagai berikut:
Tabel 5
Komponen Utama dan Subkomponen dalam Strategi Instruksional
URUTAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL M ETODE MEDIA WAKTU
PENDAHULUAN Deskripsi singkat:
Relevansi:
TIK:
PENYAJIAN Uraian:
Contoh:
Latihan:
PENUTUP Tes formatif:
Umpan balik:
Tindak lanjut:

Secara garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas tergambar di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang teah dibuat. Jadwal kegiatan untuk materi Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat adalah enam jam pelajaran. Terbagi menjadi tiga kali pertemuan, yaitu masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Adapun strategi instruksional untuk materi ini terdapat dalam lampiran berikutnya.

7. Pengembangan Bahan Ajar
Langkah berikutnya adalah mengembangkan bahan instruksional atau bahan ajar berdasarkan strategi instruksional dan tes yang telah disusun sebelumnya. Bahan instruksional untuk materi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat tersebut terdiri atas diktat pembelajaran atau bahan ajar, Lembar Kerja Siswa, dan media karton bergambar serta media penunjang aktivitas pembelajaran lainnya. Di dalamnya terkandung materi pelajaran yang disiapkan secara sistematis mengikuti urutan kegiatan instruksional tertentu.
Didalamnya terkandung materi pelajaran yang disiapkan secara sistematis mengikuti urutan kegiatan instruksional tertentu, dengan di setiap langkah dalam urutan kegiatan tersebut menggunakan metode dan jumlah waktu tertentu.
Kemudian kerangka isi dari bahan ajar yang dibuat, seperti ini.
KERANGKA ISI BAHAN AJAR
A. Judul Bahan Ajar : Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat
B. Identitas Penulis :
Guru : Husnil Kirom, S.Pd.
Bidang Studi : Pendidikan Kewarganegaraan
C. Rencana Isi : 16 lembar

Disetiap langkah dalam urutan kegiatan tersebut menggunakan metode dan jumlah waktu tertentu serta pengembangan bahan ajar. Untuk bahan ajar terdapat dalam lampiran.

8. Evaluasi Formatif
Langkah terakhir dalam menghasilkan produk desain instruksional adalah menyusun desain dan menyelenggarakan evaluasi formatif. Tahap yang dipilih guru selaku pengembang instruksional yaitu menggunakan alternatif pilihan dengan melaksanakan dua diantara empat tahap yang ada, yaitu melakukan reviu kepara para ahli dan pengembang instruksional dan melakukan uji pada kelompok kecil dengan tiga siswa dari kelas VII.1 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir.
Keadaan evaluasi formatif dilakukan pada saat penggunaan produk dilapangan nantinya. Harapan dari evaluasi ini adalah pengembang instruksional dalam hal ini guru berusaha mendapatkan informasi untuk memperbaiki produk instruksional sesuai dengan masukan dari lapangan terutama siswa dalam kelompok kecil tadi.
Evaluasi formatif sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan berjalan terus menerus dan tidak pernah berhenti. Evaluasi ini diilakukan dengan cara berikut ini.
1. Reviu
Reviu ini dilakukan dengan wawancara dan diskusi terbuka dengan ahli mata pelajaran PKn Ibu Dra. Herlina selaku Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Ogan Ilir dan guru senior PKn di SMP Negeri 2 Indralaya Selatan. Hal ini dikarenakan tidak ada guru senior dan ahli mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Indrakaya Utara Ogan Ilir. Kesimpulan menurut pengembang instruksional dalam hal ini guru mata pelajaran PKn dari hasil wawancara dan diskusi terbuka diperoleh data, sebagai berikut :
1) Kebenaran isi atau materi menurut bidang ilmu dan relevansi dengan tujuan institusional sudah baik hanya materi tersebut sebaiknya lebih diperluas lagi dengan memberikan contoh konkrit dari penjelasannya.
2) Ketepatan perumusan TIU dalam hal ini TIU biasanya sudah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itulah, tinggal bagaimana cara mencocokannya dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah tempat belajar.
3) Relevansi antara perumusan TIK dengan TIU cukup baik, hanya perlu penulisan kalimat operasional saja dalam merumuskan TIK.
4) Ketepatan perumusan TIK cukup tepat hanya bagaimana revisi penggunaan bahasa operasional yang lebih tepat. Hal ini sebagai bentuk daftar perilaku yang harus dikuasai oleh siswa sendiri.
5) Kualitas teknis penulisan tes sudah baik.
6) Relevansi strategi instruksional dengan tujuan instruksional diperkaya dan diperluas lagi agar pencapaian TIK dapat maksimal.
7) Relevansi produk atau bahan instruksional dengan tes dan tujuan instruksional cukup relevan dengan materi yang disampaikan.
8) Kualitas teknis produk instruksional sudah cukup dan sebagainya.

2. Uji kelompok kecil
Uji kelompok kecil ini diberikan kepada tiga perwakilan siswa dari kelas VII.1 semester II di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir, yaitu Dicky Irawan (kelompok atas), Rusmini (kelompok tengah), dan Prayoga Utama (kelompok bawah). Melalui langkah pengujian, guru menjelaskan maksud evaluasi yang dilaksanakan. Kemudian siswa tersebut setelah mengikuti kegiatan instruksional diberi tes. Setelah diberikan tes, lalu dilakukan wawancara dan diskusi dengan masing-masing siswa. Dari hasil wawancara dan diskusi terbuka pengembang instruksional atau guru menyimpulkan bahwa:
 Seberapa mudah siswa memahami materi?
Jawab :
Menurut ketiga siswa tersebut materinya mudah dimengerti. Namun, terlalu cepat dan singkat dalam penyampaian serta penjelasan di depan kelas. Oleh karena itu, dalam penyampaian materi ke depan harus lebih menyesuaikan dengan karakteristik dan kondisi siswa yang berbeda-beda.
 Apakah kegiatan instruksional itu menarik dan sistematis?
Jawab :
Menurut ketiga siswa tersebut materi yang disajikan telah tersusun secara sistematis. Hanya saja untuk kelompok tengah dan kelompok bawah materinya lebih marik jika dijelaskan langsing oleh guru dengan memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti serta dipahami dalam kehidupan sehari-hari siswa.

 Bagianmana yang sulit dipahami? dan mengapa sulit?
Jawab :
Materi yang sulit tersebut adalah tata cara mengyampaikan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Alasannya, karena materi ini dihubungkan dengan praktek langsung dan bahasanya terlalu tinggi. Sehingga siswa sulit untuk memahami makna pembelajaran dari materi tersebut. Apalagi penjelasannya secara umum dalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam lingkungan rumah dan sekolah. Selain itu, mereka belum paham mengenai prosedur yang tepat seandainya akan menyampaikan pendapat di muka umum secara bebas dan bertanggung jawab, misalnya pendapat yang disampaikan haruslah argumentatif yang kuat serta masuk akal dan sebagainya.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan produk desain instruksional terlebih dahulu harus mengerti akan model pengembangan instruksional. Model pengembangan instruksional ini menunjukkan urutan kegiatan yang harus ditempuh guru. Urutan kegiatan atau langkah-langkah dalam mendesain sistem instruksional yang akan dihasilkan oleh guru, terdiri dari melakukan analisis kebutuhan (merumuskan TIU), melakukan analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dan lingkungan, merumuskan TIK, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi instruksional, mengembangkan bahan instruksional, menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif.
Setelah semua langkah dilaksanakan sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan sistem instruksional, maka darisanalah dapat dihasilkanlah sebuah produk desain instruksional. Produk desain instruksional yang dihasilkan dalam hal ini adalah produk desain untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Produk ini berisikan bahan ajar dengan materi tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat. Hanya digunakan khusus untuk kalangan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Indralaya Utara Ogan Ilir.
Produk desain instruksional yang dihasilkan ini dimulai dari analisis kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran PKn di kelas VII.2. Setelah diketahui kebutuhannya, maka dilanjutkan dengan menganalisis kegiatan instruksional mulai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar atau tujuan instruksional umum, materi dan sebagainya. Lalu, mengidentifikasi karakteristik siswa kelas VII.2 yang beragam dan lingkungan dari SMP Negeri 2 Indralaya Utara. Kemudian merumuskan tujuan instruksional khusus yang dijabarkan dari TIU. Dari ini dibuatlah tes acuan patokan berbentuk pilihan ganda dan esai. Dilanjutkan menyusun strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Terakhir, melaksanakan evaluasi formatif terhadap semua langkah sistem instruksional.























Daftar Pustaka

Cahyaningsih, Sri Tutik. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP dan MTS Kelas VII. Semarang : esis Erlangga.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Priyanto, AT Sugeng. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII (Buku Sekolah Elektronik). Jakarta : Erlangga.
Samidi dan W. Widyaningtyas. 2007. Membangun Nasionalisme Kewarganegaraan 1 Jilid 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta : Wangsa Jatra Lestari.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Suparman, M. Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta : PAU PPAI Universitas Terbuka.
Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-4.

Rabu, 03 Juni 2009

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM MATA PELAJARAN KKPI DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG DAN SMK NURUL IMAN PALEMBANG


Oleh : Husnil Kirom




Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Laju perkembangan itu sangat luas hingga hampir mencakup seluruh kehidupan manusia, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Inilah yang melatarbelakangi perlunya penerapan iptek di bidang pendidikan.
Meski demikian banyak permasalahan pendidikan yang harus dipecahkan bersama. Berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak permasalahan dan tantangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan di Indonesia di era globalisasi. Salah satu permasalahan pendidikan mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Profil pendidikan di Indonesia ternyata sangatlah kompleks, berbeda dengan pendidikan di negara lain. Sebagai gambaran bahwa mutu pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Agar mampu berperan dalam persaingan global terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya terlebih dahulu. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. SDM yang sangat berperan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah guru sebagai pendidik dan siswa sendiri sebagai generasi penerus dan harapan bangsa.
Berkaitan dengan kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat penting. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka pemerintah bersama-sama dengan berbagai kalangan akan terus berupaya mewujudkan amanat itu melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Bentuk penerapan penggunaan teknologi di bidang pendidikan tersebut berupa pengenalan komputer dan perangkat TIK lainnya, pembelajaran tentang komputer dan TIK, penggunaan komputer dan TIK untuk belajar dan pembelajaran, komputer dan perangkat TIK digunakan sebagai media untuk membantu dan mempermudah kegiatan pembelajaran. Bidang pendidikan yang utama menjadi perhatian adalah pendidikan formal, yaitu pada jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan serta Perguruan Tinggi.
Untuk jenjang SMK nama mata pelajaran Tekonologi Informasi dan Komunikasi sama dengan Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi. Walaupun secara garis besar substansi materi antara keduanya hampir sama, namun terdapat juga perbedaan mendasar. Pembelajaran KKPI di SMK, lebih khususnya di jurusan Teknik Komputer Jaringan lebih menekankan pada keahlian tertentu yang harus dikuasai siswa dengan cara praktek menjadi teknisi (bongkar pasang hardware) serta pemahaman dan pendalaman program software. Disamping itu, alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran ini lebih banyak dibanding mata pelajaran lainnya.
Dari hasil analisis teoritis yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya dalam bentuk makalah serta dipresentasikan tanggal 15 April 2009. Tindak lanjutnya adalah melakukan observasi langsung ke beberapa SMK di Palembang dan Lubuk Linggau. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian antara silabus yang telah ditetapkan Depdiknas secara nasional dengan perangkat pembelajaran termasuk silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, alokasi waktu, strategi pembelajaran, serta sistem penilaian dan sebagainya yang digunakan di sekolah masing-masiing. Selain itu, untuk mengetahui kendala-kendala dalam pembelajaran KKPI di sekolah. Dengan harapan dapat memberikan solusi dari kendala dan permasalahan yang dihadapai tersebut.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan. Terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses bela]ar dan mengajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Secara khusus dalam makalah ini akan membahas mengenai analisis pelaksanaan kurikulum Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi yang diberlakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Palembang dan Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Iman Palembang. Selanjutnya, dari latar belakang dan fokus masalah ini dibuatlah beberapa rumusan sebagai berikut:
1. Apasajakah substansi dari mata pelajaran KKPI di kelas X, XI, dan XII?
2. Bagaimanakah pelaksanaan kurikulum mata pelajaran KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman?
3. Apakah terdapat perbedaan dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajarran KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman?
Untuk lebih jelas lagi mengenai rumusan masalah di atas, terutama Analisis Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Palembang dan Sekolah Menengah Kejuruan Nurul Iman Palembang akan diuraikan pada pembahasan berikut ini.

Pembahasan
Gambaran Umum SMK Negeri 6 Palembang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.
Selanjutnya, situs resmi www.smkn6palembang.net merupakan website resmi SMK Negeri 6 Palembang yang memberikan informasi secara tepat dan jelas mengenai seluk beluk SMK Negeri 6 Palembang mulai dari visi, misi sampai personalia yang terlibat dan bergulat dalam proses pendidikan.
SMK Negeri 6 Palembang didirikan pada tanggal 9 Desember 1976 dengan lokasi di tengah kota, tepatnya di Jalan Mayor Ruslan Palembang. Lokasi SMK Negeri 6 Palembang memang cukup strategis. Terletak di dekat jalan utama dari simpang Rambang ke simpang Jl. Dr. M. Isa, sehingga memudahkan sarana transportasi bagi siapa saja yang ingin mengunjungi SMK Negeri 6 Palembang. Selain itu, tak ayal jika SMK Negeri 6 Palembang juga digemari siswa-siswi di luar kota Palembang. Tiga puluh persen lebih siswa SMK Negeri 6 Palembang berasal dari luar kota Palembang.
Sebagai sekolah kejuruan yang tergabung dalam kelompok Pariwisata, SMK Negeri 6 Palembang ditunjuk oleh Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan nomor : 0004/C5.2/Kep/MN/2006 bersama 40 sekolah lain di seluruh Indonesia. Ini merupakan suatu prestasi besar sekaligus amanat yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan visi dan misi SMK Negeri 6 Palembang serta tujuan SMK yaitu mendidik siswa menjadi cerdas, siap kerja dan kompetitif.
Kegiatan Terbaru
1) Surveillance Audit ISO 9001 : 2000
2) EXPERT PUM BELANDA
3) LKS Propinsi Sumatera Selatan
Sejarah SMK Negeri 6 Palembang
Gedung SMKK Negeri Palembang dibangun secara bertahap mulai tahun anggaran 1984/1985 sampai dengan tahun anggaran 1989/1990 yang beralamatkan di Jalan Mayor Ruslan Telepon/Fax (0711) 350954 Palembang 30114 dengan rincian sebagai berikut :
Luas tanah : 17.703 m2
Luas bangunan : 6.408 m2
Dana terdiri dari APBN dan dana pinjaman luar negeri (ADB)
Gedung SMKK Negeri Palembang mulai dipakai pada awal tahun pelajaran 1989/1990 yaitu tanggal 1 Juli 1989, namun SMKK Negeri Palembang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Prof. Dr. Fuad Hassan pada tanggal 30 Juni 1990. Kemudian pada tahun 1997 sampai dengan sekarang SMKK Negeri Palembang namanya berganti menjadi SMK Negeri 6 Palembang.
Guru dan Karyawan
Nama : Dra. Hj. Hernawati
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat, tgl lahir : Palembang, 31-03-1962
Alamat : Komp. Garuda Putra Blok D No.103-104 Kenten

Nama : Drs. Liswanto
Jabatan : Waka Kurikulum
Tempat, tgl lahir : Lubuk Dalam, 09-09-1960
Alamat : lrg. Limas Jaya No. 11/2125 Rt. 29 Rw. 30 Km. 3,5 Palembang

Nama : Dra. Hj. Natika
Jabatan : Waka Humas
Tempat, tgl lahir : Palembang, 22-12-1956
Alamat : Jln Suka Bangun II Rt. 26 Rw. 04 No. 1553 Km. 6 Palembang

Nama : Dra. Desmiati
Jabatan : Waka Sarana Prasarana
Tempat, tgl lahir : Lubuk Buaya, 18-01-1962

Tujuan Pendidikan SMK Negeri 6 Palembang
1) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.
3) Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah, untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pda saat ini maupun masa yang akan datang.
4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Visi dan Misi SMK Negeri 6 Palembang
Visi SMK Negeri 6 Palembang
Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata Standar Internasional

Misi SMK Negeri 6 Palembang
1) Menyiapkan Tamatan yang Memiliki IPTEK dan IMTAQ
2) Memberikan Layanan Diklat dengan Standar Nasional dan Internasional secara Profesional
3) Meningkatkan Kerjasama Dunia Usaha / Dunia Industri di Dalam dan Luar Negeri
4) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Dapat Bersaing di Tingkat Internasional
5) Menyediakan Sarana dan Prasarana Sesuai dengan Standar Internasional
6) Mengembangkan Sistem Pendidikan yang Berwawasan Lingkungan

Program Keahlian Tata Busana
Fasilitas yang ada di program keahlian tata busana, ruangan terdiri dari :

1. Ruang sanggar busana
2. Desainer room
3. Drees room
4. Pattern construction room
5. Production room

Peralatan :
1. Industrial sewing machine
2. Obrass industrial
3. Embroidery sewing machine
4. Manual sewing machine
5. Drees form
6. Drees maker ruller set
7. Mesin lobang kanci
Bidang Keahlian Tata Boga
Bidang keahlian tata boga adalah suatu bidang keahlian/jurusan yang mendidik siswa dalam bidang makanan dan minuman dalam hal produk dan jasa. Bidang keahlian ini terbagi menjadi dua program keahlian� yaitu Program Keahlian Restaurant dan Program Keahlian Patiseri. Program keahlian restaurant adalah program tata boga yang terfokus pada makanan dan minuman yang dikelola di hotel dan restaurant yang bertaraf nasional maupun internasional.
Tujuan program keahlian tata boga secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan program keahlian restoran adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten :
1) Mengolah dan menyajikan makan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama dan makan penutup.
2) Mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka, makan pokok, lauk pauk dan makanan penutup.
3) Melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu, serta menata meja makan dan meja prasmanan.
4) Mengolah dan menyajikan aneka minuman non alkohol.
5) Mengorganisir operasi pelayanan makan dan minum di restoran.
Untuk mendukung tujuan tersebut sekolah yang menyelenggarakan program keahlian restoran harus memiliki restoran untuk pelatihan (training restoran) dan restoran untuk usaha (real restoran).
Ketua Bidang/Program Keahlian Restaurant : Nelli Sukarni, S.Pd.

Program Keahlian Tata Kecantikan
Program Keahlian Tata Kecantikan adalah program keahlian yang mempelajari tentang dunia kecantikan secara mendasar, baik teori maupun praktik Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit. Masa pendidikan selama 3 tahun, 21/2 tahun belajar di sekolah dan 1/2 tahun praktik kerja industri di salon, baik dalam kota, luar kota Palembang maupun luar negeri (Malaysia). Adapun materi yang diberikan selama mengikuti pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tata Kecantikan Kulit
� � � a. Perawatan kulit wajah (facial)
� � � � � � � - secara manual
� � � � � � � - dengan alat listrik
� � � b. Rias Wajah
� � � � � � � - Rias wajah sehari-hari (pagi dan malam)
� � � � � � � - Rias wajah panggung
� � � � � � � - Rias wajah foto
� � � � � � � - Rias wajah cikatri (menutup cacat)
� � � � � � � - Rias wajah geriatri (rias wajah orang tua)
� � � � � � � - Rias wajah karakter
� � � � � � � - Rias wajah fantasi
� � � � � � � -� Rias wajah pengantin
� � � c. Perawatan tangan, kaki dan kuku
� � � � � � � - Manicure dan pedicure
� � � � � � � - Hand care� dan foot care
� � � d. Perawatan badan (body massage)
� � � � � � � - Secara tradisional
� � � � � � � - Secara modern
� � � e. Pencabutan bulu (depilasi)
2. Tata Kecantikan Rambut
� � � a. Perawatan rambut
� � � � � � � - Pencucian rambut
� � � � � � � - Perawatan rambut (creambath dan dry treatment)
� � � b. Penataan rambut
� � � � � � � - pengeringan rambut
� � � � � � � - pratata
� � � � � � � - sanggul (daerah, modern dan fantasi)
� � � � � � � - pemangkasan rambut (pemangkasan dasar dan pemangkasan disain)
� � � � � � � - pengeritingan rambut (pengeritingan dasar dan pengeritingan disain)
� � � � � � � - pengecatan rambut (mengecat rambut uban dan pengecatan artistic)
� � � � � � � - pelurusan rambut (rebounding dan smoothing)
Tujuan Program Keahlian Tata Kecantikan adalah :
1) Untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang profesional dalam lingkup keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit.
2) Mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam bidang keahlian Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit.
3) Mampu berwirausaha/membuka lapangan kerja untuk diri sendiri atau orang lain dalam bidang Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit.
4) Dapat menjadi warganegara yang produktif, adaptif dan kreatif.
Ketua Program Keahlian Tata Kecantikan : Lucy Ernawati Sophia, S.Pd.

Program Keahlian Akomodasi Perhotelan
Program Keahlian Akomodasi Perhotelan adalah suatu kelompok program produktif di bidang Akomodasi Perhotelan yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Tujuan Program Akomodasi Perhotelan secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap kompeten :
1) Melaksanakan pekerjaan di lingkup Front Office sebagai : Reception, Reservation, Telephone Operator dan Porter.
2) Melaksanakan pekerjaan di lingkup Housekeeping sebagai Public Area Attendant, Room Attendant, Order taker, Linen dan Uniform Attendant dan Laundry Attendant.
Ketua Program Keahlian Akomodasi Perhotelan : Elis Suryani
Program Keahlian Akomodasi Perhotelan
Program Keahlian Akomodasi Perhotelan adalah suatu kelompok program produktif di bidang Akomodasi Perhotelan yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Tujuan Program Akomodasi Perhotelan secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap kompeten :
1) Melaksanakan pekerjaan di lingkup Front Office sebagai : Reception, Reservation, Telephone Operator dan Porter.
2) Melaksanakan pekerjaan di lingkup Housekeeping sebagai Public Area Attendant, Room Attendant, Order taker, Linen dan Uniform Attendant dan Laundry Attendant.
Ketua Program Keahlian Akomodasi Perhotelan : Elis Suryani

Materi Pelajaran
Normatif

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

5. Seni Budaya

Adaptif

1. Bahasa Inggris

2. Matematika

3. Ilmu Pengetahuan Alam

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

5. KKPI

6. Kewirausahaan

Produktif


1. Jasa Boga

2. Akomodasi Perhotelan

3. Tata Busana

4. Tata Kecantikan


Informasi SMK Negeri 6 Palembang
a. Sejarah SMK Negeri 6 Palembang
b. Tujuan Pendidikan SMK Negeri 6 Palembang
c. Visi dan Misi SMK Negeri 6 Palembang

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang mencetak kader-kader pembangunan bangsa dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang sedang terjadi saat ini. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalannya akan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Palembang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang ada di kota Palembang. SMK ini sudah berdiri sejak lama mulai tahun 1987. Dahulu namanya adalah Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga yang disingkat SMKK. Saat ini SMKN 6 Palembang sebagai satu-satunya sekolah menengah kejuruan bertaraf internasional di Sumatera Selatan yang berbasis Information Communication and Technology. Adapun kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditambah dengan Kurikulum Bertaraf Internasional. Untuk itu dalam pembelajaran di kelas harus menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi. Termasuk juga dalam mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Data (KKPI). Adapun profil dari SMK Negeri 6 dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
Bagan 1
Profil SMK Negeri 6 Palembang
NAMA SEKOLAH SMK NEGERI 6 PALEMBANG
NOMOR STATISTIK SEKOLAH 33 1 11 60 02 007
ALAMAT JALAN MAYOR RUSLAN KECAMATAN ILIR TIMUR II
NOMOR TELEPON TELP/FAX (0711) 350954 PALEMBANG
http://www.smkn6palembang.net

NAMA KEPALA SEKOLAH Dra. Hj. HERNAWATI
BIDANG/PROGRAM KEAHLIAN
1. PARIWISATA 1. TATA BOGA/ RESTAURANT
2. AKOMODASI PERHOTELAN
3. TATA BUSANA 3. TATA BUSANA
4. TATA KECANTIKAN 4. TATA KECANTIKAN KULIT
5. TATA KECANTIKAN RAMBUT
A. KEADAAN TANAH
1. STATUS HAK PAKAI
2. SURAT TANAH SERTIFIKAT
3. LUAS SELURUH 17280 M2
4. LAHAN KERAS 17280 M2 100 %
RAWA-RAWA 10 M2 - %
LAHAN KOSONG 360 M2 8 %
B. BANGUNAN
1. JUMLAH UNIT BANGUNAN 12 UNIT 94 RUANGAN
2. BANGUNAN PERMANEN 12 UNIT 94 RUANGAN
BANGUNAN SEMI PERMANEN - UNIT - RUANGAN
BANGUNAN KAYU - UNIT - RUANGAN
3. KONDISI BANGUNAN
BAIK 77 RUANGAN
RUSAK RINGAN-SEDANG 11 RUANGAN (PAFON, KUSEN, PINTU)
RUSAK BERAT - RUANGAN
RUSAK TOTAL - RUANGAN
C. FASILITAS BANGUNAN
1. RUANGAN KELAS 37 RUANG
2. RUANG KEPALA SEKOLAH 1 RUANG
3. RUANG GURU 1 RUANG
4. RUANG PEGAWAI 1 RUANG
5. RUANG PERPUTAKAAN 1 RUANG
6. RUANG KETERAMPILAN/ PRAKTEK 19 RUANG
7. RUANG UKS 1 RUANG
8. RUANG BK 1 RUANG
9. RUANG RAPAT 1 RUANG
10. RUANG IBADAH / MUSHOLAH 1 RUANG
11. GUDANG 1 RUANG
12. WC GURU 6 RUANG
13. WC SISWA 30 RUANG
14. LAP. UPACARA/ OLAHRAGA 1322 RUANG
D. KEADAAN GURU
1. JUMLAH SISWA 831 ORANG
2. JUMLAH ROMBEL

3. DALAM MENYUSUN SILABUS DAPAT MENGGUNAKAN SALAH SATU FORMAT YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN SATUAN PENDIDIKAN. PADA DASARNYA ADA DUA JENIS, YAITU JENIS KOLOM (FORMAT 1) DAN JENIS URAIAN (FORMAT 2). DALAM MENYUSUN FORMAT URUTAN KD, MATERI POKOK/PEMBELAJARAN, KEGIATAN PEMBELAJARAN, INDIKATOR DAN SETERUSNYA DAPAT DITETAPKAN OLEH MASING-MASING SATUAN PENDIDIKAN, SEJAUH TIDAK MENGURANGI KOMPONEN-KOMPONEN DALAM SILABUS. KLS X KLS XI KLS XII
10 9 8

Profil SMKN 6 Palembang di atas menggambarkan keberadaan sekolah sebagai salah satu sekolah negeri yang ada di kota Palembang. Pada bagian terakhir, ternyata sekolah juga mencantumkan bagaimana cara menyusun silabus. Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus. Komponen-komponen tersebut antara lain, tujuan dari satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, kalender/jadwal pendidikan, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai perangkat pembelajaran di kelas.
Berikutnya, akan diuraikan lagi mengenai rangkuman data SMKN 6 Palembang. Rangkuman ini merupakan kelanjutan informasi dari profil sekolah sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berikut ini.
Bagan 2
Rangkuman Data Sekolah SMK Negeri 6 Palembang
A. DATA KESISWAAN
1. JUMLAH SEMUA SISWA : 83 Orang
2. JUMLAH SEMUA ROMBEL : 27 Rombel
B. DATA SARANA DAN PRARANA
1. JUMLAH UNIT BANGUNAN PERMANEN : 12 Unit
2. JUMLAH UNIT BANGUNAN KAYU : 7 Unit
3. JUMLAH RUANGAN KELAS SEMUA : 31 Unit
* RUANG TEORI : 8 Ruang
* RUANG PRAKTIK/BENGKEL : 19 Ruang
* RUANG LABORATORIUM : 4 Ruang
4. JUMLAH RUANG KELAS BAIK/RUSAK RINGAN : 6 Ruang
5. JUMLAH RUANG KELAS RUSAK SEDANG : 6 Ruang
6. JUMLAH RUANG KELAS RUSAK BERAT : - Ruang
7. JUMLAH RUMAH DINAS : 1 Unit
8. JUMLAH SEKOLAH BELUM BERSERTIFIKAT : - Sekolah
9. JUMLAH WC SISWA (LAYAK) : 12 Pintu
10. JUMLAH WC GURU (LAYAK) : 2 Pintu
11. JUMLAH KEKURANGAN MEJA KURSI SISWA : 60 Stel
12. JUMLAH KEKURANGAN MEJA KURSI GURU : 31 Stel
13. JUMLAH KEKURANGAN ALMARI KELAS : 10
14. JUMLAH KEKURANGAN PAPAN TULIS : - Buah
15. JUMLAH SANGGAR PRAMUKA : - Sanggar
16. JUMLAH SEKOLAH DIATAS LAHAN RAWA : - Sanggar
17. JUMLAH HALAMAN UPACARA/OLAHRAGA : 1322 m2
C. DATA TENAGA KEPENDIDIKAN
1. J UMLAH GURU TETAP : 73
2. JUMLAH GURU TIDAK TETAP : 8
3. JUMLAH PEGAWAI TETAP : 13


Gambaran Umum SMK Nurul Iman Palembang
SMK Nurul Iman Palembang adalah sekolah menengah kejuruan dengan kelompok bisnis dan manajemen (SMEA). Adapun program dari jurusan tersebut yaitu Akuntansi, Sekretaris, dan Teknik Komputer Jariangan. Status dari sekolah ini adalah diakui. Visi dari SMK Nurul Iman Palembang adalah membangun generasi muda yang bertaqwa, cerdas, dan mandiri. Misi dari SMK Nurul Iman Palembang adalah menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil untuk mengisi dunia usaha dan dunia industri dan menyiapkan tamatan yang mandiri, kreatif, dan produktif.
Untuk kurikulum yang yang diterapkan di dari SMK Nurul Iman Palembang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006. beberapa prestasi dari sekolah ini, misalnya lomba akuntansi masuk 7 besar provinsi tahun 2004 dan pramuka perti kencana terbaik II. Sementara nama-nama guru dan staf SMK Nurul Iman Palembang dapat dilihat di tabel dalam lampiran.

1. SUBSTANSI (SILABUS) MATA PELAJARAN KKPI DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG DAN SMK NURUL IMAN PALEMBANG
Pembelajaran KKPI di kelas harus mengacu kepada silabus mata pelajaran KKPI dari Depdiknas. Hal ini juga dijadikan acuan di KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang. Berikut substtansi KKPI sesuai dengan silabus dari Depdiknas, KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang.
1) Silabus Depdiknas untuk KKPI (dapat dilihat dalam lampiran 1).
2) Silabus KKPI di SMK Negeri 6 Palembang (dapat dilihat dalam lampiran 2).
3) Silabus KKPI di SMK Nurul Iman (dapat dilihat dalam lampiran 3).
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan. Terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses bela]ar dan mengajar.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum disusun untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah . Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Palembang, sebagai unit penyelenggara pendidikan juga memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu menyangkut, antara lain: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan mobilitas antar dan lintas sektor serta tempat; (3) era informasi, (4) pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia; (5) berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan; serta (6) era pasar bebas atau AFTA. Adapun kurikulum yang diterapkan di Indonesia secara umum untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disingkat menjadi KTSP.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus.
Selanjutnya, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar;
2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar
beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan
3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya. RPP disusun untuk setiap kali pertemuan. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Adapun komponen minimal dari sebuah RPP sebagai berikut:
1. Identitas Sekolah;
2. Kelas dan Semester;
3. Alokasi Waktu;
4. Standar Kompetensi;
5. Kompetensi Dasar;
6. Indikator;
7. Tujuan Pembelajaran;
8. Materi Ajar;
9. Metode Pembelajaran;
10. Media dan alat belajar;
11. Sumber Belajar; dan
12. Penilaian Hasil Belajar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standae Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi.
Selanjutnya, menurut Muslich (2008:12-13) ada empat komponen dalam KTSP yaitu:
(1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan;
(2) struktur dan muatan KTSP;
(3) kalender pendidikan; serta
(4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Berkaitan dengan komponen KTSP khususnya struktur dan muatan KTSP, untuk strukturnya sebagai berikut kelompok mata pelajaran agama dan akhlaq mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Secara dokumentatif, komponen KTSP dikemas dalam dua dokumen yaitu Dokumen I berisi acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan. Dokumen II memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan lokal, mata pelajaran tambahan). Sebagai contoh struktur KTSP SMK terdiri dari silabus mata pelajaran wajib dan silabus muatan lokal.
Substansi materi Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) di SMK, antara lain:
Kelas X
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 30 x 45 menit
1. Mengoperasikan PC stand alone
1.1 Mengoperasikan operasi berbasis teks
1.2 Mengoperasikan operasi berbasis Graphic User Interface (GUI)
2. Mengoperasikan sistem operasi software
2.1 Menginstal sistem operasi software
2.2 Mengoperasikan software pengolah kata
2.3 Mengoperasikan software spreadsheet
2.4 Mengoperasikan software presentasi
2.5 Mengoperasikan software aplikasi basis data

Semester Genap
Alokasi Waktu : 84 x 45 menit
3. Mengolah data aplikasi
3.1 Melakukan entry data aplikasi dengan keyboard
3.2 Melakukan update data dengan utilitas aplikasi
3.3 Melakukan delete data dengan utilitas aplikasi
3.4 Melakukan entry data dengan image scanner
3.5 Melakukan entry data dengan OCR (Optical Character Recognition)
4. Mengoperasikan PC dalam jaringan
4.1 Menginstal software jaringan
4.2 Mengoperasikan jaringan PC dengan sistem operasi
5. Mengoperasikan Web-Design (Internet)
5.1 Mengoperasikan Web-Browser
5.2 Mengoperasikan software e-mail client

Kelas XI
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 32 x 45 menit
1. Mengolah data aplikasi
1.1 Melakukan entry data aplikasi dengan keyboard
1.2 Update data dengan utilitas aplikasi
1.3 Melakukan delete data dengan utilitas aplikasi
1.4 Melakukan entry data dengan image scanner

Semester Genap
Alokasi Waktu : 16 x 45 menit
2. Mengoperasikan PC dalam jaringan
2.1 Menginstal software jaringan
2.2 Mengoperasikan jaringan PC dengan sistem operasi

Kelas XII
Semester Ganjil
Alokasi Waktu : 16 x 45 menit
1. Mengoperasikan Web-Desain (Internet)
2. Mengoperasikan Web-Browser
3. Mengoperasikan software email client

2. PELAKSANAAN KURIKULUM MATA PELAJARAN KKPI DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG DAN SMK NURUL IMAN
Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran KKPI di masing-masing sekolah telah dilakukan dengan cukup baik. Sebagaimana kegiatan pembelajaran umumnya, pada proses pembelajaran mata pelajaran KKPI dapat ditemui beberapa masalah, mulai dari masalah yang berkaitan dengan pribadi siswa hingga masalah teknis pelaksanaan. Adapun kemungkinan permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul diantaranya adanya perbedaan karakter siswa (karakteristik siswa, belum adanya lembaga pendidikan yang secara khusus mendidik calon tenaga kependidikan di bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi, sserta masih kurangnya kemampuan sekolah melakukan perawatan dan upgrade secara terus menerus perangkat KKPI yang dimilikinya.
Perbedaan karakteristik siswa dilihat dari cara berbicara mengenai karakteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka akan membahas mengenai latar belakang siswa yakni latar belakang kemampuan siswa, daya tangkap. Cara belajar, hingga minat siswa secara umum. Selain itu juga akan berkaitan dengan bagaimana sikap seorang guru dalam menghadapi siswanya, serta keadaan suasana kegiatan pembelajaran yang menjadi lingkungan belajar siswa.
Semua siswa memiliki pribadi yang berbeda-beda, dan dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi topik utama berkaitan dengan karakteristik siswa adalah bagaimana latar belakang pengetahuan, minat dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Siswa di salah satu SMK berasal dari lulusan SMP yang berbeda-beda, tentunya dengan kemampuan serta pemahaman terhadap KKPI yang berbeda-beda pula. Dari kemampuan danpemahaman yang berbeda-beda tersebut didukung dengan minat yang berbeda-beda akan menimbulkan respon yang siswa yang berbeda-beda. Kecenderungan terjadi pada siswa yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai KKPI ditunjang dengan minat yang bagus terhadap pembelajaran KKPI maka siswa tersebut akan sangat antusias mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang sudah mengenal dan sedikit mengerti KKPI namun minatnya terhadap pelajaran KKPI kurang maka respon siswa pun akan berbeda. Termasuk akan berbeda juga bila siswa tersebut belum mengenal KKPI tapi tidak ingin tahu dan siswa yang belum mengenal KKPI namun sangat ingin tahu. Bahkan pada zaman sekarang ini, siswa sudah lebih banyak tahu sebulum ia menerima pelajaran tersebut di sekolah, sehingga ketika di sekolah diberi pelajaran tersebut dan dia sudah merasa tahu maka minat untuk memperhatikan kurang bahkan dapat menimbulkan kejenuhan atau bosan pada siswa tersebut.
Menghadapi fenomena karakteristik siswa tersebt maka kegiatan pembelajaran kembali dibebankan kepada guru untuk dapat menciptakan kondisi peembelajaran yang kondusif, dapat mencakup semua siswa, dan menarik perhatian semua siswa. Maka cara yang dianataranya dapat dilakukan adalah dengan menggunanaan model danmetode pembelajaranyang sesuai atau divariasikan sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. Guru sebisa mungkin mengusahakan penerapan model danmetode pembelajaran yang mampu mencakup dan mewakili minat kesemua siswa. Mulai dari model dan metode yang sederhana seperti penjelasan dan diskusi tanya jawab hingga praktek dan pengadaan tutor sebaya.
Bagi siswa yang sudah memiliki kemampuan lebih dari siswa lainnya karena saat dibangku SMP siudah menerima pelajaran KKPI maka akan jenuh bila harus mengulang pelajaran yang ia sudah bisa. Maka agar tidak jenuh sang siswa dapat dimintai untuk membantu siswa lainnya yang kesulitan, model ini disebut model tutor sebanya. Semakin banyak variasi model pembelajaran digharaplkan akan semakin membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan siswa tidak jenuh.
Belum adanya lembaga pendidikan yang secara khusus mendidik calon tenaga kependidikan di bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi. Tenaga kependidkan di bidang KKPI pada saat ini kebanyakan berasal dari lulusan ilmu komputer dan sebagian berasal dari guru bidang lain yang memiliki kemampuan mengenai KKPI. Guru KKPI yang berasal dari lulusan ilmu komputer dapat dikatakan baik sekali pemahamannya mengenai komputer berkaitan dengan KKPI namun disisi lain, tenaga guru tersebut sebenarnya belum dibekali dengan bagaimana menjadi guru, bagaimana menyikapi siswa, bagaimana menggunakan metode atau model yang pas digunakan dan lain sebagainya. Sebaliknya bila tenaga guru KKPI tersebut berasal dari guru mata pelajaran lain yang kebetulan memiliki kemampua komputer KKPI. Guru tersebut dapat dikataka sudah memiliki bekal yang baik mengenai bagaimana seorrang guru terhadap siswanya, bagaimana mengkondisikan siswa belajar, metode dan model apa yang baiknya digunakan saat pembelajaran dan sebagainya. Guru tersebut belum tentu memiliki pemahaman komputer yang mendalam seperti pada lulusan komputer.
Sesungguhnya semua kemungkinan tersebut dapat saja menjadi sangat baik ketika masing-masing guru belajar danmelengkapi kekurangan dari dirinya agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Akan lebih baik lagi jika tenaga pengajar komputer KKPI memang dibina sedari awal dalam lembaga pendidikan yang mencetak tenaga-tenga pendidik Teknologi Informasi dan Komunikasi, jadi tenaga pengajarnya adalah tenaga profesional. Kemampuan sekolah untuk melakukan perawatan dan upgrade secara kontinu perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah dimilikinya. Sekolah sering kali mengabaikan perawatan perangkat Teknologi Informasi dan omunikasi yang dimiliki, sebagai salah satu contoh saja yaitu unit komputer. Semestinya dan sebaiknya unt komputer yang tersedia di sekolah menerima perawatan rutin setiap bulan atau dua kali dalam satu semester secara terus menerus sehingga perangkat Teknologi Informasi dan Teknolog tersebut dapat lebih lama digunakan dengan kondisi yang baik. Pada kenyataannya, kebanyakan perhatian sekolah lebih kepada usaha penambahan perangkat KKPI yang ada di sekolah, bukan pada perawatan, selain karena ketidak pahaman,ketidak sempatan/kesibukan juga karena kuntitas sering kali menjadi hitungan dibandingkan kualitas. Lebih dipentingkan jumlah komputer yang banyak namun perawatan kurang dibandingkan dengan jumlah komputer yang sedikit namaun perawatannya sangat baik.
Secara keseluruhan hasil dari observasi langsung di SMK6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang, terangkum dalam instrumen observasi dan wawancara berikut.
1) Instrumen Observasi
Antara lain :
a. Jumlah SMK di kota Palembang;
b. Profil SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang;
c. Jurusan yang ada di masing-masing sekolah;
d. Identifikasi tenaga pengajar di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang;
e. Identifikasi fasilitas penunjang belajar (ketersediaan laboratorium komputer, laboratorium self access study, dan ruang multimedia);
f. Identifikasi perangkat pembelajaran (silabus, program tahunan, program semester, KKM, RPP, dan sebagainya);
g. Identifikasi kurikulum dan jadwal pelajaran di sekolah;
h. Identifikasi temuan informasi di lapangan (pengadaan komputer dan sebagainya);
i. Dokumentasi pembelajaran di kelas dan laboratorium komputer;
j. Data kegiatan pembelajaran TIK atau KKPI selama ini;
k. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran;
 secara umum di sekolah
 di kelas X, XI, dan XII
l. Sistem penilaian dan pengayaan materi;
m. Partisifasi komite sekolah (stakeholder);
n. Kebijakan pihak sekolah (Kepala Sekolah, Yayasan, dan Komite Sekolah);
o. Kerja sama dengan instansi lain (SMK di kota Palembang, Perguruan Tinggi, Perusahaan);
p. Pengetahuan dasar dan kemampuan siswa dalam belajar TIK atau KKPI di SMP dulu;
q. Solusi terhadap kendala dan masalah pembelajaran;
r. Rekomendasi bagi pihak sekolah, yayasan, dan dinas pendidikan;
s. Saran dari guru dan Kepala Sekolah;
t. Perbedaan pembelajaran di masing-masing jurusan dan masing-masing sekolah
2) Instrumen Wawancara
Wawancara ini dilaksanakan kepada Kepala Sekolah dan guru KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang. Wawancara di SMK Negeri 6 Palembang dengan Drs. Bambang Riadi (selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Humas) dan Bapak Ade Irawan (selaku guru KKPI program tata boga, akomodasi perhotelan, tata busana, dan tata kecantikan). Sedangkan, di SMK Nurul Iman Palembang dengan Ahmad Zamhari, S.Pd., M.M. (selaku Kepala Sekolah) dan Ibu Imelda Choirunisa, S.Kom (guru KKPI program Sekretaris dan Akuntansi). Hasil wawancara ini secara lengkap terdapat di lampiran berbentuk tulisan dan di video berbentuk film dokumenter.

3. PERBEDAAN DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM MATA PELAJARRAN KKPI DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG DAN SMK NURUL IMAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden didapat informasi bahwa dalam pembelajaran KKPI di masing-masing sekolah terdapat kendala maupun masalah yang dihadapi oleh guru. Setelah diidentifikasi apa yang menyebabkan kendala dan masalah tersebut, maka diketahui penyebab yang paling menonjol dari kendala dan masalah pembelajaran di kelas dikarenakan kurangnya fasilitas dan sarana prasarana pendukung pembelajaran, baik gedung, ketersediaan komputer, akses internet serta waktu pelaksanaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang.
(1) Cara mengatasi kendala dan masalah pembelajaran KKPI di SMK Negeri 6 Palembang, antara lain :
 Merekrut Sumber Daya Manusia sebagai tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan yakni Sarjana Pendidikan khususnya Jurusan Komputer.
 Melakukan perawatan dan perbaikan fasilitas yang tersedia, khususnya ruangan laboratorium, multimedia dan unit komputer secara kontinyu.
 Menambah alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang berhubungan dengan dunia usaha untuk semua jurusan.
 Memperbaiki strategi dan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan lebih efektif serta tidak membosankan.
 Sistem penilaian yang dilakukan harus mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
 Bekerjasama dengan sekolah kejuruan yang lain, perguruan tinggi, dinas terkait, lembaga pendidikan (kursus/pelatihan) serta dunia usaha dan industri.

(2) Cara mengatasi kendala dan masalah pembelajaran KKPI di SMK Nurul Iman Palembang., antara lain :
 Kebijakan pihak sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran KKPI harus disesuaikan dengan masukan dari guru dan siswa serta mengutamakan kebutuhan dunia kerja.
 Merekrut Sumber Daya Manusia sebagai tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan yakni Sarjana Pendidikan Jurusan Komputer.
 Melengkapi fasilitas dan sarana prasarana pendukung pembelajaran KKPI, misalnya gedung belajar khusus (laboratorium komputer, multimedia, SAS) serta menambah jumlah komputer yang telah tersedia.
 Melakukan perawatan dan perbaikan fasilitas yang tersedia khususnya komputer secara kontinyu.
 Melengkapi komputer dengan akses internet agar memudahkan dalam proses pembelajaran bagi guru dan siswa.
 Menambah alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang berhubungan dengan dunia usaha.
 Memperbaiki strategi dan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan lebih efektif serta tidak membosankan.
 Sistem penilaian yang dilakukan harus mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
 Bekerjasama dengan sekolah kejuruan yang lain, perguruan tinggi, dinas terkait, serta dunia usaha dan industri.
Apabila dianalisis secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kurikulum mata pelajaran KKPI di SMK Negeri 6 Palembang dan SMK Nurul Iman Palembang, maka akan terlihat perbedaan kebijakan dan pemberlakuan kurikulum di dua sekolah tersebut. Untuk SMKN 6 Palembang terdiri dari Adapun kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditambah dengan Kurikulum Bertaraf Internasional. Untuk itu dalam pembelajaran di kelas harus menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi. Termasuk juga dalam mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Data (KKPI).
Di SMKN 6 Palembang jurusan yang ada, antara lain Program Keahlian Tata Kecantikan, Program Keahlian Akomodasi Perhotelan, dan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan. Sedangkan, di SMK Nurul Iman terdapat Program Keahlian Akuntansi Perkantoran, Sekretaris, dan Teknik Komputer Jaringan. Dari masing-masing program ini yang membedakan dalam hal pelaksanaan kurikulum pembelajaran KKPI adalah pada program keahlian TKJ. Di program ini kebijakan untuk mata pelajaran KKPI alokasi waktunya 21 dalam seminggu dari 45 jam pelajaran yang ada. Selain itu, di TKJ tidak hanya belajar teori dan praktek mengoperasikan software saja, tetapi juga menjadi teknisi komputer. Salah satu contohnya dengan membongkar dan memasang kembali dengan tepat perangkat hardware dari CPU komputer dan lain sebagainya.
Pelaksanaannya telah dilakukan dengan cukup baik. Sebagaimana kegiatan pembelajaran umumnya, pada proses pembelajaran mata pelajaran KKPI dapat ditemui beberapa masalah, mulai dari masalah yang berkaitan dengan pribadi siswa hingga masalah teknis pelaksanaan. Adapun kemungkinan permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul diantaranya, terdapat perbedaan karakter siswa (berkaitan dengan pengetahuan dasar siswa tentang komputer dan mata pelajaran bersangkutan).
Setiap siswa memiliki pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyangkut latar belakang pengetahuan, minat dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Siswa di salah satu SMK berasal dari lulusan SMP yang berbeda-beda, tentunya dengan kemampuan serta pemahaman terhadap KKPI yang berbeda-beda pula. Dari kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda itu didukung dengan minat yang berbeda-beda akan menimbulkan respon yang siswa yang berbeda-beda. Kecenderungan terjadi pada siswa yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai KKPI ditunjang dengan minat yang bagus terhadap pembelajaran KKPI maka siswa tersebut akan sangat antusias mengikuti pembelajaran.
Berbeda dengan siswa yang sudah mengenal dan sedikit mengerti KKPI namun minatnya terhadap pelajaran KKPI kurang maka respon siswa pun akan berbeda. Termasuk akan berbeda juga bila siswa tersebut belum mengenal KKPI tapi tidak ingin tahu dan siswa yang belum mengenal KKPI namun sangat ingin tahu. Bahkan pada zaman sekarang ini, siswa sudah lebih banyak tahu sebulum ia menerima pelajaran tersebut di sekolah, sehingga ketika di sekolah diberi pelajaran tersebut dan dia sudah merasa tahu maka minat untuk memperhatikan kurang bahkan dapat menimbulkan kejenuhan atau bosan pada siswa tersebut.
Menghadapi fenomena karakteristik siswa tersebt maka kegiatan pembelajaran kembali dibebankan kepada guru untuk dapat menciptakan kondisi peembelajaran yang kondusif, dapat mencakup semua siswa, dan menarik perhatian semua siswa. Maka cara yang dianataranya dapat dilakukan adalah dengan menggunanaan model danmetode pembelajaranyang sesuai atau divariasikan sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. Guru sebisa mungkin mengusahakan penerapan model dan metode pembelajaran yang mampu mencakup dan mewakili minat kesemua siswa. Mulai dari model dan metode yang sederhana seperti penjelasan dan diskusi tanya jawab hingga praktek dan pengadaan tutor sebaya.
Bagi siswa yang sudah memiliki kemampuan lebih dari siswa lainnya karena saat dibangku SMP sudah menerima pelajaran KKPI maka akan jenuh bila harus mengulang pelajaran yang ia sudah bisa. Maka agar tidak jenuh sang siswa dapat dimintai untuk membantu siswa lainnya yang kesulitan, model ini disebut model tutor sebanya. Semakin banyak variasi model pembelajaran digharaplkan akan semakin membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan tidak jenuh.
Setelah mengetahui kendala dan masalah dalam pembelajaran KKPI ini, dibuatlah rekomendasi untuk masing-masing pihak. Pihak-pihak ini agar dapat melaksanakan dan menyediakan apasaja yang diperlukan dalam pembelajaran KKPI untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, demi tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.
Adapun rekomendasi ini ditujukan kepada beberapa pihak, antara lain :
SMK Negeri 6 Palembang
1) Kepala Sekolah
 Merespon masukan dan keluhan guru dan siswa dalam pembelajaran KKPI
 Melanjutkan masukan dan keluhan kepada pihak yayasan dengan penguatan
 Memperhatikan kegiatan pembelajaran di kelas dengan kontinyu.
 Mengadakan kerjasama dengan sekolah, perguruan tinggi, lembaga dan dinas pendidikan, serta dunia usaha dan industri.
2) Guru
 Mengetahui dan memenuhi kebutuhan serta karakteristik siswa dalam belajar KKPI
 Memperbaiki strategi, model, dan metode pembelajaran yang bervariasi agar tercapainya tujuan pembelajaran serta tidak membosankan.
 Melanjutkan atau menyesuaikan pendidikan sesuai dengan prasayarat dalam Undang-Undang Guru.
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait dengan peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran.
3) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang
 Senantiasa memberikan support terhadap pelaksananaan pembelajaran di sekolah ini.

SMK Nurul Iman Palembang
1) Pihak Yayasan
 Melengkapi sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, mulai dari gedung sampai alat-alat yang dibutuhakan termasuk komputer, infocus, layar, dan sebagainya.
 Menyediakan anggaran khusus untuk perawatan dan perbaikan faasilitas yang rusak, terutama komputer.
 Memberikan insentif yang sesuai dengan penetapan gaji yang berlaku.
 Membuka lapangan pekerjaan dalam usaha merekrut tenaga pengajar mata pelajaran KKPI.
2) Kepala Sekolah
 Merespon masukan dan keluhan guru dan siswa dalam pembelajaran KKPI
 Melanjutkan masukan dan keluhan kepada pihak yayasan dengan penguatan
 Memperhatikan kegiatan pembelajaran di kelas dengan kontinyu.
 Mengadakan kerjasama dengan sekolah, perguruan tinggi, lembaga dan dinas pendidikan, serta dunia usaha dan industri.
3) Guru
 Mengetahui dan memenuhi kebutuhan serta karakteristik siswa dalam belajar KKPI
 Memperbaiki strategi, model, dan metode pembelajaran yang bervariasi agar tercapainya tujuan pembelajaran serta tidak membosankan.
 Melanjutkan atau menyesuaikan pendidikan sesuai dengan prasayarat dalam Undang-Undang Guru.
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait dengan peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran.
4) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang
 Perhatikan dan perlakukan sekolah swasta sama dengan sekolah negeri, khususnya dalam kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran TIK di SMK dinamakan KKPI (keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi). Substansi KKPI lebih kompleks jika dibandingkan dengan TIK di SMA, terutama materi untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan. Terdapat kesesuaian materi KKPI dengan tuntutan masyarakat atau dunia kerja. Memang ada kendala dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh masing-masing sekolah dan tenaga pengajar yang masih minim dan bukan berkualifikasi S1 Pendidikan Komputer. Salah satu cara mengatasinya dengan menyiapkan lulusan S1 Pendidikan Komputer, mengikutkan guru dalam berbagai pelatihan, menyempurnakan kurikulum yang telah ada, serta melengkapi sarana prasarana.
Di SMKN 6 Palembang jurusan yang ada, antara lain Program Keahlian Tata Kecantikan, Program Keahlian Akomodasi Perhotelan, dan Program Keahlian Akomodasi Perhotelan. Sedangkan, di SMK Nurul Iman terdapat Program Keahlian Akuntansi Perkantoran, Sekretaris, dan Teknik Komputer Jaringan. Dari masing-masing program ini yang membedakan dalam hal pelaksanaan kurikulum pembelajaran KKPI adalah pada program keahlian TKJ. Di program ini kebijakan untuk mata pelajaran KKPI alokasi waktunya 21 dalam seminggu dari 45 jam pelajaran yang ada. Selain itu, di TKJ tidak hanya belajar teori dan praktek mengoperasikan software saja, tetapi juga menjadi teknisi komputer. Salah satu contohnya dengan membongkar dan memasang kembali dengan tepat perangkat hardware dari CPU komputer dan lain sebagainya.
Rekomendasi yang telah dibuat dari hasil analisis pelaksanaan pembelajaran KKPI di SMKN 6 dan SMK Nuurul Iman dalam rangka perbaikan, sebagai berikut, SMK Negeri 6 Palembang ; Kepala Sekolah, misalnya merespon masukan dan keluhan guru dan siswa dalam pembelajaran KKPI, serta melanjutkan masukan dan keluhan kepada pihak yayasan dengan penguatan. Guru, misalnya memperbaiki strategi, model, dan metode pembelajaran yang bervariasi agar tercapainya tujuan pembelajaran serta tidak membosankan. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang, misalnya memberikan support terhadap pelaksananaan pembelajaran di sekolah. Sementara, di SMK Nurul Iman Palembang ; Pihak Yayasan, misalnya melengkapi sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, mulai dari gedung sampai alat-alat yang dibutuhakan termasuk komputer, infocus, layar, dan sebagainya.
Selain itu, menyediakan anggaran khusus untuk perawatan dan perbaikan faasilitas yang rusak, terutama komputer. Kepala Sekolah, misalnya merespon dan melanjutkan masukan dan keluhan guru dan siswa dalam pembelajaran KKPI kepada pihak yayasan. Guru, memperbaiki strategi, model, dan metode pembelajaran yang bervariasi agar tercapainya tujuan pembelajaran serta tidak membosankan. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palembang, misalnya perhatikan dan perlakukan sekolah swasta sama dengan sekolah negeri, khususnya dalam kebijakan yang berhubungan dengan pengadaan dan kegiatan pembelajaran.

Daftar Pustaka
BSNP. 2008. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Adaptif. Jakarta : Depdiknas.
Dikmenjur. 2005. Modul Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi. Jakarta : Depdiknas.
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Narjo. 2006. Modul KTSP Sekawan untuk SMK. Jakarta : Cipta Pustaka.
Riadi, Bambang. 2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Palembang : SMKN 6 Palembang.
Wiryanti, Endang. 2004. Modul Sekawan untuk SMK. Jakarta : Cipta Pustaka.